Kisah ber-genre fantasi yang menceritakan seorang anak konglomerat di suatu negara yang terjebak hubungan dengan dosennya sendiri. Violia Lavina seorang mahasiswi yang agak "unik" yang entah bagaimana bisa terjebak dengan dosennya sendiri, Leviandre. Dalam hubungan sakral yakni pernikahan.
Katanya terkait bisnis, bisnis gelap? Unit Pertahanan negara? Politik? SECRETS, mari kita lihat rahasia apa saja yang akan terkuak.
Violia said:
Demen ya pak? Tapi maaf, bapak bukan tipe gw.
And Leviandre said:
Berandalan kayak kamu juga benar-benar bukan tipe saya.
Disclaimer, cerita ini adalah cerita pertama dari sayaa, oleh karena itu isi novel ini jauh dari kata sempurna. Serta cerita ini memiliki alur yang santai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FairyMoo_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Thirty One
Matahari baru saja terbenam, Vio telah siap dengan baju kaos yang pas sampai pinggangnya yang dipadukannya dengan jaket crop dan rok santai di atas lututnya. Vio berusaha berpenampilan tidak mencolok agar lebih mudah untuk menjadi target.
"Drttt.." Vio mengambil ponselnya yang terletak di atas kasurnya tertera nama Daniel disana. "Vi, lo udah siap-siap?" tanyanya saat panggilan mereka terhubung. "Udah, baru aja. Ini dah mau otw jemput lo." balas Vio seraya kembali memeriksa penampilannya.
"Oke, rumah gw lagi kosong bokap gw belum pulang kerja. Art gw juga udah pulang dari rumah gw, nanti kalo udah nyampe dan gw ga ada di depan masuk aja langsung gw ga kunci pintu. Gw mandi dulu ya." jelas Daniel.
"Anjir lo! Lama banget baru mandi, jadi lo nyuruh gw nungguin lo siap-siap gitu?!" balas Vio kaget mendengar lelaki itu belum bersiap. "Aelah Vi, selama apa sih juga cowok siap-siap?" tanya Daniel.
"Serah! Udah cepetan sana mandi!" ujar Vio lalu langsung memutuskan panggilan itu.
Vio beralih ke meja nakasnya, ia membuka rak paling bawah dirinya mengambil belati dan 2 pistol miliknya pribadi. Ia berjalan menuju cermin yang tingginya sebadan Vio yang ada di pojok kamarnya.
Vio memasang sabuk pistol khusus di pahanya kemudian ia meletakkan pistolnya di sana. Kemudian ia juga memasang sabuk itu di lengannya untuk menyimpan belatinya.
Lanjut dirinya merapikan sedikit pemanpilannya, terlihat tidak ada yang mencolok dan aneh dari penampilannya.
Setelah itu Vio mengambil hpnya dan remote mobil yang ada di kasur dan langsung pergi meninggalkan rumahnya.
... ✥...
Vio sampai di depan rumah minimalis dua lantai. Ia masuk tanpa permisi kerumah itu, terlihat rumah itu sangat sepi, Vio langsung naik kelantai dua dan menggedor satu pintu kamar di sana.
"Dan!! Cepetan lo awas ya lama?!" ujar Vio lalu kamar itu terbuka memperlihatkan Daniel yang rambutnya berantakan masih setengah kering. Dirinya memakai celana cargo dan baju kaos polos, Vio tau dirinya itu masih belum selesai bersiap.
"Cepet bener lo nyampenya?!" kaget Daniel. Ia membuka pintu kamarnya besar dan kembali masuk melanjutkan kegiatannya yang tengah bersiap-siap tadi. Vio ikut masuk, dan pintu kamar mereka biarkan terbuka.
Mereka berlima yang disebut inti ILUSIONS itu sangat dekat sehingga mereka sering nongkrong di rumah masing-masing jika tidak kumpul di markas. Vio duduk di tepi kasur Daniel sambil memperhatikan sang empu yang berdiri di depan lemari, ia tengah bingung memilih pakaian.
