NovelToon NovelToon
Semalam Bersama Mantan

Semalam Bersama Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Aliansi Pernikahan / Cinta Lansia
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Dua puluh tahun setelah melarikan diri dari masa lalunya, Ayla hidup damai sebagai penyintas dan penggerak di pusat perlindungan perempuan. Hingga sebuah seminar mempertemukannya kembali dengan Bayu—mantan yang terjebak dalam pernikahan tanpa cinta.

Satu malam, satu kesalahan, dan Ayla pergi tanpa jejak. Tapi kepergiannya membawa benih kehidupan. Dilema mengungkungnya: mempertahankan bayi itu atau tidak, apalagi dengan keyakinan bahwa ia mengidap penyakit genetik langka.

Namun kenyataan berkata lain—Ayla sehat. Dan ia memilih jadi ibu tunggal.

Sementara itu, Bayu terus mencari. Di sisi lain, sang istri merahasiakan siapa sebenarnya yang pernah menyelamatkan nyawa ayah Bayu—seseorang yang mungkin bisa mengguncang semua yang telah ia perjuangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Lia -- Leo

Lia tak membalas. Tak membantah. Hanya diam menatap wanita di depannya, lalu berbalik dan masuk ke kamar mandi. Ia tahu perannya. Ia tahu tak akan ada cinta di dalamnya. Hanya kehampaan yang dibungkus dengan sentuhan, hanya kebutuhan yang lahir dari luka dan harga diri yang terluka.

Sementara itu Ellen duduk di tepi ranjang. Tubuhnya mungkin terlihat tenang. Tapi jiwanya berantakan. Ia menunduk, memejamkan mata, mencoba membungkam suara-suara dalam hatinya yang terus bertanya.

"Mengapa dia tak bisa mencintaiku? Mengapa dia hanya punya tempat di hatinya untuk perempuan itu?"

Air dari kamar mandi mulai mengalir. Aroma sabun pelan-pelan merayap keluar, memenuhi kamar dengan ketenangan semu. Tapi hati Ellen tetap penuh badai.

Suara kenop pintu yang diputar membuat Ellen menoleh cepat. Sudut bibirnya terangkat begitu sosok yang dinantinya muncul dari balik pintu kamar mandi—seorang pria muda dengan tubuh basah, hanya dibalut handuk putih yang melilit di pinggang. Butiran air menetes dari ujung rambutnya, jatuh perlahan ke pundak dan dada bidangnya, menelusuri kulitnya seperti embun yang enggan menguap.

"Kemari."

Suara Ellen lembut tapi tegas, penuh kendali. Ia menepuk sisi ranjang di sebelahnya sambil melambaikan jemarinya pelan, mengundang pria itu dengan tatapan yang sulit dibaca—perpaduan gairah dan kehampaan.

Pria itu mendekat tanpa kata. Langkahnya tenang namun berat, seperti ada beban tak terlihat di balik tatapan matanya yang kosong. Ia duduk, dan tangan Ellen langsung terangkat, meraba wajahnya dengan perlahan.

"Aku lebih suka memanggilmu Leo… daripada Lia," bisiknya pada pria yang sepuluh tahun lebih muda darinya—pria yang selama ini menyamar sebagai sopir pribadi, bersembunyi di balik nama palsu dan penampilan seorang wanita.

Jari-jarinya menyusuri garis rahang Leo dengan lembut. Lalu senyum Ellen berubah miris. "Meskipun wajahmu tak setampan Bayu."

Leo menegang seketika. Namun ia tak bergerak, hanya rahangnya yang mengeras pelan.

Jari-jari Ellen turun ke bahunya. "Meski bahumu tak selebar Bayu."

Jemari itu turun lagi ke dada Leo. "Meski dadamu tak sebidang Bayu, tubuhmu tak setegap Bayu…"

Ellen berhenti sejenak, menatap mata pria di hadapannya—mata yang kini tak mampu lagi menyembunyikan kemarahan kecil yang perlahan membakar dari dalam.

"…tapi setidaknya, kau milikku. Benar-benar milikku. Bukan seperti Bayu… yang hanya kumiliki statusnya, tapi tidak hatinya. Tidak jiwanya. Tidak cintanya. Tidak raganya. Hanya statusnya."

Leo memalingkan wajah perlahan. Ia tahu, sejak awal, dirinya bukan siapa-siapa dalam hidup Ellen. Hanya pengganti. Pelarian. Tapi mendengar namanya dibandingkan—lagi dan lagi—dengan pria yang bahkan lebih tua darinya, yang memperlakukan Ellen dengan dingin, itu menggores harga dirinya sebagai laki-laki.

Bibirnya tertarik dalam senyum tipis yang getir. Dalam diam, ia menahan diri untuk tidak berkata apa pun, meski hatinya bergemuruh.

