Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 9
Arga menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Anya. Tatapannya tertuju pada rumah itu, dipenuhi rasa sayang dan sedikit kecewa. Lampu di rumah Anya telah padam, hanya lampu di depan dan samping rumah yang masih menyala.
Arga menatap kaca jendela kamar tidur Anya, mencoba menebak apa yang sedang terjadi di dalam. Dia membayangkan Anya sedang tertidur nyenyak di ranjangnya.
"Anya, aku tidak akan melepaskan mu kali ini, apapun yang terjadi," bisik Arga, suaranya terdengar lembut namun penuh tekad.
Tatapan Arga terpaku pada kaca jendela kamar tidur Anya beberapa saat, lalu dia menarik napas dalam dan menghidupkan mesin mobilnya. Dia meninggalkan rumah Anya dengan janji di dalam hatinya.
Arga melaju meninggalkan rumah Anya, meninggalkan rumah itu dalam kegelapan. Namun, di dalam hatinya, terpancar seberkas cahaya yang penuh tekad untuk memperjuangkan cintanya pada Anya.
...----------------...
Keesokan paginya
Anya terbangun dengan perasaan kesal, matanya terpejam erat mencoba menghilangkan rasa kantuk yang menyergapnya. Suara dering ponselnya yang bergema di kamar membuat tidurnya terganggu.
Dengan gerakan yang masih ngantuk, Anya mencari ponselnya di atas nakas. Dengan mata yang masih setengah tertutup, dia menerima panggilan tersebut.
"Halo?" ujar Anya, suaranya masih terdengar ngantuk.
"Selamat pagi, Anya," jawab Arga, suaranya terdengar lembut dan menyenangkan.
Anya terdiam sejenak, matanya terbuka lebar mendengarkan suara lembut milik Arga. Anya mencoba mengingat kembali pertemuan mereka di reuni alumni kemarin. Bisikan Arga yang mengatakan mencintai Anya terdengar jelas di telinganya.
"Arga, apa kamu tidak ada kerjaan pagi-pagi menghubungiku?" tanya Anya, suaranya terdengar sedikit tegas.
"Aku hanya ingin menanyakan kabarmu," jawab Arga. "Tidurmu nyenyak?"
Anya terdiam lagi. Dia tidak menyangka bahwa Arga akan menanyakan kabarnya. Dia merasa sedikit terkejut, tapi juga sedikit terharu.
"Aku baik," jawab Anya, suaranya terdengar sedikit lembut.
"Aku harap kamu bisa istirahat dengan nyaman," ujar Arga. "Aku sudah melihat email yang kamu kirimkan. Aku tidak masalah dengan desainmu."
Anya menarik napas dalam, mencoba untuk menyingkirkan perasaan campur aduk yang menyergap hatinya. Dia bertekad untuk fokus pada proyek Danendra.
"Jika begitu, bolehkah menandatangani kontrak secepatnya?"
"Oke. Datanglah ke kantorku jam 10 pagi. Aku harap proyek ini berhasil," ujar Arga. "Kamu arsitek yang berbakat, Anya. Aku yakin kamu bisa menciptakan bangunan yang indah dan berfungsi dengan baik."
Anya terdiam sejenak, merasakan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya. Dia merasakan sedikit rasa sayang pada Arga, tapi di sisi lain, dia juga masih merasa kesal dengan Arga.
"Terima kasih," jawab Anya, suaranya terdengar sedikit kaku.
"Sampai jumpa lagi, Anya," ujar Arga. "Jaga kesehatanmu."
"Sampai jumpa," jawab Anya.
Anya menutup ponselnya, merasakan segala perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya. Dia merasa sedikit terkejut, tapi juga sedikit terharu dengan perhatian Arga.
Anya meletakkan ponselnya di nakas. Perasaannya masih campur aduk, terombang-ambing oleh perhatian Arga. Tiba-tiba, ketukan pintu kamarnya terdengar lembut, seperti bisikan angin pagi.
"Mama, aku mau masuk," suara Kinan, yang selalu menggemaskan, menyelinap masuk ke dalam kamar.
Anya tersenyum. "Iya, Sayang. Silakan masuk."
Pintu terbuka, dan Kinan masuk ke kamar, berjalan mendekati Anya dengan wajah yang cerah dan berbinar-binar.
"Mama, kamu sudah bangun?" tanya Kinan, memeluk Anya erat.
"Iya, Sayang. Mama sudah bangun," jawab Anya, membalas pelukan Kinan.
Anya merasakan hangatnya tubuh kecil Kinan. Kehangatan itu menenangkan hatinya, menyingkirkan sedikit kekacauan yang diakibatkan oleh panggilan Arga.
"Mama, aku lapar," ujar Kinan, melepaskan pelukannya.
Anya tersenyum. "Baiklah, Sayang. Mama akan membuatkan sarapan untukmu."