"Yaelah, pake apa aja cepet heh!" ujar Vio gusar.
"Sabar napa, baru jam setengah 7 ini." balas Daniel tenang. Vio hanya menatapnya sebal, ia memilih untuk memainkan ponselnya. Grup chat mereka sedang sibuk masing-masing ngekumpulin temennya yang bakalan pergi sama-sama.
Night Festival yang diadakan di tengah kota itu berlangsung selama 2 minggu, terdapat banyak wahana bermain, aneka jajanan, barang-barang DIY dan banyak lagi. Jadi festival ini banyak didatangi masyarakat dari kecil hingga orang dewasa.
Tentu saja tempat ini sangat cocok ditargetkan menjadi tempat penculikan karena ramainya orang disana, jadi jika beberapa orang menghilang mereka tidak akan sadar. Festival itu biasanya mulai ramai setelah jam 7 barulah banyak orang berdatangan kesana.
"Udah ah Dan! Udah bagus itu ganti-ganti mulu elah! Nanti juga bakalan kotor tuh baju." ujar Vio lelah melihat Daniel yang berkali-kali mengganti jaketnya.
"Ini kita ke festival Vi, mana tau nanti gw ketemu calon pacar gitu disana. Pertama penampilan gw harus menarik biar orang tertarik ama gw." balasnya.
Akhirnya Ia memilih jaket kulit berwarna hitam. Ia memakainya lanjut berpose di depan Vio. "Gimana?" tanyanya sambil tersenyum dan bergaya di depan Vio.
"Buset?! Ngide banget lo pake gituan, ganti! Malu gw bawa lo kalo gitu!" ujar Vio melihat outfit Daniel yang saling tabrak.
"Tega bener lo." balasnya seraya terduduk lemas di kursi santainya yang ia tarik kesamping tempat tidur. Vio berdiri, ia mendekat ke lemari Daniel. Dirinya memperhatikan pakaian-pakaian Daniel lalu ia mangambil celana jeans berwarna hitam.
"Ganti celana lo sama ini." ujar Vio saraya melempar celana itu kearah Daniel. Vio kembali mengambil baju kaos polos berwarna putih, kemudian ia berjalan ke sisi lain kamar mendekati tempat dimana sebagian jaket Daniel yang digantungnya di luar lemari.
Vio mengambil satu jaket berwarna hitam dengan sedikit corak berwarna. "Nih! Ganti sana!" ujar Vio sambil berjalan kembali ke tempatnya tadi seraya melempar pakaian pada Daniel.
Daniel masuk ke kamar mandi dengan muka kusutnya. Beberapa saat kemudian ia keluar dengan tampilan barunya, anehnya wajahnya sudah senyum-senyum kaya orang stress.
"Vi, bagus ternyata." ujarnya berdiri dan berputar-putar di depan Vio. Notif ponsel mereka pecah bersamaan, banyak notif masuk disana.
Daniel kembali duduk di kursinya tadi dan membuka ponselnya begitu juga Vio. Ternyata teman-temannya yang sudah siap sedang marah-marah di grup karena kelamaan menunggu, mereka yang sudah siap berkumpul tengah marah-marah bersama di grup.
"Sini, gw foto lo tanda kita udah mau otw." ujar Daniel pada Vio. "Harusnya gw yang fotoin lo, orang kita lama gegara lo!" balas Vio. Mereka berdua berakhir saling memfoto satu sama lain.
"Gw bilang ama mereka kalo lo lama!" ujar Vio mengirim foto Daniel di grup dengan caption-
"tandanya gw lama nunggu ni anak ootd-an ya!". Daniel juga mengirim foto Vio dengan caption-
"Otw gess".
"Widihhh, keren banget gw!" ujar Daniel melihat fotonya yang Vio kirim di grup mereka. "Itumah karna kamera gw bagus." ujar Vio tidak mau memuji lelaki itu. "Udah cepet ambil senjata lo kita pergi sekarang." sambungnya.
