LANJUTAN OH MY JASSON. HARAP BACA OH MY JASSON TERLEBIH DULU
Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biar cepat sembuh
Pagi selanjutnya, Jasson terlihat begitu rapi. Laki-laki itu tengah bersiap-siap pergi ke luar kota—ke rumah Bibi Bea untuk menemui Kimmy di sana. Kali ini Jasson nampak lebih semangat daripada sebelum-sebelumnya. Ia berkeyakinan penuh bahwa akan membawa Kimmy kembali pulang ke rumah ini.
Jasson keluar meninggalkan rumah. Namun, tubuhnya yang nyaris masuk ke dalam mobil terurungkan tatkala dirinya melihat sebuah mobil berhenti di pelataran rumahnya. Mobil yang tak asing.
“Paman ….” Seorang anak kecil yang tak lain ialah Elga terlihat turun dari mobil itu bersama Jesslyn. Senyuman Jasson menyambutnya. Laki-laki itu melentangkan kedua tangan, menangkap Elga yang menghamburkan pelukannya.
“Kau kemari sepagi ini?” Jasson menghadiahkan beberapa ciuman di wajah dan juga puncak kepala keponakannya itu.
“Iya, aku mau ikut Bersama Paman menemui bibi dokter.”
“Menemui bibi dokter?” Kening Jasson berkerut saat Elga membenarkannya.
Jasson bingung, rasanya ia tidak memberitahu siapapun kalau akan pergi menemui Kimmy pagi ini. Kecuali kepada … Harry. Ya, hanya kepada sahabatnya itu. Mungkin ini solusi yang dimaksud oleh Harry kemarin. Mendatangkan Elga.
Jasson menggendong tubuh Elga, dan kini pandangannya bertemu dengan Jesslyn. Dan … Kendrick. Kakak sulungnya itu terlihat turun dari mobil dan berjalan menghampiri.
Tatapan antar saudara laki-laki itu kini bertemu. Masih ada kekesalan di kedua sorot mata Jasson. Namun, ia masih menjaga kesopanannya untuk menghormati kakaknya tersebut.
“Ayo masuklah dulu.” Jasson berjalan mendahului kedua saudaranya untuk masuk ke dalam rumah. Mereka kini duduk saling berhadap-hadapan setelah Jasson mempersilakan mereka untuk duduk.
“Ada apa kalian kemari sepagi ini?” tanya Jasson dengan suara yang terdengar dingin.
“Kakak kemari mau meminta maaf karena sudah bersikap kasar kepadamu waktu itu,” ujar Kendrick.
Jasson tercenung. Ia mengira kakaknya akan memaki-maki dirinya lagi, tetapi ternyata pikirannya salah. Kedatangan Kendrick kemari justru malah meminta maaf hingga membuat Jasson semakin tidak enak hati.
“Apa yang Kakak lakukan tidaklah salah, jadi tidak perlu meminta maaf.”
“Jasson … Kakak dan Papa hanya menginginkanmu bersikap sedikit dewasa setiap kali menyikapi masalah, dan kau harus berpikir realistis. Kau tidak boleh egois mementingkan dirimu sendiri, tanpa memikirkan perasaan orang lain,” tutur Ken.
“Maafkan aku, Kak.” Jasson mengerjap-ngerjapkan matanya.
“Dan Papa … Papa tidak pernah bermaksud membanding-bandingkanmu dengan Kakak. Kita semua sama di mata Papa. Dari kecil Papa dan Mama tidak pernah pilih kasih.” Kali ini Jasson hanya diam saja, dan menundukan pandangannya ke bawah.
“Kakak mohon, kembalilah bekerja. Bantu Papa untuk mengurus perusahaannya. Jangan membuat Papa bersedih dan merasa bersalah.”
Jasson mengangkat dagunya. Kini tatapannya kembali bertemu dengan sorot mata Ken yang penuh dengan permohonan. “Iya, Kak. Tapi tidak sekarang. Aku masih mau membujuk Kimmy untuk pulang ke rumah. Jika masalah rumah tanggaku selesai, aku pasti akan kembali bekerja.”
Ken tersenyum lega. Setidaknya ia tau bahwa adiknya mau bekerja kembali “Iya tidak apa-apa. Ini baru adik Kakak.” Ken menepuk bahu Jasson dan memeluknya. Suasana yang semula terasa hening, kini menjadi bersahabat. “Bawalah Elga untuk bertemu dengan Kimmy.”
“Aku boleh mengajak Elga?”
“Tentu saja.”
“Dan aku …,” sahut Jesslyn. “Aku juga akan ikut denganmu menemui Kimmy.”
“Lebih baik tidak usah,” tolak Jasson.
