Salahkah Aku Selingkuh

"Ayo pak Devan angkat telpon nya."

Jasmin semakin panik, saat dia mulai putus asa ponselnya tiba-tiba berdering, tertera nama Devan yang balik menghubunginya.

"Jasmine ada apa?"

"Pak Devan tolong cepatan bantuin aku, bapak tidak boleh telat dalam lima belas menit saja." pinta Jasmine tanpa basa-basi lagi.

"Katakan apa yang terjadi?"

"Aku dan Dirga sekarang ada dalam apartemennya, aaa...aku tidak mau pak. Cepet bantuin Jasmine." ucap Jasmine terbata-bata.

"Di apartemen berduaan, bukankah kalian sudah bertunangan dan akan segera menikah. Jadi aku tidak bisa ikut campur."

"Tapi pak, aku tidak mau di sentuh Dirga.... lagian apa pak Devan benaran rela aku tidur sama Dirga?"

"Apa peduliku..."

Devan mematikan ponselnya begitu saja, tanpa mendengar penjelasan dari Jasmine lagi.

"Pak Devan, kamu jahat....hick.."

Tok!tok!tok

"Jasmine sayang, cepatlah.. jangan buat aku menunggu mu lebih lama lagi." ucap Dirga seraya membayangkan Jasmine mengenakan lingerie seksi milik Bella.

"I..iya sabar Dirga."

Jasmine berjalan mondar-mandir tanpa terasa sudah sepuluh menit berlalu, Dirga yang mulai menipis kesabarannya kembali mengetuk pintu, bahkan penampilan Dirga saat ini hanya mengubah boxer memperlihatkan tubuh suspek nya, meskipun masih kalah banyak dibandingkan tubuh Devan yang hampir dikatakan sempurna secara keseluruhan.

"Jasmine."

"Ya, aku keluar sekarang."

Jasmine yang putus asa keluar dari dalam kamar mandi, menundukkan kepalanya tidak mau menatap tubuh Dirga dihadapannya yang sudah telanjang dada.

"Lho Jasmine, kamu kenapa tidak menggunakan lingerie pemberian ku barusan."

"Maaf Dirga, tapi aku tidak bisa." tolak Jasmine.

"Kenapa?"

"Aku tidak bisa melakukannya denganmu, sebelum kita resmi menikah."

"Itu lagi alasanmu, sekarang atau nanti sama saja bagiku."

Dirga menarik tubuh Jasmine kedalam pelukannya, meskipun sudah berusaha meronta-ronta namun tenaga Jasmine tetap kalah banyak oleh tenaga Dirga.

"Ayolah sayang, setelah mencobanya kamu bakal ketagihan. Aku janji tidak akan menyakitimu."

"Ba... baiklah, tapi kamu jangan tergesa-gesa seperti ini, aku takut Dirga."

"Oke...oke, aku akan lebih santai lagi."

Dirga menarik nafas dalam-dalam, berusaha bersabar dan mengendalikan dirinya yang sudah terlanjur terbakar gairah.

"Sepertinya ada tamu Dirga."

"Sial, ada lagi gangguan." ucap Dirga bercampur panik, berfikir jika yang mengetuk pintu adalah Bella.

"Ngapain sih Bella kesini, bisa kacau semuanya jika Jasmine mengetahui perselingkuhan kami." Dirga mengusap wajah kesal.

"Ada apa Dirga, memangnya siapa yang datang berkunjung?"

"Tidak ada siapa-siapa sayang, palingan Morgan sahabatku yang sering kesini, kita abaikan saja. saat berduaan seperti ini aku tidak ingin ada tamu yang berkunjung."

"Tapi dia terus memencet bel, telingaku tidak nyaman mendengarnya."

"Bagaimana jika kita dikamar mandi saja, agar suara bising ini tidak kedengaran lagi." usul Dirga menarik tangan Jasmine, namun sekarang bukan suara ketukan pintu lagi yang terdengar, namun suara berat seorang pria dewasa yang begitu dikenal Dirga, menghentikan langkahnya.