"Apakah tubuhku hanya bayangan baginya? Apakah setiap sentuhan ini hanya sekadar ilusi untuk menyentuh orang lain?" batinnya, perih.

Ia ingin marah. Tapi tak tahu pada siapa. Pada Ellen? Atau pada dirinya sendiri, yang tetap tinggal meski tahu tak pernah benar-benar diinginkan?

Ellen tak menyadari badai kecil yang mengendap dalam tatapan Leo. Ia hanya memandang pemuda itu, seolah menyulam kenangan masa lalu ke tubuh yang berbeda.

Ellen tertawa pelan—pahit. "Ketampanan dan kesempurnaan fisiknya tak lebih dari boneka di balik kaca. Indah, tapi tak bisa kusentuh. Tak pernah bisa kumiliki."

Tatapannya jatuh pada wajah Leo. "Tapi kau... kau bisa kusentuh. Dan kumiliki sepenuhnya."

Ellen menggenggam pergelangan tangan Leo dan menariknya mendekat, napasnya memburu, matanya tak berkedip menatap wajah pria yang kini duduk tepat di hadapannya. Cahaya lampu tidur memantul di kulit basah Leo, membentuk bayangan yang menari-nari di dinding kamar hotel yang mewah namun terasa sempit oleh ketegangan yang membungkus udara.

"Buat aku ingat malam ini, Leo," bisik Ellen, suaranya serak. "Buat aku tak bisa menatap cermin tanpa melihatmu di tubuhku. Aku ingin kau meninggalkan jejak sebanyak mungkin. Seolah kau mencapku sebagai milikmu."

Leo menatapnya tajam. Bukan dengan gairah semata, tapi dengan sesuatu yang lebih dalam. Sesuatu yang mendekati kemarahan yang telah lama ia telan—amarah karena menjadi pelampiasan, amarah karena dibandingkan, amarah karena diinginkan tapi tak benar-benar dicintai.

Tanpa sepatah kata pun, Leo menarik tubuh Ellen ke dalam pelukannya, seolah ingin menenggelamkan segala suara di kepalanya. Di balik genggamannya yang kuat, ada perasaan getir yang tak bisa ia enyahkan.

"Aku akan membuktikan diriku malam ini, Ellen," batin Leo.

Bibir mereka bertemu, bukan dengan kelembutan, melainkan dengan desakan penuh tuntutan. Tangan Leo bergerak cepat, seolah ingin membuktikan sesuatu—bukan hanya kepada Ellen, tapi kepada dirinya sendiri.

"Aku bisa membuatmu menyerah sepenuhnya. Aku akan jadi satu-satunya yang kau ingat saat tubuhmu berdenyut oleh sisa malam," pikirnya, mencumbu Ellen semakin intens.

"Leo..." desah Ellen mulai terbakar dalam permainan mereka.

"Aku akan terus membuatmu menyebut namaku," batin Leo. Hasratnya terbakar dalam amarah.

Ia tahu Ellen tak mencintainya. Ia hanyalah pelarian. Selimut sementara dari rasa kehilangan, dari lelaki bernama Bayu yang bahkan tak pernah menoleh. Dan Leo—lebih muda, lebih segar, lebih mudah dikendalikan. Tapi tidak malam ini.

"Malam ini, aku yang berkuasa. Aku yang membalikkan semuanya."

Setiap sentuhannya bukan hanya hasrat, tapi perlawanan. Ketika Ellen memintanya meninggalkan tanda, Leo melakukannya bukan karena perintah, melainkan sebagai pernyataan. Bahwa ia nyata. Bahwa ia ada. Bahwa ia bisa membuat wanita itu menggeliat tanpa menyebut nama pria lain dalam benaknya.

"Hah..hah.. Leo..."

Desah Ellen membaur dengan gesekan kulit, napas tercekat, dan cengkeraman tangan yang tak ragu. Ia menggeliat, bukan karena ingin lepas, melainkan karena menikmati setiap detik ketika Leo mengambil alih kendali—liar, intens, penuh gairah dan dendam yang tak terucap.

Leo masih merasakan luka setiap kali nama Bayu membayang di pikiran Ellen. Bahkan saat tak disebut, bayangan itu menampar harga dirinya lebih dari apa pun. Tapi ia tetap tinggal. Ia tetap mencumbu. Ia tetap menjadi badai di atas tubuh Ellen—karena ia pun tengah membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bukan sekadar pelarian.

Ia ingin meninggalkan jejak—bukan hanya di kulit Ellen, tapi juga dalam pikirannya. Samar, tapi membekas.

"Ughh.. Leo..."

Ellen mengerang, bukan hanya karena sensasi, tapi karena kegamangan yang menggerogoti dadanya. Sentuhan Leo tak lagi lembut. Gerakannya menuntut. Napasnya berat, seolah melawan sesuatu yang tak kasat mata.