Daniel mengangguk dan mengambil pistol juga belati, ia memasang kedua benda itu di belakangnya, ia memasang belt untuk menaruh senjata di celananya. Ia merapikan sedikit penampilannya dan senjatanya telah tersembunyi sempurna di balik jaketnya.
"Yuk!" ajak Daniel. "Lo udah pake anti peluru kan?" tanya Vio memastikan. UNPER telah merancang dan mengembangkan rompi anti peluru yang bisa di sembunyikan di balik pakaiannya, entah berapa lama mereka membuat barang itu.
"Udah, tenang aja." balasnya seraya tersenyum penuh menatap Vio. Vio mengangguk dan langsung bangkit dari duduknya dan melemparkan remote mobil pada Daniel. "Lo yang bawa." ujarnya sambil melewati Daniel keluar kamar.
"Anjir! Ini mobil keluaran terbaru gasih?! Perasaan baru kemaren deh lounchingnya!" heboh Daniel. "Vi! Berapaan harganya Vi!" ujarnya sambil berjalan mengejar Vio. Vio memang membawa mobil yang waktu itu ibunya hadiahkan untuknya dan Levi.
"Vi, gw juga mau mobil ini. Lo beliin gw dulu dong, nanti gw nyicil ama lo!" tambahnya seraya terkekeh. "Beli aja pake duit lo! Gaji lo selama ini udah lebih banget tuh buat beli tu mobil." balas Vio.
"Oww gabisa! Itu dah gw tabung, gw mau buka usaha sendiri biar jadi CEO ganteng!" ujarnya sambil tertawa. Vio hanya menatapnya sebal sebelum mereka memasuki mobil itu dan melesat dari pekarangan rumah Daniel.
... ✥...
Pukul setengah delapan terpantau anak-anak ILUSIONS sedang sibuk bertebaran di antara banyaknya orang di festival tersebut. Mereka berusaha tetap enjoy dengan festivalnya juga tidak mengalihkan perhatiannya dari titik gang yang mereka awasi. Disini Vio dijadikan tumbal oleh ke-empat rekannya, sebab di sekitaran gang yang diawasi oleh mereka diisi oleh stand pernak-pernik perempuan.
Ada sekitar tiga stand di sana yang diisi aksesoris wanita, boneka dan tempat fotoboth. Jadilah mereka mengorbankan Vio, sekarang Vio sudah heboh dengan telinga kucing pink di kepalanya, kacamata bentuk love, pita di kunciran rambutnya, anting-anting, hingga kalung yang serba pink. Ke-empat pelaku yang membuat penampilan Vio sedemikian rupa menahan tawa sekuat tenaga mereka melihat penampilan Vio dengan ekspresi kesalnya yang sengaja ditahan Vio.
"Gila lo pada!" bisik Vio dengan ekspresi yang ia buat sebahagia mungkin. "Ih lucunya adik abang iniii, utututuuu." celutuk Daniel sambil mencubit kedua belah pipi Vio yang suaranya sengaja Ia tinggikan.
"Dih, lupasin tangannya dari pacar gw!" timbal Anta mengikuti drama Daniel. Mereka sadar orang yang berdiri di depan gang itu tengah menatap mereka sedari awal, sepertinya mereka curiga dengan ke-lima orang itu yang tidak berpindah tempat selama setengah jam disana.
Daniel yang menyadari itu berinisiatif melakukan drama agar orang-orang di sana tidak mencurigai aktivitas mereka baik orang-orang maupun pejahat di depan gang itu. Tentu saja Vio yang di kelilingi empat laki-laki yang visualnya lebih dari kata biasa menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang hingga ada yang ikut mampir ke stand tersebut untuk mendekati ke-empat laki-laki itu terkhususnya perempuan-perempuan muda.
"Idih gaya lo, itu adek kita ya! Kalo ga karna kita ikut ga mungkin lo diizinin papa buat bawa dia kesini berdua." imbuh Sea yang diangguki Leo.
