Karen Aurellia tidak pernah menyangka diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun, akan menikah dengan pria yang lebih tua darinya. Pria itu adalah Darren William Bratajaya, pemuda cerdas yang telah meraih gelar profesor di Universitas London.
Saat mengetahui akan dinikahi seseorang bergelar profesor, yang ada dalam bayangannya adalah seorang pria berbadan gempal dengan perut yang buncit, memakai kacamata serta memiliki kebotakan di tengah kepala seperti tokoh profesor yang sering divisualkan film-film kartun.
Tak sesuai dugaannya, ternyata pria itu berwajah rupawan bak pangeran di negeri dongeng! Lebih mengejutkan lagi, ternyata dia adalah dosen baru yang begitu digandrungi para mahasiswi di kampusnya.
Bacaan ringan, bukan novel dengan alur cerita penuh drama. Hanya sebuah kisah kehidupan Rumah Tangga pasutri baru, penuh keseruan, kelucuan, dan keuwuan yang diselipi edukasi pernikahan. Baca aja dulu, siapa tahu ntar naksir authornya 🤣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26 : Jadi Asisten Dosen?
"Aku tadi udah habis mandi tahu!" Karen berusaha berdiri lagi.
"Ya, mandi lagi gak papa, kan?"
Darren menggendong Karen untuk membawanya masuk berendam bersama dalam bathub yang hangat. Karen hanya bisa terdiam dan tak bergerak ketika pria itu telah melepaskan pengait bra-nya secara perlahan.
Darren yang duduk di belakang Karen, mulai memijat punggung perempuannya dengan lembut. Karen masih bergeming merasakan sapuan demi sapuan telapak tangan Darren di setiap inci kulitnya. Meski mereka telah menjadi suami istri, tetap saja ia merasa ini memalukan. Untung saja posisinya membelakangi pria itu. Jika tidak, Darren akan melihat mukanya yang memerah padam.
Usai mandi bersama, sepasang suami istri itu duduk di tepi ranjang sambil saling membantu mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Darren menggunakan handuk kecil itu untuk menarik wajah Karen ke arahnya. Wajah mereka lantas berdekatan dan hanya berjarak lima senti. Darren tersenyum tipis, kemudian mulai memiringkan kepalanya dengan mata yang terpejam lembut. Sialnya, ketika bibirnya hampir melakukan pendaratan di atas bibir Karen, perempuan itu malah bersin tepat di hadapannya.
"Hassyyiiimmmm ...."
Suasana romantis yang sempat terbangun menjadi runtuh seketika akibat Karen yang bersin terus-menerus.
"Kayaknya kamu kedinginan." Darren bergegas mengambil selimut untuk membungkus tubuh Karen yang hanya berbalut handuk kecil.
"Sorry banget." Karen harus berulang kali menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Ya, udah cepat pakai baju biar enggak masuk angin. Aku bikinin teh hangat dulu, ya." Darren lalu keluar kamar menuju dapur mereka.
Lima menit kemudian dia kembali dengan membawakan secangkir teh yang menampakkan kepulan uap yang mengembun di atasnya.
Karen yang tampak menggigil, mengambil teh buatan suaminya lalu menyesapnya dengan perlahan.
"Habis ini kamu langsung tidur aja, biar tubuh kamu fit dan gak kena flu." Pria itu mengintruksikan dengan rasa khawatir.
"Karen menaikkan pandangannya, menatap Darren dengan sungkan. "Kamu enggak papa?"
Alis Darren tampak tersambung, tetapi sedetik kemudian ia langsung mengerti maksud istrinya. "Santai aja, aku bukan tipe pria yang enggak bisa nahan. Gak perlu dipaksa, kita ini udah suami istri kok. Kapanpun bisa."