“Kenapa? Kau tidak suka ya aku bertemu dengan Kimmy!” protes Jesslyn sambil mencebikan bibirnya.
“Bukannya tidak suka, tetapi kalau kau ikut, Kimmy akan semakin mengabaikanku di sana. Karena dia pasti akan lebih banyak mengajakmu berbicara.”
“Benar kata Jasson, Sayang. Tidak usah ikut. Ikut Kakak pulang saja ke rumah temani Alana dan Bryen,” tutur Ken. Jesslyn pun terpaksa menuruti perkataan Ken. Meskipun dirinya kesal terhadap Jasson yang melarangnya untuk ikut. Padahal pagi itu ia sudah berpakaian rapi dan membawa beberapa pakaian ganti untuk menginap di rumah Bibi Bea, tetapi mau bagaimana lagi. Dirinya juga sangat menginginkan Jasson dan Kimmy lekas berbaikan lagi.
***
Kimmy terlihat sedang berada di dalam sebuah kandang dengan kayu-kayu bercat puith pendek sebagai pagar yang mengitarinya. Wanita itu duduk melutut memberi makan kelinci dan juga domba yang kandangnya memang bersebelahan. Letak kendang-kandang hewan itu berada di samping rumah Bibi Bea. Ini alasan Kimmy lebih memilih untuk tinggal di rumah Bibi Bea. Selain banyak penghijauan dan udara pedesaan yang sama sekali belum tercemari oleh polusi, Kimmy memiliki hiburan tersendiri untuk memberi makan hewan-hewan peliharaan bibinya.
“Makanlah yang banyak.” Kimmy bergantian memberi makanan pada domba-domba milik bibinya. Tumpukan rumput hijau yang sudah tersedia, kini ia berikan kepada hewan yang memiliki bulu putih seperti kapas dan gumpalan awan tersebut.
Kimmy mengamati domba-domba itu yang makan dengan begitu rakus. Namun, tatapannya semakin lama semakin kosong tatkala, bayangan Jasson kembali memenuhi pikirannnya.
“Bibi Dokter ….” Terdengar sayup-sayup suara Elga di sela-sela lamunan wanita itu, tetapi Kimmy tak menghiraukannya.
“Bibi Dokter ….”
“Kalian bisa bicara, ya?” tanya Kimmy kepada domba-domba milik bibinya. Namun, domba-domba yang berbaris rapi di hadapannya itu sibuk mengunyah rerumputan.
“Mana mungkin domba bisa berbicara seperti Elga?” Kimmy terkekeh geli akan kebodohannya saat bertanya kepada domba-domba itu. “Hah, aku sangat merindukan keponakanku yang centil itu.”
“Bibi Dokter ….” Tubuh Kimmy tiba-tiba terguncang saat merasakan seseorang memeluknya dari belakang— wanita itu nyaris terjatuh di tumpukan rumput. Bahkan tak sedikit domba-domba yang sedang asik makan itu lari ketakutan karena terkejut.
“Elga?” Kedua mata Kimmy membeliak saat mengetahui ternyata keponakannya itu ada di sana. Seulas senyuman centil yang terselip dari bibir mungil gadis kecil itu seketika memudarkan rasa cemas dan gelisah Kimmy.
“Bibi Dokter aku merindukanmu.” Elga membenamkan tubuh mungilnya di pelukan Kimmy saat istri dari pamannya itu berbalik badan. Kimmy membalas pelukan Elga, menciumnya berulang kali. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Elga berada di sini.
“Bibi juga merindukanmu, Sayang.” Kimmy sekali lagi mencium pipi Elga yang bulat seperti tonjolan kue muffin yang baru saja diangkat dari dalam oven.
“Bibi bau domba.”
Kimmy terkekeh. “Tentu saja, Bibi kan berada di kendang domba.” Kimmy mencubit gemas kedua pipi Elga sambal berdesis.
“Apa kau kemari Bersama Mamimu, Sayang?” tanya Kimmy seraya menyelipkan rambut berwarna madu yang membingkai wajah keponakannya itu.
“Ehm … tidak. Coba tebak, Elga datang kemari Bersama siapa?”
“Bibi Jesslyn?”
“Tidak juga.”
“Daddy Ken? Nenek dan Kakek.”
“Bibi sungguh menyebalkan.” Elga mencebikan bibirnya. “Bibi salah!” Wajahnya yang terlihat kesal karena Kimmy tidak bisa menebak, membuat gadis kecil itu semakin menggemaskan. Sekali lagi Kimmy mencium pipi bulatnya yang merona, wanita itu nyaris kelepasan untuk mengigitnya.