"Makasih lo sama kita." sambung Leo. Sebisa mungkin Vio menjaga ekspesinya yang sudah muak mendengar celotehan temannya ini, sekarang semua mata perempuan-perempuan yang ada di sana tertuju pada mereka dengan bisikan-bisikan yang mulai terdengar.
Vio sedikit melirik pria-pria yang berada di depan gang tersebut yang terlihat telah mengalihkan perhatiannya dari mereka. Orang-orang itu terlihat memperhatikan setiap orang yang lewat, mereka sedang mencari mangsa.
Vio mulai merangkul tangan Anta yang berada tepat disampingnya. "Sayang ihhh, gausah di ladenin deh itu trio apek. Malam ini kita fokus aja nikmatin festival mumpung diizinin papa." ucapnya manis seraya mendekatkan mulutnya ke telinga Anta. "Abis ini lo pura-pura buka hp kek bales chat gitu terus telpon gw, gw bakalan mancing mereka." bisik Vio pelan pada Anta selagi tiga lelaki lainnya ekting heboh.
"Iya tuh, trio ini ngitilin kita mulu ya, sana pergi ngapain kek. Noh kalian foto both aja sana, selagi masih muda buat dikenang nanti pas kalian udah sibuk ngurus anak masing-masing." ucap Anta seraya menunjuk tempat foto both dengan wajahnya.
Mereka yang mengerti akan kode itu menyetujui ide Anta dengan sedikit drama. Setelah mereka ber-tiga pergi Anta mulai membuka ponselnya dan mengetik sesuatu di sana lalu ia cepat menekan icon telpon di kontak WA Vio.
Ponsel Vio berdering menampilkan panggilan masuk. "Sayang, aku jawab telpon dari mama dulu ya." pamitnya. "Okey aku tunggu di sini ya by." ujar Anta lalu Vio menjawab telpon itu sambil akting dan menuju gang itu, ia melewati tiga pria yang bersandar di depan gang.
Pera perempuan yang berkumpul mulai bertaburan dari stand mereka tadi. Anta membayar semua barang yang di gunakan Vio tadi lalu memberikan kode lewat mata pada tiga rekannya yang mengintip dari box foto both.
Vio sangaja masuk lebih dalam ke gang gelap itu. Benar saja, satu dari tiga pria tadi mengikuti Vio. Vio masih lanjut dengan akting telponnya itu dan setelah selesai Vio hendak berbalik dan di depannya sudah ada lelaki yang badannya jauh lebih besar daripada Vio menghalangi dirinya. "Om ngapain ya?" ucap Vio yang mulai mundur semakin memasuki gang sempit itu. Pria itu terus maju mendekati Vio.
Derap kaki berdatangan dari ujung gang, Daniel dan tiga rekannya tiba. "Kamu! Jauh-jauh dari adik saya!" ujar Daniel. Dua orang pria tadi ikut masuk kedalam gang itu dan mereka terkepung di sana, sesuai rencana. Pria yang di depan Vio dengan cepat menarik Vio dan menempelkan kain yang mengandung obat bius pada wajah Vio. Vio jatuh tergeletak di sana. "Brengsek!" umpat Anta lalu terjadi perkelahian di antara mereka yang berakhir ke-empat laki-laki itu jatuh ikut tergeletak.
"Lima orang ini sudah cukup, bawa mereka kita kembali sekarang." ucap salah satu pria itu dan mereka pergi membawa mereka semua ke ujung lain gang itu dan melempar mereka berlima kedalam bagian belakang mobil pick up lalu mereka menutup bagian belakang itu dan mobil itu langsung melaju menuju jalan raya.
"Brengsek! Main lempar aja." desis Vio mengusap tangannya yang menumpu badannya saat di lempar. "You okay?" bisik Daniel melihat empat orang disana. Mereka mengangguk menjawab pertanyaan Daniel.
......»»---->To Be Continued<----««......