Darren menuntun Karen berbaring lalu menyelimutinya. Karen merasa senang mendapatkan pasangan yang pengertian meskipun sebenarnya ia menyesal tak bisa berintim dengan suaminya malam ini. Apalagi ia melihat sarung pelindung Otong alias alat kontrasepsii yang telah dipersiapkan suaminya di atas meja nakas. Tanda suaminya benar-benar mendambakannya malam ini.
Putaran waktu yang begitu cepat, membuat mentari mulai menampakkan diri di kaki langit. Seperti sebagian orang yang sibuk bersiap dengan aktivitas mereka, begitu pula dengan pasangan beda umur, beda sifat dan beda komposisi otak ini. Karen dan Darren tengah menikmati sarapan pagi bersama. Tampaknya tubuh Karen kembali segar setelah beristirahat selama delapan jam penuh.
"Ren, jadiin aku asisten kamu, dong! Biar kita bisa berdekatan di kampus. Jadi, ga perlu sembunyi-sembunyi kalau mau ketemu atau ngobrol," bujuk Karen sambil mengerlingkan mata berulang dengan cepat.
"Hah? Jadiin kamu asisten dosen? Syarat jadi asisten dosen itu IPK rata-rata minimal 3.00 terus rajin datang, rajin ngumpul tugas, dan public speaking juga harus bagus. Kamu ngumpul tugas aja pake SKS alias Sistem Kebut Semalam, ngarep jadi asisten dosen," cetus Darren secara gamblang.
"Ih, kok kamu ngegas gitu ma aku. Pasti karena gak dapat jatah semalam, ya?" Karen mengungkit rencana bercinta semalam.
"Siapa juga yang ngegas, yang aku bicarain tuh emang fakta, kan? Kalau beneran mau jadi asisten dosen, ya ... kamu berubah dong."
"Berubah jadi rangers pink, gitu?" balas Karen sambil mengangkat bibir atasnya.
"Berubah jadi mahasiswa yang rajin, gak lambat datang, gak ngulang mata kuliah dan raih IPK tinggi hasil usahamu bukan hasil ngemis. Kalau kamu benar-benar bisa ngelakuinnya, bakal aku jadiin asisten aku," tandas Darren yang langsung bersiap-siap ke kampus.
"Huuu ... bilang aja ogah! Pakai bikin syarat yang sulit lagi!"
...----------------...
Di kampus, seorang mahasiswa semester atas berperawakan setengah matang alias setengah perempuan dan setengah laki-laki berjalan lenggak-lenggok menuju ruang dosen. Para mahasiswa lain menyebutnya Sari. Nama aslinya Sarifuddin dan dalam pengucapannya jika menggunakan okkots¹ akan berubah menjadi Saripudding.
Sari atau Udin lalu menuju meja kerja Darren. Kebetulan pria itu tengah duduk sambil memeriksa tugas mahasiswa.
"Pagi, Pak. Maaf mengganggu. Kalau Bapak punya waktu luang, tolong koreksi skripsi saya," pinta Sari dengan suara selembut rambut yang habis di-smooting.
"Iya, mari sini saya lihat!"
Sari menyerahkan flashdisk yang berisi file skripsinya dengan gaya yang genit, yaitu dada implan yang dimajukan ke depan dan bokong ditekuk ke belakang seperti bebek.
Darren mulai memeriksa hasil penelitian mahasiswa bimbingannya. Merasa curiga dengan keaslian karya tersebut, ia memasukkan soft file skripsi itu ke sebuah aplikasi plagiarism checker. Dalam beberapa detik, aplikasi mendeteksi seberapa banyak skripsi itu mengambil tulisan orang lengkap dengan sumbernya yang asli.
Darren menghela napas panjang lalu meletakkan file skripsi itu ke atas meja.
"Kamu plagiat, 'kan? Kamu cuma sadur ulang penelitian yang sudah ada dan sedikit memolesnya di beberapa bagian! Kamu tahu, gak, kesamaan tulisan atau sebuah karya skripsi hanya ditolerir dengan batas maksimum 25%. Kalau kayak gini namanya kamu mencaplok karya orang, apalagi tidak mencantumkan sumbernya!" serang Darren yang berang. Ya, dia memang sangat menekankan mahasiswanya agar tidak melakukan kecurangan saat menyusun skripsi. Seperti plagiat maupun memakai jasa pembuatan skripsi.
