NovelToon NovelToon
Scandal Terlarang Sang Mafia

Scandal Terlarang Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia
Popularitas:15.1k
Nilai: 5
Nama Author: Reni t

Irene Larasati seorang polisi wanita yang ditugaskan menyamar sebagai karyawan di perusahaan ekspor impor guna mengumpulkan informasi dan bukti sindikat penyeludupan barang-barang mewah seperti emas, berlian dan barang lainnya yang bernilai miliaran. Namun, bukannya menangkap sindikat tersebut, ia malah jatuh cinta kepada pria bernama Alex William, mafia yang biasa menyeludupkan barang-barang mewah dari luar negri dan menyebabkan kerugian negara. Alex memiliki perusahaan ekspor impor bernama PT Mandiri Global Trade (MGT) yang ia gunakan sebagai kedok guna menutupi bisnis ilegalnya juga mengelabui petugas kepolisian.

Antara tugas dan perasaan, Irene terjerat cinta sang Mafia yang mematikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 27

Irene seketika memejamkan mata sejenak lalu menoleh dan memandang wajah Alex dengan dingin. "Please, jangan panggil aku Sayang," pintanya dengan kesal.

Alex menghela napas dalam-dalam seraya tersenyum canggung. "Emangnya kenapa? Saya 'kan Ayahnya anak-anak dan kamu Ibunya. Jadi, wajar dong kalau saya manggil kamu sayang."

Guru, wali kelas William seketika dibuat canggung dan bingung, seolah tengah berada di antara pasangan suami istri yang tengah bersitegang, terlebih sikap Irene begitu sinis kepada Alex.

"Maaf, Bu Irene, Pak Alex, karena masalah William sudah selesai, boleh William kembali ke kelasnya?" ucap sang Guru tidak ingin terjebak dalam situasi yang sulit.

"Oh boleh, Bu," jawab Alex dengan senyum lebar, lalu mengalihkan pandangan mata kepada William, sang putra. "Belajar yang pintar ya putra Ayah yang paling ganteng. Kalau ada yang nakal sama kamu lagi, telpon Ayah. Nanti Ayah door."

"Stt! Apaan sih?" decak Irene dengan sinis.

"Baik, Ayah. Pokoknya, gak akan ada yang berani ngeledek aku lagi karena sekarang aku beneran punya Ayah," jawab William dengan senyum lebar. "Aku masuk kelas dulu ya, Yah, Bu. Dadah!"

William berdiri tegak, melambaikan telapak tangannya dengan wajah ceria sebelum akhirnya berlari meninggalkan ruang guru. Tangan Alex turut melambai dengan perasaan bahagia, kedua sisi bibirnya pun menyunggingkan senyuman lebar, menatap kepergian sang putra hingga anak berusia tujuh tahun itu benar-benar menghilang di balik pintu.

"Baiklah, saya juga permisi, Bu Guru," pamit Irene seraya berdiri tegak. "Saya ucapkan terima kasih karena Ibu udah jaga anak saya di sekolah."

"Sama-sama, Bu Irene."

"Saya juga pamit, Bu. Kalau William berkelahi lagi, jangan sungkan nelpon saya, Ayahnya," pinta Alex, melakukan hal yang sama seperti Irene.

"Baik, Pak Alex."

Alex menganggukkan kepala dengan senyum ramah, begitu pun dengan Irene yang kemudian melangkah menuju pintu dengan diikuti oleh Alex William. Dengan setengah berlari, Irene meninggalkan ruangan guru tidak ingin berjalan secara beriringan dengan Alex.

"Tunggu saya, Irene. Astaga," decak Alex, meraih pergelangan tangan Irene, menahan langkahnya.

Irene menepis telapak tangan Alex dengan sinis. "Apaan sih, lepasin. Malu diliat sama anak-anak."

"Kamu marah sama saya?"

Irene melanjutkan langkahnya tanpa menjawab pertanyaan Alex, wajahnya datar, tatapan matanya nampak lurus ke depan.

"Irene!" sahut Alex berjalan beriringan dengan wanita itu. "Katakan, salah saya apa, Ren? Kenapa kamu marah sama saya?"

