Irene Larasati seorang polisi wanita yang ditugaskan menyamar sebagai karyawan di perusahaan ekspor impor guna mengumpulkan informasi dan bukti sindikat penyeludupan barang-barang mewah seperti emas, berlian dan barang lainnya yang bernilai miliaran. Namun, bukannya menangkap sindikat tersebut, ia malah jatuh cinta kepada pria bernama Alex William, mafia yang biasa menyeludupkan barang-barang mewah dari luar negri dan menyebabkan kerugian negara. Alex memiliki perusahaan ekspor impor bernama PT Mandiri Global Trade (MGT) yang ia gunakan sebagai kedok guna menutupi bisnis ilegalnya juga mengelabui petugas kepolisian.
Antara tugas dan perasaan, Irene terjerat cinta sang Mafia yang mematikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Ko gitu, Sayang? Si David itu udah kerja sama saya lebih dari 10 tahun. Mana bisa saya pecat dia gitu aja," tegur Alex penuh penekanan.
"Ya, itu sih terserah Anda aja. Kalau Anda gak mau juga gak apa-apa. Anda tinggal pilih satu di antara kami, pilih aku dan anak-anak atau si David? Gampang, 'kan?" tegas Irene dengan wajah datar.
Ia belum melupakan kejadian tujuh tahun silam saat David berusaha untuk menyingkirkannya dengan alasan hanya menjalankan perintah. David bahkan tidak memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Alex. Mengingat masa lalu membuat hatinya kembali terluka. Terlebih, ia sedang dalam keadaan mengandung si kembar kala itu.
"Sayang, jangan gitu dong. Jangan minta saya untuk memilih antara kamu dan David. Saya gak bisa," seru Alex, David bukan sekedar bawahannya saja, tapi sudah ia anggap seperti saudara.
"Oke, lebih baik aku yang mundur kalau gitu," jawab Irene berdiri tegak dengan perasaan kesal. "Ternyata, aku dan anak-anak tidak lebih berharga dibandingkan si David." Irene hendak melangkah.
Alex menahan pergelangan Irene, membawanya kembali duduk di kursi plastik yang berada teras rumah. "Tunggu, Sayang. Bukan seperti itu maksud saya. Kasih saya waktu, Irene."
"Nggak, untuk yang satu ini, mohon maaf, aku gak bisa kasih Anda waktu. Aku mau Anda pecat si David sekarang juga," tegas Irene, seraya memalingkan wajahnya ke arah samping.
Alex berjongkok tepat di depan Irene, menggenggam lalu mengecup punggung tangannya dengan lembut. "Oke, saya akan lakuin apa yang kamu minta, tapi beri saya satu alasan yang mengharuskan saya memecat David."
Irene dengan mata berkaca-kaca, kembali menatap wajah Alex. "Aku masih belum melupakan kejadian tujuh tahun lalu, Mas Alex."
Irene menceritakan kejadian yang menyakitkan itu. Dari awal David menemuinya di rumah lamanya di Jakarta, hingga ia melompat dari dalam mobil, padahal waktu itu dirinya sedang dalam keadaan hamil. Semua itu ia ceritakan dengan begitu emosional hingga tanpa sadar buliran bening turut berjatuhan mengiringi ceritanya.
Alex memejamkan mata, terduduk di atas lantai dengan perasaan kecewa. Ia seolah merasakan rasa sakit yang dirasakan oleh Irene, membayangkan kejadian itu membuatnya murka. Kembali mengingat perintah yang ia berikan kepada David, dirinya memang sempat berniat untuk menyingkirkan Irene, tapi keinginan tersebut tidak sungguh-sungguh keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam. Alex meminta David membawa Irene ke hadapannya, tapi yang dilakukan oleh orang kepercayaannya itu adalah hal sebaliknya. Alex merasa dikhianati, dan pria itu tidak pernah memaafkan sebuah pengkhianatan.
"Dasar brengsek," umpatnya dengan murka.
"Seperti itulah wajah asli orang yang sangat kamu percayai, Mas Alex. Aku hampir mati di tangan David dan dia bilang, semua itu atas perintah kamu," lemah Irene, dengan kepala menunduk.
Alex seketika berdiri tegak, rahangnya mengeras penuh emosi, hatinya terbakar amarah yang terasa membumi hanguskan seluruh organ intinya di dalam sana. Ia benar-benar kecewa dengan pengkhianatan yang dilakukan oleh orang yang sangat ia percayai, satu pertanyaan yang mengusik ketenangan jiwa seorang Alex, apa dan mengapa David begitu membenci Irene hingga berani membantah perintahnya dan mengkhianati kepercayaannya? Padahal, David tahu lebih dari siapapun, konsekuensi apa yang akan didapat apabila berani mengkhianati kepercayaan sang mafia.
"Saya gak bisa memaafkan pengkhianatan, dia harus membayar mahal atas perbuatannya sama kamu, Irene," ucap Alex dengan tegas, seraya merogoh saku jas hitam yang ia kenakan lalu meraih ponsel canggihnya dari dalam sana.
"Kamu mau ngapain, Mas Alex?" tanya Irene, menahan pergelangan tangan Alex seraya berdiri tegak. "Jangan bilang kalau kamu akan--"
"Jangan ikut campur, ini urusan saya sama David, oke?"
Alex menurunkan telapak tangan Irene, menggenggam ponsel canggih lalu melangkah menjauh dari Irene kemudian berdiri di halaman. Pria itu menatap layar ponsel lalu melakukan sambungan telepon.
"Halo, David. Kamu di mana?" tanya Alex tanpa basa basi, meletakan ponsel di telinga.
"Halo, Pak Bos. Saya baru akan menemui Anda, Pak," samar-samar terdengar suara David di dalam sambungan telepon.
"Temui saya sekarang juga, saya kirimkan alamatnya lewat WA," ucapan terkahir Alex sebelum pria itu menutup sambungan telepon.
Alex dengan penuh emosi melangkah menunju mobil, bahkan tanpa berpamitan kepada Irene Larasati. Hatinya seakan mendidih, amarah dan emosi benar-benar memenuhi dadanya. Ia tidak akan pernah memaafkan David, pria itu harus membayar dengan harga yang mahal atas pengkhianatan yang telah dilakukan.
Sementara Irene, hanya menatap kepergian Alex tanpa mampu menahan seolah paham dengan apa yang tengah dirasakan olehnya. Jujur, ia menyimpan dendam yang mendalam kepada David, dirinya pun tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Alex. Tatapan mata Irene tertuju kepada mobil Alex yang perlahan mulai melaju meninggalkan tempat itu.
"Mampus kau, David. Udah waktunya kau membayar atas apa yang udah kau lakuin sama aku dulu," gumam Irene, tersenyum menyeringai. Berbalik dan hendak membuka pintu rumah.
Akan tetapi, wanita itu sontak menahan gerakan tangannya saat mendengar suara mobil berhenti tepat di depan pagar. "Kenapa Mas Alex balik lagi?" gumamnya kembali memutar badan.
Tubuh Irene seketika gemetar, matanya membulat saat melihat seseorang yang keluar dari dalam mobil tersebut. Bibirnya bergumam pelan dengan ketakutan. "Da-David? Dari mana dia tau rumahku?"
Bersambung ....
***
Sambil nunggu up date selanjutnya, yok mampir dulu ke karya keren di bawah ini
Judul: Benih Siapa Di Rahimku
Napen: Ayumarhumah
mampus kau david,habis ni kau akan liat kemurkaan dan kemarahan bang alex 🤭😅😅