“Lalu kau kemari datang Bersama siapa, Sayang?” Kimmy menyelipkan kembali rambut Elga yang berhamburan ditiup angin.
Elga mendekatkan bibir mungilnya di daun telinga Kimmy. “Aku datang bersama Paman Jasson,” bisiknya membuat Kimmy geli.
“Paman Jasson?” Senyuman Kimmy perlahan menyurut, tetapi tak menunjukannya kepada Elga.
“Iya, aku kemari bersama Paman Jasson.”
“Di mana sekarang Paman Jasson?” tanya Kimmy.
“Ada di mobil.”
Kimmy beranjak berdiri. Ia membersihkan lulutnya yang kotor karena terkena remahan pasir dan juga rumput-rumput kering yang sedikit lembab. Wanita itu menggendong Elga. Ia mendesis ngilu saat tubuh Elga tidak sengaja mengenai luka di tangannya.
“Bibi kenapa?” tanya Elga saat melihat wajah Kimmy yang sedikit meringis kesakitan. “Apa tubuhku terlalu berat hingga Bibi kesakitan seperti itu.”
“Tidak, Sayang. Ayo kita temui Paman Jasson.” Kimmy tersenyum dan membuat dirinya seolah baik-baik saja.
***
Jasson terlihat duduk berjongkok di samping mobil sembari memainkan ranting pohon, tetapi pikirannya tengah melambung ke mana-mana. Entah apa yang tengah ia lamunkan.
Sepasang kaki telanjang tiba-tiba berdiri tepat di hadapannya. Jasson menengadahkan wajahnya. Kimmy terlihat menggendong Elga.
“Paman ….” Elga mengembangkan senyuman kepada Jasson sembari menyandarkan kepalanya dengan begitu manja di salah satu bahu Kimmy. Namun tidak dengan Kimmy yang menatapnya dengan tatapan dingin.
“Kimmy ….” Seulas senyuman melukis bibir kering Jasson. Ia beranjak berdiri, membuang ranting yang ia pegang. Tatapannya mendadak lumpuh saat kedua manik matanya itu berhasil menemui kembali wajah Kimmy—wajah wanita yang sangat ia rindukan beberapa hari ini. Jantungnya berdesir kuat. Rasanya ia ingin sekali memeluk dan mencium wanita itu, namun untuk saat ini, Jasson hanya bisa mengubur rasa keinginannya.
“Masuklah.” Kimmy berjalan mendahului Jasson. Namun, laki-laki itu menghentikan langkahnya.
“Kimmy tunggu. Biar Elga kugendong. Tanganmu masih terluka.” Jasson begitu cemas saat melihat setitik darah merembas dari balutan pakaian berlengan pendek yang dikenakan oleh istrinya itu.
“Tidak usah!”
Tak menghiraukan tolakan Kimmy. Jasson mengambil alih Elga dari gendongannya. “Lukamu masih belum kering.”
“Peduli apa kau memangnya?” Suara Kimmy terdengar lembut seperti embusan angin, tetapi … sangat menusuk. “Cepat masuklah.” Kimmy melanjutkan kembali langkahnya untuk masuk ke dalam rumah.
Kimmy mendaratkan tubuhnya duduk di sofa. Disusul oleh Jasson dan juga Elga kemudian. Laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan.
“Ke mana Bibi Bea?”
“Ke peternakan.” Kimmy menghindari tatapan mata Jasson.
“Sesiang ini?” Manik mata berwarna kelabu terang milik laki-laki itu tak membiarkan dirinya lepas sedetik pun dari pandangannya.
“Kau terlalu banyak bertanya.” Kimmy beranjak berdiri, nyaris meninggalkan tempat duduknya. Namun, Jasson memegang pergelangan tangannya, menghentikan langkah wanita itu.
“Lukamu sepertinya berdarah. Biar kubantu untuk mengobati.”
“Tidak perlu.”
“Nanti infeksi jika dibiarkan.”
“Kau bukan dokter. Tau apa memangnya?” cetus Kimmy sembari menajamkan tatapannya. Ia menghempas pelan tangan Jasson dan berlalu pergi masuk ke dalam kamar.
“Sejak kapan dia jadi galak seperti itu?” gumam Jasson.
“Paman, apa Bibi Dokter terluka?” tanya Elga yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan orang dewasa yang cukup sulit untuk ia cerna.
“Iya, Sayang, Bibi Dokter terluka.” Elga tiba-tiba turun dari pangkuan Jasson. Menarik-narik pergelangan tangan Pamannya.
“Ayo kita bantu obati luka Bibi, Paman.” Jasson tidak bisa menolak ajakan Elga. Ia mengikuti keponakannya yang berjalan menyolonong masuk ke dalam kamar yang ditempati oleh Kimmy tanpa permisi.
