NovelToon NovelToon
THANZI, Bukan Penjahat Biasa

THANZI, Bukan Penjahat Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Kebangkitan pecundang / Budidaya dan Peningkatan / Akademi Sihir / Penyelamat
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mr.Xg

pernahkah kau membayangkan terjebak dalam novel favorit, hanya untuk menyadari bahwa kau adalah tokoh antagonis yang paling tidak berguna, tetapi Thanzi bukan tipe yang pasrah pada takdir apalagi dengan takdir yang di tulis oleh manusia, takdir yang di berikan oleh tuhan saja dia tidak pasrah begitu saja. sebuah kecelakaan konyol yang membuatnya terlempar ke dunia fantasi, dan setelah di pikir-pikir, Thanz memiliki kesempatan untuk mengubah plot cerita dimana para tokoh utama yang terlalu operfower sehingga membawa bencana besar. dia akan memastikan semuanya seimbang meskipun dirinya harus jadi penggangu paling menyebalkan. bisakah satu penjahat figuran ini mengubah jalannya takdir dunia fantasi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Xg, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Setengah Mati

Hutan Terlarang terasa seperti neraka yang hidup, setiap napas adalah perjuangan, setiap langkah adalah taruhan. Sejak lolos dari cengkeraman Shadow Syndicate dan monster Grakon Hutan, Thanzi tidak mendapatkan satu pun momen kedamaian. Tidak ada jeda, tidak ada tempat aman. Luka di bahunya berdenyut konstan, rasa panas dan perih merambat di sarafnya, dan setiap ototnya menjerit kelelahan. Pakaiannya compang-camping, kotor oleh lumpur, tanah, dan noda darah kering.

"Sialan! Kenapa ini tidak pernah berakhir?!" Thanzi mengumpat dalam hati, melompat sigap menghindari sebuah akar pohon raksasa yang tampak hidup, seolah ingin menjeratnya. Ia sudah berlari, menghindar, dan melarikan diri entah berapa kali. Air di kantung kulitnya nyaris habis, dan roti keringnya sudah menjadi remah. Energi mananya, yang baru saja ia temukan dan banggakan, kini nyaris terkuras habis. Ia belum sempat beristirahat cukup lama untuk menyerap mana dari lingkungan atau memulihkan kekuatannya. Setiap kali ia mencoba berhenti, resonansinya akan memperingatkannya tentang bahaya baru yang mendekat, seperti alarm yang tak bisa dimatikan.

Kekuatan sihir ilusinya, yang lahir dari mana yang diserap, sudah tidak bisa ia gunakan secara penuh. Tanpa mana yang cukup, ilusi kuat yang mampu mengelabui pembunuh elit atau membuat monster sekuat Grakon ragu tidak bisa diciptakan. Yang tersisa hanyalah kekuatan ilusi resonansi dasarnya—kemampuan bawaan untuk memanipulasi frekuensi sensoris dan emosi secara halus.

Kekuatan ilusi resonansinya itu memang bisa menakuti monster yang masih agak lemah, seperti beberapa serigala bayangan yang mengintai dari kegelapan atau kawanan laba-laba raksasa yang merayap di tanah. Mereka akan terkejut, ragu, atau bahkan ketakutan sesaat, memberinya celah tipis untuk melarikan diri. Tetapi untuk monster yang lebih dalam dan kuat di hutan ini, ilusi resonansinya hanya cukup membuat serangan mereka meleset tipis, atau membuat mereka sedikit terdistraksi. Itu semua tidak cukup untuk menghentikan mereka.

Rantai Kesialan dan Pertarungan Putus Asa

Ia nyaris mati berkali-kali.

Sebuah Ghoul Pohon dengan lengan akar yang mematikan tiba-tiba melesat dari balik kanopi tebal, mengayunkan cakar tajamnya. Thanzi hanya bisa memproyeksikan ilusi resonansi samar untuk membuat cakar itu meleset nyaris saja, membelah udara di samping telinganya. Ia merasakan angin kencang dan hawa kematian dari makhluk itu. Tubuhnya berputar, ia berhasil menghindar, tetapi cakar itu merobek jubahnya dan meninggalkan goresan panjang yang pedih di punggungnya.

Beberapa jam kemudian, ia bertemu dengan Beruang Tanah Raksasa, makhluk setinggi tiga meter dengan kulit sekeras batu dan deru napas mematikan yang mengguncang hutan. Thanzi berusaha mengganggu persepsi Beruang itu dengan ilusi resonansi, membuatnya merasa tanah berguncang di bawah kakinya atau merasakan ada bahaya di belakangnya. Beruang itu menggeram, mencoba menghantamnya dengan tinju seukuran kepala Thanzi. Thanzi melompat ke samping, tetapi ia kehilangan pijakan dan terjatuh ke dalam jurang dangkal. Beruang itu meraung, siap menghantamnya lagi. Hanya dengan kekuatan tekad, Thanzi berguling cepat, merasakan angin dari tinju Beruang itu di rambutnya, dan berhasil merangkak keluar dari jurang, menghilang di balik semak belukar lebat.

