Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Lahir.
"Diaaaa.. itu Pa, Dinar menghukum Sherlyn untuk jadi assisten pribadinya tapi kalau Rinto datang, Sherlyn harus pulang. Jadi tidak ada celah untuk Sherlyn tebar pesona dengan Rinto. Intinya Dinar membuat Sherlyn kapok dan sangat menderita." Kata Bang Satria.
"Allahu Akbar, sungguhkah Dinar seperti itu????" Papa Herca sampai tidak percaya dengan kelakuan putrinya.
Sejenak rasa kalutnya tersamar oleh denting bunyi pedagang syomai. Lokasi tempat persalinan memang lebih dekat dengan pagar samping rumah sakit dengan area terbuka.
Terdengar pula Bang Rinto berteriak panik, Papa Herca ikut panik tapi lebih memilih berdiam di tempat dan menunggu.
Terbersit rasa bangga karena Dinar bisa menyelesaikan masalah meskipun terasa aneh. Dulu, putrinya bisa masuk jajaran cyber saja dirinya sudah sangat bangga, apalagi melihat situasi seperti ini jelas hatinya semakin bangga.
//
Bang Rinto hanya bisa menggigit kecil bibirnya saat Dinar menarik rambutnya. Tak ada perlawanan sedikitpun dan memilih untuk mengalah.
"Bagaimana Bu?? Apa ada tanda yang baik?" Tanya Bang Rinto. Rasanya tidak sanggup melihat perjuangan Dinar.
"Belum ada, Pak. Bayinya tetap berada diam di tempat."
"Astaghfirullah..!!!!!! Abaaang, jangan buat Mama kesakitan atau Papa akan marah betul sama Abang..!!!!" Ancam Bang Rinto terbawa kesal pada bayinya.
Nyatanya Bang Rinto juga ikut stress memikirkan Dinar dan calon buah hatinya. Apalagi Dinar yang berusaha untuk selalu tenang membuatnya tidak tega.
Ttgg.. tttggg...
"Dek, ada yang jual siomay. Bawa uang receh nggak. Sepuluh ribu aja." Pinta Bang Rinto saat Dinar berusaha mengatur nafas dan mengurangi rasa ingin mengejan.
Usai Dinar membuang nafas, ekor mata Dinar melirik geram ke arah suaminya. Ia menyambar tas kecilnya untuk mencari dompet lalu mengambil uang dan menyerahkannya pada Bang Rinto.
"Sabar sebentar ya, Neng..!!"
Dinar tidak bisa berkata apapun. Gemas dan geregetan berkumpul menjadi satu melihat pria yang akan berganti status menjadi bapak itu seakan tidak paham akan situasi.
Papa Herca masih gugup, beliau melihat Bang Rinto berjalan dengan langkah cepat kemudian berdiri dan menegurnya.
"Mau kemana, kamu????"
"Beli siomay, Pa." Jawab Bang Rinto seakan tanpa dosa.
"Siomay???? Di saat seperti ini kamu mikir beli siomay????????? Jangan keterlaluan kamu, Rinto..!!!!" Papa Herca sudah melotot melihat menantunya terlihat menggenggam erat uang sepuluh ribu rupiah. "Belikan saya juga..!!"
Bang Satria yang awalnya tegang sampai menepuk jidatnya. Ia mengambil uang dari sakunya. Sudah bisa di tebak jika Letnan Rinto sampai menggenggam 'receh', berarti di dompetnya memang sedang tidak ada uang kecil.
"Ini..!!! Cepat kau beli dan segera kembali..!!!" Kata Bang Satria sambil menyerahkan uang berwarna biru.
Secepatnya Bang Rinto berlari dan membeli siomay di samping rumah sakit.
~
"Kenapa sambalnya hanya sedikit??" Tegur Papa Herca saat Bang Rinto sudah akan kembali masuk ke dalam ruang bersalin.
Bang Rinto juga mengintip mangkok styrofoam siomay di tangannya.
"Oiyaaa..!!!"
