Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 》》 BERIKAN PERUSAHAAN ATAU SAHAM
Andhini mematikan ponselnya yang tak berhenti berdering sesaat sebelum memarkir mobilnya. Ia memilih beristirahat di hotel memulihkan tenaganya. Tadinya rumah bunda merupakan pilihan awalnya namun kemungkinan besar Satria akan mencarinya kesana dan sudah bisa dipastikan ia akan menurut ikut pulang bersama Satria agar bunda Riana tak mengetahui konflik dalam rumah tangganya.
Disisi lain Satria melempar ponselnya dengan kesal karena Andhini tak mengangkat teleponnya bahkan kini tak bisa dihubungi sama sekali.
Pagi-pagi Linda sudah merecokinya hingga ia melupakan salah satu peristiwa penting dalam hidup sang istri. Bukan hanya itu ternyata semalam dengan lancangnya Linda mematikan ponselnya sehingga pesan dan panggilan Andhini terabaikan.
“Mas mau kemana ?!” Linda mengejar Satria yang berjalan ke arah pintu. Yah, Satria semalam menginap di rumah Linda padahal masih jatahnya menginap di apartemen Andhini.
“Ke tempat Andhini.” Kekesalan Satria tak dapat ia sembunyikan. Semua karena perbuatan Linda. Pria itu berusaha menahan emosi agar tak kebablasan pada wanita yang tak menepati janjinya. Kalau dipikir-pikir Satria terlalu memanjakan Linda sehingga wanita itu semakin tak tau diri.
“Andhini ,,, Andhini ,,, selalu Andhini ,,, ingat mas, hari ini hingga satu minggu ke depan giliran mas bersamaku,” Linda tak sadar berteriak. Wanita itu lupa dengan semua janjinya bahkan tak sadar jika selama ini ia lebih banyak menguasai Satria.
Satria tak memperdulikan Linda. Ia terus melangkah keluar rumah. Satria sudah mulai tak sabar menghadapi Linda yang tak konsisten dengan ucapannya. Satria mulai memikirkan kata-kata kedua orang tuanya dan asisten pribadinya.
Satria belum memiliki cukup bukti untuk mendepak Linda dari kehidupannya. Satria tak ingin bertindak hanya berdasarkan informasi orang. Pada kasus Linda, ia harus membuktikannya sendiri.
Dengan kecepatan sedikit di atas rata-rata, Satria melajukan mobilnya menuju apartemen. Ia yakin jika Andhini sudah berada di sana. Satria sudah menyiapkan hadiah kelulusan untuk wanita pemilik hatinya.
Tiba di basemen, Satria segera memarkir mobilnya. Setengah berlari ia menuju lift dan langsung menekan lantai tujuannya. Beribu kata sudah ia rangkai untuk mendapatkan maaf dari sang istri yang selama ini tak pernah bereaksi apapun jika Satria mengurangi jatah menginapnya.
Tak sabar Satria segera menekan password namun keadaan apartemen sunyi senyap tak terlihat ada tanda-tanda penghuni. Satria harus menelan kekecewaan karena yang dicari ternyata tak ada. Ia sudah mencarinya ke kamar namun Andhini memang tak ada. Entah dimana keberadaannya karena ponselnya pun tak bisa dihubungi.
“Maafkan abang, Dhin ,,, untuk kesekian kalinya abang ingkar,” Satria mengusap kasar wajahnya penuh penyesalan. Dengan berat hati ia menekan nomor sahabat sekaligus kakak iparnya. Ia sudah menyiapkan diri jika saja Niko mengamuk padanya. Semua memang salahnya dan ia pantas menerimanya.
Drrrrrttt drrrrrfttt
“Kita ketemu di kafe biasa !!! Sekarang !!!” Suara Niko tersengar dingin. Satria hanya bisa menarik napas pasrah. Belum juga ia sempat berbicara namun Niko sudah mengangkat suara dan mematikan sambungan telepon secara sepihak.
Satria mengenal Niko dengan sangat baik. Dari nada bicara pria itu sudah bisa menjelaskan perasaannya. Satria segera bergegas keluar dari apartemen dan menancap gas menuju kafe tempat mereka selalu nongkrong. Niko pasti membutuhkan penjelasan darinya meskipun sebenarnya kesalahan berasal dari pihaknya. Satria tak ingin Niko salah paham.