Tok!tok!tok

"Dirga, buka pintunya...aku tahu jika kamu sedang bersama Jasmin didalam."

"Pak Devan?"

Jasmine tersenyum bahagia, sedangkan wajah Dirga langsung berubah pucat, dia sangat takut dan hormat pada Devan selaku kakak angkatnya, meskipun mereka dibesarkan dan tumbuh dilingkungan yang sama.

"Iya mas. tunggu sebentar kami akan segera keluar." balas Devan segera mengenakan pakaiannya kembali.

"Jasmine, jika mas Devan tanya biar aku saja yang menjawab. kamu cukup diam dan mengangguk saja ya." ucap Dirga sebelum membuka pintu.

"Oke, asalkan kamu mau berjanji, akan menyentuh ku setelah pernikahan kita resmi dilangsungkan." ucap Jasmine merasa menang.

"Baiklah."

Dirga frustasi karena kembali gagal mendapatkan apa yang selama ini di impikan nya.

Ceklek!

Pintu terbuka perlahan, nampak sosok Devan berdiri sambil berkacak pinggang.

"Mas Devan, ada apa datang kesini malam-malam?"

"Ada urusan penting yang harus aku selesaikan dengan Jasmine, dan itu menyangkut proyek besar dengan nilai triliunan. Aku harap kamu tidak menganggu urusan pekerjaan kami yang sangat berharga ini." ucap Devan dengan ekspresi dingin.

"Tapi kenapa malam-malam sekali, bukankah sekarang hari libur bagi Jasmin?"

"Apa kamu keberatan?" tanya Devan melangkah masuk, duduk seraya menyilangkan satu kakinya ke atas.

"Sama sekali tidak mas." ucap Dirga tergagap.

"Kalau begitu, kita bahas pekerjaan disini saja. aku akan minta sektretaris untuk segera mengantarkan berkas dan laptop kesini."

"Silahkan, tidak apa-apa mas."

"Apa perlu aku sediakan kopi dan makanan kecil, untuk menemani pekerjaan lembur mas Devan dan Jasmine?"

"Bagus sekali, terimakasih Dirga."

Hampir dua jam dihabiskan Jasmine dan Devan membahas masalah pekerjaan, yang membuat Dirga bosan. Beberapa kali pria itu menguap menahan ngantuk memperhatikan Jasmine dan Devan yang justru terlihat bersemangat membahas sesuatu yang paling tidak disukai Devan, baginya bekerja itu sangat membosankan.

"Dirga, kalau kamu ngantuk tidur saja duluan. Jangan pedulikan kami. Karena masih banyak yang perlu kami berdua......"

Belum berakhir ucapan Devan, Dirga sudah tepar duluan di atas sofa. Terbang bersama mimpi indahnya yang belum kesampaian. Jasmine tertawa cekikikan melihat tingkah Dirga.

"Entah apa yang membuatku kedua orang tuaku, mau-mau nya mengadopsi Dirga ditengah-tengahnya keluarga kami?" ucap Devan nyaris tak terdengar.

"Sama, aku juga bingung kenapa ke-dua orang tua kita begitu bersemangat menjodohkan aku dan Dirga." balas Jasmine.

"Apa dalam hati mu pernah berharap, jika yang dijodohkan mereka adalah kita berdua?" tanya Devan yang ampuh membuat wajah Jasmine merah merona.

"Ih bapak kelewatan narsis tingkat dewa ha ..ha..."

"Buktinya, kamu begitu takut disentuh Dirga."

Devan menarik tubuh Jasmine, hingga terduduk di atas pangkuannya.

"Jangan kakak ipar, ingat disini masih ada adikmu, bagaimana jika dia bangun lalu memergoki tunangan dan kakaknya bermesraan."

"Aku tahu bagaimana Dirga jika telah tidur, diguncang gempa besar pun dia tidak akan bangun." jawab Devan melayangkan kecupan ringan dileher Jasmine.