"Ee ... aa ...." Sari tak bisa berkutik bahkan menampik tuduhan Darren.
"Kan sudah berapa kali Bapak peringatkan! Cara menghargai karya orang lain dengan tidak memplagiatnya!" Kali ini Darren menaikkan intonasi suaranya.
"Jangan galak-galak dong, Pak! Hati Sari gak terpasang anti gores jadi gampang hancur dan rapuh," ucap Sari yang langsung terisak.
Darren hanya bisa termegap-megap. Ia kaget dan tak menyangka sikap tegasnya membuat mahasiswa itu menangis. Begitu mahasiswa bimbingannya itu pergi, Marsha yang meja kerjanya berhadapan dengan Darren, lantas tertawa kecil.
"Gila, udah jadi dosen killer, ya, sekarang!"
Darren menyandarkan punggungnya di kursi sambil menghela napas. "Apa aku terlalu keras, ya?"
"Entahlah! Menurutku masih sebatas wajar. Tapi aku jadi penasaran, deh, gimana sikap kamu sama Karen. Bisa segalak itu, enggak?" singgung Marsha.
Darren lantas menatap sekeliling suara sambil berdeham, memberi kode pada Marsha agar tidak menyinggung masalah pribadinya.
Mengerti jika Darren masih menyembunyikan status pernikahannya, Marsha lantas berkata, "Sorry ... sorry aku keceplosan!"
Marsha lalu keluar untuk bersiap mengisi mata kuliah. Ketika melewati lapangan, ada banyak mahasiswa semester lima yang menggodanya.
"Bu, mau dipayungin, enggak?" tawar para mahasiswa yang tengah nongkrong.
"Bu, punya pasangan nge-date, enggak? Kalau belum punya, pilih salah satu di antara kita juga boleh. Kita semua yang ada di sini masih GOOGLE, Golongan Orang Single. Eeaaaa," celetuk mereka diiringi teriakan heboh.
Marsha tentu tak menghiraukan celetukan para mahasiswa jenis kunang-kunang (kuliah-nangkring, kuliah-nangkring). Ia terus berjalan dengan pandangan lurus ke depan.
Salah satu dari mahasiswa kunang-kunang itu tampak mengobrol dengan cowok yang baru saja datang. "Woy, Ril, ada Karen, tuh! Lu masih pengen dapetin dia, kan?"
Ternyata yang baru saja datang itu adalah Feril, cowok yang pernah ditolak oleh Karen. "Masihlah! Selama hadiah taruhan masih berlaku gua bakal terus ngejar dia!"
Marsha yang tak sengaja mendengar obrolan para mahasiswa semester lima itu, lantas berbalik untuk memastikan Karen yang mereka maksud. Dari jarak yang tak jauh, ia bisa melihat istri Darren itu tengah berjalan sambil mengobrol dengan teman-temannya.
.
.
.
catatan kaki 🦶
Okkots¹: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Okkots bisa berarti menambahkan, mengurangi atau mengubah konsonan di ujung sebuah kata. Bentuk okkots yang paling sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah Okkots “N” & “NG”. Jadi, kata yang berakhir huruf “N” bissa menjadi “NG” begitu pula sebaliknya, kata yang berakhir huruf “NG” menjadi berakhir “N”.
Okkots ini sering terjadi di suku Bugis, di Makassar, gays. Sejarahnya sih karena dalam bahasa Bugis Makassar tidak mengenal akhiran -N sehingga mereka kalo ngomong suka ditambahin jadi -NG. Siapa nih orang Makassar? pasti paham, kan.
keasikan baca jadi lupa kasih bintang 😂😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏼
notif'y ada d berbagai judul novel kak yu 😅