Anya berdiri dari ranjang, menuntun Kinan keluar dari kamar. Mereka berjalan menuju dapur, Anya mencoba menyingkirkan pikiran tentang Arga.
Anya menyalakan kompor dan mulai memasak sarapan untuk Kinan. Dia mencari bahan-bahan makanan di lemari es.
"Mama, aku ingin makan telur ceplok hari ini," ujar Kinan.
"Baiklah, Sayang," jawab Anya, berusaha terlihat ceria.
Anya memasak telur ceplok untuk Kinan. Dia juga memasak roti panggang dan jus jeruk.
Setelah sarapan selesai, Anya mencuci piring di dapur. Kinan bermain di ruang tamu. Setelah mencuci piring, Anya menemui Kinan di ruang tamu.
"Mama, tidak pergi kerja?" tanya Kinan.
"Kerja, Sayang, tapi tunggu Bibi datang baru Mama pergi. Mana mungkin Mama membiarkanmu sendirian di rumah?"
"Mama, aku ingin pergi ke taman sore hari ini dengan Ibu Angkat. Ibu Angkat janji membawa Kinan liburan," ujar Kinan.
Anya tersenyum. "Baiklah, Sayang. Bersenang-senanglah dengan Ibu Angkatmu. Nanti Mama akan menyusul kalian. Kamu jangan nyusahin Ibu Angkatmu, ya."
"Ya, Mama."
Anya mencium kening Kinan, merasakan hangatnya tubuh kecil Kinan.
Bel rumah berbunyi. Anya membukakan pintu untuk Bibi Art. Setelah Anya memberikan ultimatumnya kepada Bibi Art tentang Kinan, Anya pergi ke kamarnya untuk bersiap ke kantor.
...----------------...
Anya tiba di kantor dengan langkah ringan, mencoba melupakan panggilan Arga pagi tadi. Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya kembali menguasai dirinya. Di meja kerjanya, dia langsung membuka laptop dan memeriksa email, mencari progres terbaru dari proyek Danendra.
Segera setelah itu, Anya menuju ruang rapat, tempat atasan dan timnya sudah menunggu. Mereka akan membahas desain final untuk proyek Danendra.
"Selamat pagi, Anya. Kamu sudah siap dengan presentasi desainnya?" sapa Pak Hendry, atasan Anya, dengan ramah.
"Sudah siap, Pak. Saya sudah mempersiapkan beberapa alternatif desain dan menyertakan detail dari setiap pilihan," jawab Anya dengan penuh percaya diri.
Rapat dimulai. Anya menjelaskan desainnya dengan detail, mengungkapkan ide dan konsep yang dia usung. Dia menunjukkan gambar dan model 3D yang memperlihatkan penjelasan yang jelas. Suasana rapat berjalan kondusif, dan semua tim terlihat fokus mendengarkan presentasi Anya.
Pak Hendry dan timnya tampak terkesan dengan desain Anya.
"Desain ini sangat menarik, Anya. Idemu untuk menggabungkan estetika modern dengan sentuhan tradisional sangat unik dan menarik. Saya yakin, proyek Danendra ini akan sukses," puji Pak Hendry.
"Terima kasih, Pak. Saya juga mengharapkan proyek ini dapat berjalan lancar," jawab Anya, dengan senyum yang tersenyum.
Anya merasa lega. Dia berhasil menyampaikan ide dan konsep desainya dengan jelas. Semua tim terlihat setuju dengan desain yang dia ajukan. Anya yakin, proyek Danendra ini akan berjalan dengan baik.
"Baiklah, saya ingin memberitahu kalian bahwa saya akan pergi ke perusahaan Danendra jam 10 pagi ini untuk menandatangani kontrak," ujar Anya pada timnya.
"Oh ya, semoga semuanya berjalan lancar, Anya," ucap salah satu anggota timnya.
"Terima kasih," jawab Anya.
"Kami percaya pada kamu, Anya," tambah anggota tim lainnya.
Anya tersenyum. Dia menghargai dukungan dari timnya. Dia berharap semua akan berjalan lancar dalam penandatanganan kontrak nanti.
"Baiklah, sekarang kita akan melanjutkan diskusi tentang proyek Pak Daniel."
Tim kembali berdiskusi tentang proyek Pak Daniel. Anya fokus mendengarkan dan mencatat setiap saran dan masukan dari timnya. Dia ingin memastikan bahwa proyek Pak Daniel ini akan sama suksesnya dengan Danendra.
seneng jika menemukan cerita yg suka alur cerita nya 👍🤗🤗
koq knapa gak dijelaskan sihhhh... 😒
Jangan menyia-nyiakan ketulusan seorang laki2 baik yg ada didepan mata dan terbukti sekian tahun penantian nya👍😁
Masa lalu jika menyakitkan, harus di hempaskan jauhh 👍😄
Gak kaya cerita lain, ada yg di ceritakan dulu awal yg bertele-tele.. malah malas nyimak nya 😁😁