Irene menghentikan langkahnya seraya mendengus kesal. "Kita bicara di rumah, Anda mau pembicaraan kita didenger sama semua Guru yang ada di sini?"

Alex tersenyum lebar. "Di rumah? Eu ... oke-oke, kita ke rumah kamu sekarang juga."

"Aku bawa motor sendiri. Jadi, kita pulang bawa kendaraan masing-masing, oke?"

"Oke, gak masalah," jawab Alex dengan senang.

***

Irene akhirnya tiba di kediamannya, memarkirkan motor matic miliknya di halaman lalu membuka helm yang ia kenakan. Tidak berselang lama, kendaraan beroda empat milik Alex pun mulai melipir lalu berhenti tepat di belakang motor. Pria itu keluar dari dalam mobil dengan wajah ceria, menatap wajah Irene dengan senyuman bahagia.

"Oke juga kamu bawa motornya," puji Alex, yang selama perjalanan berada di belakang motor yang dikendarai oleh Irene.

Irene melangkah menuju teras rumah. "Iya, tapi sebentar lagi aku gak bakalan bisa naik motor lagi," ketusnya lalu duduk di kursi yang berada di teras rumah.

"Lho, kenapa?"

"Ya, karena motornya bakalan disita sama dealer."

"Hah?" Alex duduk di kursi yang berbeda.

"Dengerin, ya. Motor ini aku beli secara kredit dan sekarang aku dipecat dari perkejaan aku. Semua ini gara-gara Anda, Pak Alex," tegas Irene penuh penekanan. "Kenapa sih Anda pake ngancem Pak Ridwan segala, hah? Bawa pistol segala lagi!"

Alex tersenyum lebar, menyandarkan punggungnya di sandaran kursi plastik. "Oh itu, saya cuma nakut-nakutin dia doang, Irene. Saya gak ada niatan buat bener-bener nembak dia, gak ada!"

Irene hanya terdiam seraya mendengus kesal.

"Lagian, saya gak suka dia deket-deket sama kamu. Ingat, kamu wanita saya, calon istri saya. Gak boleh ada cowok lagi yang deketin kamu, selain saya. Paham?"

"Tapi gak perlu pake pistol segala, Pak Alex. Dia itu cuma warga sipil biasa. Jangan samakan dia seperti Anda dong!"

Alex memejamkan mata sejenak dengan helaan napas panjang. "Bisa nggak santai sedikit. Gak usah pake bahasa pormal, Irene. Juga jangan panggil saya dengan sebutan Pak, saya bukan atasan kamu dan kamu bukan karyawan saya. Kita ini orang tua si kembar, saya ayahnya dan kamu Ibunya."

"Terus, aku harus panggil Anda dengan sebutan apa? Mas, gitu?"

"Nah, cocok! Panggil saya Mas Alex."

"Ya, ya, ya, aku bakalan panggil Anda Mas Alex kalau Anda mau kasih tau aku misi rahasia yang Anda ceritain kemarin."

Alex menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Ia pikir Irene tidak akan menagih janjinya yang satu itu. Meskipun begitu, ia tetap akan menceritakan misi rahasianya karena tidak ingin mengecewakan wanita yang ia cintai.

"Oke, jadi begini, Sayang."

"Jangan panggil aku sayang."

"Astaga, oke-oke. Jadi begini, Irene Larasati. Saya janji akan keluar dari dunia mafia setelah saya menjebloskan mereka, aparat yang udah memanfaatkan saya selama ini."

Irene mengerutkan kening. "Jadi, maksud Anda, ada aparat negara yang melindungi bisnis Anda dan memanfaatkan Anda, semacam memeras Anda, begitu?"

"Kurang lebihnya seperti itu, Sayang, eh ... maksud saya, Irene," jawab Alex, tersenyum cengengesan.

"Pantesan Anda gak dipenjara setelah aku kasih bukti kongkrit tujuh tahun lalu, jadi itu penyebabnya," decak Irene, akhirnya paham.

Ada sosok besar yang melindungi bisnis ilegal yang dijalani oleh Alex William. Tidak aneh lagi, korupsi di negeri ini memang sudah menjamur dan mendarah daging. Mereka para pejabat, berlomba-lomba mengisi dompet mereka dengan uang, tidak peduli meskipun uang yang memenuhi dompet mereka dihasilkan dari cara yang haram bahkan merugikan negara mereka sendiri.