"Aku tahu kau sedang marah, Leo. Bukan padaku. Tapi pada lelaki yang tak bisa kumiliki."

Ia mencoba melupakan Bayu lewat Leo—namun setiap sentuhan Leo justru menegaskan satu hal: Bayu tak pernah menyentuhnya. Tak pernah memilikinya. Dan kini, tubuh ini sudah terisi jejak orang lain. Bukan Bayu. Bukan mimpi. Tapi Leo, yang nyata dan ada.

"Tubuh ini sudah menjadi milik Leo. Tapi hatiku masih tertinggal di tempat yang tak pernah bisa kugapai—pada Bayu, sosok yang tak pernah kudekap, tapi tak juga mampu kulepaskan. Pria yang kuinginkan, tapi tak pernah bisa kusentuh. Tak pernah bisa kumiliki. Dan mungkin, tak akan pernah."

"Ughh… hah… hah…"

Tubuh Ellen menegang, lalu bergetar hebat saat ledakan itu menyapu mereka bersamaan—sebuah klimaks yang datang seperti badai, mengguncang raga, tapi bukan hati. Napas mereka memburu, menggantung di udara yang masih panas oleh sisa hasrat.

Namun di tengah gelombang kenikmatan itu, Ellen justru merasa kosong. Kelegaan yang semestinya mengisi, justru menyisakan kehampaan yang tak bisa ia jelaskan.

Leo memeluknya erat, tapi yang ia rasakan bukan pelukan seorang kekasih, melainkan kenyataan pahit: tubuhnya puas, tapi hatinya tidak.

Di balik semua itu, masih ada nama lain yang bergema di sudut pikirannya—Bayu. Bukan Leo yang ia inginkan saat mencapai puncak itu. Bukan Leo yang ia bayangkan saat tubuhnya bergetar.

Ia menang dalam permainan malam ini, tapi kalah dalam perang di dalam dirinya sendiri.

"Aku merasa jadi perempuan yang kalah dalam permainan yang kubuat sendiri."

Ketika tubuhnya lunglai dalam dekapan Leo, air mata kecil jatuh tanpa suara.

"Aku kalah," batinnya.

Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, Ellen mencoba membungkam kegagalannya dengan caranya sendiri.

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Siti Jumiati
semoga Bayu ada mata2 yang mengawasi Ayla, karena ellen berniat jahat pada Ayla,semoga Ayla selamat dari rencana Jahan Ellen, semoga kejahatan ellen segera terbongkar. lanjut kak
syisya
semoga kebusukan ellen terendus lebih dulu jadi biar sama" hancur
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu hanya mencintai ayla. pahamilah itu Ellen. jangan paksakan obsesimu.
abimasta
ellen bukan mencintai bayu tp obsesi
abimasta
terhenti karena cincin pemberiannya dahulu masih ada di jari laras
Yeni Wahyu Widiasih
berhenti karena masih ada cincin perakkah?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga semua dilancarkan. sah!
syisya
terhenti karna masih memakai cincin perak pemberiannya dulu atau ada pengganggu 🤔
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Aaaaa.... kamu gak akan bahagia jika terus egois, aylaaaaa
Siti Jumiati
Ayla jangan keras kepala,coba kamu terus terang sama Bayu bahwa kamu masih mencintainya dan kamu takut tidak diterima ayah Bayu.
jangan takut Ayla semoga ayah Bayu mau menerima kamu dan cucunya.
semangat kak ditunggu kelanjutannya makin seru nih,aku suka aku sukaaaaa
syisya
aku berharap Ellen hamil karna keteledoran biar semua orang tahu bahwa dia berkhianat
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto: ok 👌👍
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 2 replies
Siti Jumiati
ellen dan sherin berdamailah dengan Ayla karena damai itu indah, introspeksi diri sendiri ellen dan sherin sebenarnya semua kejadian ini adalah ulahmu sendiri.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
siapakah yg berdiri disana?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
andai Ellen & Sherin bisa ikhlas. mungkin bahagia itu akan merayap pelan menghampiri. 😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌
Siti Jumiati
ditunggu kelanjutannya kak
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Sherin playing victim. semoga itu tak akan menggoyahkan ayla untuk menuntut keadilan.
Syailendra sekali ini saja, tunjukkan cinta & tanggung jawabmu pada kebahagiaan keturunanmu
syisya
semoga bapak tua menerimamu ay dan menjagamu dari jauh apalagi ada tangan nakal yg ingin melenyapkanmu semoga kaki tangan pak tua sudah lebih dulu menghentikannya, kapan y topeng Ellen terbongkar
Dek Sri
lanjut
abimasta
semogaa ellen tidak tau kalau laras sudah kembali ke indonesia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!