Kimmy terlihat duduk di tepi tempat tidur memunggungi dirinya dan juga Elga. Wanita itu tengah kesulitan mengganti perban baru untuk membalut lengan tangannya. Benar seperti yang dikatakan oleh Jasson. Tak sedikit darah merembas dari lukannya tersebut.
“Biar kubantu.” Jasson mengambil alih perban yang dipegang oleh Kimmy. Mendaratkan tubuhnya duduk di samping wanita itu.
“Aku bisa sendiri.” Jasson menjauhkan perban yang nyaris dirampas kembali oleh Kimmy.
“Jangan keras kepala, biar kubantu.” Jasson dengan hati-hati membalut luka tangan Kimmy yang memang tampak belum kering sepenuhnya. Dan sekitar luka itu juga tampak memerah dan bengkak.
“Kenapa Bibi Dokter bisa terluka?” Elga bergidik ngeri. “Apa tangan Bibi terluka karena tadi menggendong Elga?”
Kimmy tergelak. “Tidak, Sayang. Tangan Bibi terluka karena jatuh bukan karena menggendongmu. Jangan melihat.” Kimmy menutup kedua mata Elga dengan telepak tangannya. Sementara, matanya kini memperhatikan Jasson yang masih sibuk membantu dirinya membalut luka. Tak bisa dipungkiri, hatinya sama tersiksanya seperti Jasson.
“Sudah ….” Kedua mata Kimmy dan Jasson kini bertemu dan saling terkunci. Manik mata keduanya seolah tengah bertukar rindu dan berbicara satu sama lain. Namun, Kimmy mengakhiri tatapan itu dengan begitu acuh.
Elga tiba-tiba meraih lengan tangan Kimmy yang terluka dengan hati-hati. “Kasihan sekali Bibi Dokter.” Gadis kecil itu meninggalkan sebuah ciuman di lengan tangan Kimmy yang dibalut oleh kain kasa. “Lukanya sudah sembuh, Bibi.” Dengan wajahnya yang menggemaskan, Elga menirukan gaya Alana yang selalu mencium bagian tubuhnya jika terluka.
Kimmy kembali dibuat tertawa oleh tingkah keponakannya. “Sudah sembuh?” tanyanya sambal mencubit salah satu pipi Elga.
“Iya, sudah sembuh. Jika aku terluka, Mami selalu mencium lukaku. Dan Lukaku jadi sembuh saat itu juga, Bibi,” kata Elga dengan penuh keyakinan. “Apa Bibi merasakan hal yang sama?” tanyanya.
Kimmy bingung harus menjawab apa. Wanita itu tersenyum dan menganggukan kepalanya setelah beberapa saat. “Iya, luka Bibi sedikit lebih baik, Sayang.”
“Paman, sekarang ayo cium luka Bibi supaya cepat sembuh,” perintah Elga dengan penuh desakan dan paksaan. Namun, Jasson hanya diam, ia benar-benar takut kepada Kimmy yang menatapnya dengan penuh waspada.
“Paman kenapa diam? Ayo cium juga luka Bibi.” Elga dengan kesal mengguncang tubuh Jasson supaya lekas melaksanakan perintah darinya.
“Ehm, ini Elga yang menyuruh,” kata Jasson dengan sedikit takut. Kimmy hanya diam dan mengalihkan pandangan darinya.
“Ayo, Paman.” Keponakannya ini sungguh menyebalkan.
Jasson menarik tubuh Elga, mengapit dan menyembunyikan wajah gadis kecil itu di dadanya supaya keponakannya yang cerewet itu tidak melihat apa yang akan ia lakukan setelah ini.
Saat merasa Elga sudah ia amankan, Jasson tiba-tiba menangkup rahang Kimmy dan mendaratkan ciuman dadakan di bibir wanita itu hingga membuatnya terkejut.
“Kau!” Suara Kimmy mengguncang tenggorokannya saat Jasson mengakhiri ciuman itu. Kimmy memelototkan kedua matanya kepada Jasson. Namun, pipinya yang merona tidak bisa membohongi bahwa tubuhnya menerima sengatan itu.
“Elga yang menyuruh. Biar cepat sembuh.” Jasson menarik salah satu sudut bibirnya. Seolah senyuman itu tengah mengejek Kimmy yang lagi-lagi kecolongan.
.
.
.
.
.
.
FYI.
Karya baru Nona, yang pemerannya Tuan Dev dan Nayra, Nona pindah di aplikasi Novel*me, ya. Judulnya Married with Mr.Dev Barangkali kalian mau mampir dan baca.
Follow Ig Nona: @Nona.lancaster supaya makin akrab.