"Duuuhh.. apalagi sih ini?????" Bang Satria meraup wajahnya melihat kedua pria yang belum bisa akur tersebut. "Kau cepat masuk, Rin..!!!!!!! Papa ikut saya kee pedagangnya..!!" Ajak Bang Satria.
"Nanti mintakan sambal ya..!!" Ujar Bang Rinto sambil meletakkan sebotol air mineral.
"Urus istrimu, jangan urus sambal..!!!!!" Bentak Bang Satria kini ikut pusing sendiri.
Mau tidak mau Bang Rinto segera kembali ke dalam ruang bersalin sedangkan Papa Herca dan Bang Satria menuju ke pedagang siomay.
~
Sungguh Dinar kesal bukan main, di saat dirinya merasakan mulas hilang dan timbul yang sangat hebat, Bang Rinto malah menawarinya siomay.
"Om makan saja sendiri, Dinar hanya mau si Abang segera lahir." Jawab Dinar. Air matanya menetes memikirkan banyak hal. Ia hanya bisa meremas pinggang Bang Rinto yang sedang menikmati siomay.
Secepatnya Bang Rinto menghabiskan siomaynya. Namun saat penghabisan terakhir, tiba-tiba saja Dinar mengejan. Bang Rinto meneguk air minumnya dan kembali terfokus pada Dinar.
Genggaman erat itu sudah mengisyaratkan setiap detik perjuangan yang teramat menyakitkan dari seorang wanita yang akan menjadi seorang ibu, begitu pula dengan dirinya. Untuk menjadi seorang Ayah, hatinya harus di tempa dengan banyaknya prahara.
"Dinar mati saja, rasanya sakit sekali..!!"
Bang Rinto syok mendengar ucapan Dinar. Tenggorokannya bagai tercekat, nafasnya terasa terhenti.
"Jangan bilang begitu. Nggak baik, sayang..!! Menjadi seorang ibu adalah proses yang luar biasa. Kamu pasti bisa." Bujuk Bang Rinto sembari memeluk sang istri dan memberikan satu kecupan manis yang menenangkan.
Dinar membelai lembut wajah Bang Rinto. "Terima kasih sudah menerima Dinar yang jauh dari kata sempurna, Dinar minta maaf kalau selama ini banyak kata dan sikap yang sudah menyakiti hati.... Abang."
Bang Rinto tersenyum tipis tapi air matanya mengalir deras berlinang membasahi pipi Dinar.
"Abang yang tidak sempurna. Teruslah seperti ini karena Abang mencintai seluruh apa yang ada pada dirimu. Abang sayang sekali sama Dinar, tidak terlukiskan hanya dengan sekedar kata." Sampai gemetar Bang Rinto memeluk Dinar, ada rasa takut tapi dirinya terus melawan rasa takutnya. Ia menautkan keningnya pada kening Dinar.
Gerak jarum jam memutar detiknya, Dinar mengejan kuat. Ibu Bidan segera membantunya. Bang Rinto melihat secara langsung setiap prosesnya. Terbesit rasa ngeri hingga matanya sejenak terpejam tapi sekaligus histeris.
Tak berapa lama, seorang bayi mungil terlahir ke dunia. "Alhamdulillah..!!" Ucap syukur Bang Rinto.
Seketika itu juga Bang Rinto bersujud syukur kemudian memeluk Dinar dan menghujaninya dengan ciuman sayang.
"Abang sayang sekali sama Dinar..!!!! Sayang.. Sayang.. Sayang sekali sama kamu, dek..!!" Kata Bang Rinto.
"Alhamdulillah ya Pak. Cantik sekali." Kata Bu Bidan menunjukan bayi mungil di hadapan Bang Rinto.
"Lhooooo.. kenapa jadi sendang, Bu?????" Protes Bang Rinto.
"Kembar Pak."
"Haaaaaahh.. tapi di USG hanya satu Bu. Laki-laki. Ini benar anak saya???" tanya Bang Rinto setengah syok meskipun jelas tergambar wajah Dinar kecil dari paras wajah tuan putri kecil.
.
.
.
.