Sial! Kenapa makhluk-makhluk ini terus-menerus muncul? Thanzi mengumpat dalam hati, napasnya terengah-engah, paru-parunya serasa terbakar. Kakinya lecet, wajahnya kotor oleh lumpur dan goresan ranting. Ia merasa tubuhnya sudah mencapai batasnya. Thanzi hampir setengah mati. Ia sudah terlalu capek, baik fisik maupun mental. Rasa putus asa mulai sedikit menggerogotinya.

Ketika menemukan celah—sebuah gundukan tanah yang cukup besar dan tertutup semak belukar yang lebat—Thanzi mencoba untuk bersembunyi. Ia merangkak masuk, menahan napas, berharap tidak ada monster yang mencium kehadirannya. Keheningan sesaat melingkupinya, dan ia merasakan ketegangan perlahan mereda, seperti beban berat yang sedikit terangkat. Setelah mendapati tidak ada hal berbahaya yang terdeteksi resonansinya, ia mencoba bergerak perlahan dan sembunyi-sembunyi, menghindari jalur-jalur yang jelas dan lebih memilih merangkak di bawah semak-semak lebat atau di antara akar-akar pohon besar, bergerak seolah dia adalah bagian dari hutan itu sendiri.

Persembunyian yang Terancam dan Kesadaran Pahit

Perlahan tapi pasti, ia menemukan sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik air terjun mini. Tirai air yang jatuh menciptakan dinding alami, menyembunyikan pintu masuk gua dari pandangan. Aroma air segar dan lumut di dalam gua terasa seperti surga setelah semua kepedihan ini. Ia bisa mendengar gemercik air yang menenangkan. Thanzi merangkak masuk, tidak menyadari ada bahaya lain yang tersembunyi di dalam atau yang akan datang. Mungkin karena kelelahan, atau karena gua itu terasa sangat aman dari luar, sehingga mengelabui indranya.

Ia menjatuhkan diri, punggungnya menabrak dinding gua yang dingin dan lembap. Rasa sakit di sekujur tubuhnya begitu hebat hingga ia nyaris kehilangan kesadaran. Setiap sendi terasa nyeri, otot-ototnya kaku. Namun, ia tidak boleh menyerah.

Aku harus mengisi energi mana ini, pikirnya, memejamkan mata, mencoba berkonsentrasi menyerap mana dari lingkungan, dari udara lembap di sekitarnya, dari batu-batu di gua. Ia bisa merasakan aliran mana yang sangat lambat masuk ke dalam tubuhnya.

Tiba-tiba saja, di tengah usahanya untuk memulihkan diri, ia merasakan bahaya kembali. Sebuah getaran resonansi yang kuat, mematikan, mendekat dari luar gua. Bukan satu, melainkan beberapa. Lebih dari satu. Sebuah geraman dalam dan gemuruh berat terdengar, diikuti suara gesekan batu yang besar, seolah ada sesuatu yang berukuran raksasa bergerak mendekat.

Thanzi membuka mata, matanya membelalak kaget. Ia telah menarik mereka.

Mengapa? Mengapa aku terus-erusan diserang? Ini tidak masuk akal! Monster-monster ini seharusnya tidak se-agresif ini, apalagi terus-menerus mengincarku seolah aku adalah satu-satunya mangsa di hutan ini! Keringat dingin membasahi dahinya, bercampur dengan darah dan lumpur.

Dan di momen itulah, sebuah kesadaran mengejutkan menghantamnya, menusuk otaknya dengan jelas, seolah tirai tipis di matanya terbuka lebar. Thanzi mulai menyadari kebenaran pahit itu.

Ini... ini karena sihirku!

Kekuatan mana yang ia serap dari musuh, bakat ilusi yang kini ia miliki, itu semua memancarkan frekuensi energi tertentu. Frekuensi itu tidak terlihat oleh mata telanjang, tetapi sangat jelas bagi makhluk-makhluk yang sangat peka terhadap energi sihir, terutama monster-monster kuat di Hutan Terlarang. Thanzi, yang kini menjadi sumber mana yang bergerak, adalah mangsa baru yang menarik perhatian mereka, sebuah beacon yang tak terlihat di tengah kegelapan hutan. Michael dan yang lainnya tidak mengalami hal ini karena mereka hanya menggunakan sihir secara konvensional, tidak menyerap mana atau memancarkan resonansi sekuat Thanzi. Mereka menguras mana, bukan menariknya.

Aku bukan hanya sedang melewati hutan ini, pikir Thanzi, rasa pahit dan sedikit keputusasaan memenuhi mulutnya. Aku adalah umpan! Sebuah target yang terus-menerus mengeluarkan 'aroma' sihir yang menarik perhatian makhluk-makhluk paling buas di sini! Marquess Aerion... para profesor... mereka pasti tahu ini! Ini adalah jebakan dua lapis!

Geraman di luar gua semakin keras, diikuti suara gesekan batu yang lebih dekat. Thanzi terpojok, lelah, dan kini, ia tahu mengapa ia menderita begitu banyak kesialan. Kesialannya baru saja mencapai puncaknya, dan ia harus menghadapi kenyataan pahit ini sendirian, tanpa bisa bersembunyi dari dirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!