"Tapi saya mohon, Irene. Jangan kasih tau siapapun masalah ini," pinta Alex seraya meraih lalu menggenggam telapak tangan Irene Larasati. "Biarkan saya menyelesaikan masalah ini dengan cara saya sendiri. Saya mohon!"

Irene tersenyum sinis. "Apa Anda pikir, aku akan jadi pengkhianat seperti dulu?" tanyanya dengan dingin. "Aku cuma rakyat sipil biasa, aku bukan anggota polisi lagi. Buat apa aku bocorin masalah ini, buat apa?"

Alex tersenyum lega, memeluk tubuh Irene dengan perasaan bahagia. Anehnya, wanita itu hanya bergeming, tidak melakukan perlawanan seperti yang dilakukan sebelumnya.

"Saya mohon, beri saya kesempatan kedua, Irene. Saya janji akan jadi Ayah yang baik dan suami yang baik kamu dan si kembar," ucapnya dengan lembut.

"Aku akan kasih Anda kesempatan kedua, tapi dengan satu syarat," jawab Irene seraya mengurai pelukan.

"Syarat lagi? Saya pikir cukup satu syarat, yang kemarin doang," protes Alex.

"Kalau gak mau juga gak apa-apa."

"Ya mau dong, apa sih yang gak bisa saya lakuin buat kamu, Irene?"

Irene diam-diam menyunggingkan senyuman. Hatinya mulai tersentuh dengan ketulusan Alex William, mulai menyadari bahwa pria itu benar-benar mencintainya dan bersungguh-sungguh menyayangi si kembar, buah hati mereka.

"Aku pengen Anda nyingkirin si David. Aku gak mau kembali ke kota, aku gak mau menerima Anda jika Anda belum nyingkirin si brengsek itu," tegas Irene penuh penekanan, masih belum melupakan apa yang pernah dilakukan oleh David, tangan kanan Alex William.

Bersambung ....

***

Hay guys. Mampir di karya keren di bawah ini ya. Dijamin bikin baper deh pokoknya

Judul : Ketika Diabaikan, Hati Ikut Berubah

Karya Author Ismulla AL AZHAM

1
Abian Arka
top
🏘⃝Aⁿᵘ𝓪𝓱𝓷𝓰𝓰𝓻𝓮𝓴_𝓶𝓪
apakah kali ini irene akan luluh?
Jamayah Tambi
Betuah punya anak
Jamayah Tambi
Davidcyg salah dan cemburu
Jamayah Tambi
Selepas 8 tahun baru jumpa
Jamayah Tambi
Anak degil
Jamayah Tambi
Dah masik kandang singa memang tak boleh keluar dah
Jamayah Tambi
Mesti Irinevdah mengandung anak mafia tu
Jamayah Tambi
Kau peduli Akex
Jamayah Tambi
Alex dah tau kau polisi,tp buat2 tak tau kerana cintanya.Dia ingin kamu berhenti jd polis dan menjadi isterinya Itu taktik Alex.
🤩😘wiexelsvan😘🤩
akhirnya bang alex ma irene ketemu lg,kaget ya bang tiba" menjadi daddy si kembar willi & willo 🤩🤩
mampus kau david,habis ni kau akan liat kemurkaan dan kemarahan bang alex 🤭😅😅
Jamayah Tambi
David cukup hati2
Jamayah Tambi
David pulak mcm ketua mafia.
Jamayah Tambi
Kaya raya memang,tp klu suaminya tidak setia dan kaki selingkuh macam mana.Mana ada perempuan yg sanggup diduakan./Tongue//Tongue/
Jamayah Tambi
Masuk kandang singa kamu Ren/Toasted//Toasted/
Jamayah Tambi
Belum apa2 dah kantoi /Sob//Sob/
Jamayah Tambi
Kamu berani sangat Irine.
Jamayah Tambi
Biar betul 2 vs 12.Macam tak logik.
Jamayah Tambi
Ah sudah,bahaya ni Airine
Jamayah Tambi
Mcm man nk jadi sekretaris klu tidak ada latihan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!