Satu jam kemudian, Satria tiba di kafe tersebut dan memarkir mobilnya dengan rapi. Selanjutnya ia memasuki kafe dan mencari keberadaan Niko. Pria yang dicarinya kini menatap Satria dengan dingin. Jika orang lain melihatnya mungkin akan mengira jika Niko adalah pria yang minim bicara akan tetapi percayalah jika sesungguhnya pria tampan itu sedang menahan amarah. Hanya saja ia tak mungkin melampiaskannya di depan orang banyak karena akan menarik perhatian dan lebih tidak bagusnya jika seseorang merekam dan menyebarkannya. Tentu akan menjadi sebuah aib bagi keluarga dan perusahaan. Dan Niko tak ingin hal itu terjadi.
“Nik, aku bisa jelaskan ,,,” Satria menatap Niko dengan wajah memelas. Rasa bersalah, khawatir dan gelisah menguasai hati dan pikirannya. Jika saja boleh memilih, Satria akan memilih membatalkan tender dengan jumlah milyaran bahkan trilyunan daripada mendapatkan tatapan kecewa dari keluarga Andhini.
“Udahlah Sat, toh sudah terjadi kan. Lagian hanya wisuda yang gak penting. Lebih penting ngelonin Linda, kan.” Niko tersenyum sinis. Jika ada manusia yang paling menyesal menikahkan adiknya maka Nikolah yang berada diurutan pertama.
“Bukan gitu Nik ,,, makanya dengarkan dulu penjelasanku.”
“Udahlah Sat, aku ngajak kamu kesini bukan buat bahas masalah itu. Aku hanya ingin mengingatkanmu saja, setelah itu aku gak akan ikut campur lagi masalah kalian.” Niko diam sejenak sembari menatap wajah adik iparnya sebelum kembali melanjutkan.
“Aku gak tau dan gak pernah nanya juga berapa kali kamu kecewakan adikku akan tetapi saat tadi aku menanyakanmu dan tanggapan Andhini yang acuh tak acuh membuatku yakin jika sebenarnya Andhini sudah malas mendengar tentangmu. Ingat Satria, adikku berbeda dengan wanita pada umumnya, dia paling anti keributan dan tidak akan pernah mengeluh. Dia akan bertindak jika memang dirasa perlu dan jika itu terjadi maka tidak ada kesempatan bagimu. Ingat janjimu padaku, Sat.” Niko menarik napas panjang sembari menatap sahabatnya.
“Aku pasti akan menceraikan Linda, sekarang aku lagi mencari bukti agar perceraian kami tidak penuh drama makanya aku selalu baik-baikin dia akhir-akhir ini,” Satria meyakinkan Niko.
Memang sejak Niko dan Faiz menceritakan kelakuan Linda, Satria berusaha mencari bukti bukan karena ia tak percaya pada kedua sahabatnya hanya saja ia tak ingin Linda mengelak. Wanita itu terlalu pandai merangkai kata.
“Terserah kamu ajalah. Yang penting kewajibanku mengingatkanmu sudah selesai. Niko tak lagi peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Satria. Pria itu sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab apa yang diperbuatnya.
“Andhini di rumah bunda, kan ?! Dia gak pulang ke apartemen soalnya,” Satria menatap Niko yang sedang menyesap kopinya.
“Gak ada tuh, mungkin ke rumah Zelina, sahabatnya,” Niko menjawab dengan santai. Ia sudah memutuskan tak akan mencampuri urusan rumit keduanya.
“Bisa gak hubungi Zelina,,,” Satria menatap Niko seperti anak kecil meminta permen pada ibunya.
“Gak bisa Satria ,,, aku gak punya nomor telepon gadis itu. Berdoa aja supaya Dhini segera pulang,” Niko kembali menyesap kopinya dengan nikmat. Ia tersenyum tipis melihat kegelisahan pria cerdas dalam berbisnis namun berhasil dikadali oleh Linda selama bertahun-tahun.
“Kira-kira apa yang kuberikan pada Andhini sebagai hadiah kelulusannya,,,” Satria sekali lagi menatap Niko, ia meminta saran karena terus terang saja Satria tidak tau apa yang disukai oleh Andhini.
“Berikan perusahaan atau saham,,,” Niko terkekeh dengan ucapannya sendiri. Ia tau jika om Beni, papa Satria belum mewariskan satupun perusahaan pada Satria semua karena kehadiran Linda.
🍒🍒🍒🍒
SELAMAT PAGI READERS KESAYANGAN ,,,,
SEMOGA SEHAT DAN BAHAGIA, YA ,,,
MOHON KEBAIKAN JEMPOLNYA DAN TRIMA KASIHHHH
cantik cerdas dan mandiri ❤️❤️❤️