Kisah bujang lapuk penjual celana kolor keliling yang memiliki kisah pahit bersama wanita, tiba tiba dihadapkan pada kejadian di mana dia harus menikahi tiga belas wanita secara bersama.
Kejadian apakah itu? Bagaimanakah ceritanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buka Baju?
Suasana tegang masih menyelimuti ketiga belas wanita itu. Rasa khawatir dan takut masih menyelimuti mereka. Sedangkan Emak dan Jiwo menatap prihatin kepada mereka.
"Kalian jangan khawatir, Semua pasti akan baik baik saja. Kalian yang tenang ya?" ucap Jiwo dengan penuh kelembutan. Dia tidak tega melihat istri istrinya begitu ketakutan.
"Tapi, Mister, kami takut mereka akan datang lagi," cicit salah satu istrinya yang mewakili ketakutan semuanya.
Jiwo sontak mengulas senyum. "Kalian itu sekarang istri istri saya, jadi sudah sepantasnya saya melindungi kalian. Lagian mereka hanya bertiga. Kalau mereka macam macam, lawan! Kalian jangan takut, oke?"
Mereka mengangguk lemah. Bukannya mereka tidak percaya pada ucapan Jiwo, tapi rasa trauma yang mereka miliki masih membekas dalam hati dan pikiran mereka. Sedangkan Jiwo, dia memilih beranjak ke kamar mandi karena tadi niat mandinya tertunda gara gara ada tamu. Dalam hati dia bertekad akan melakukan apapun untuk melindungi mereka.
Hingga tanpa terasa malam kini telah menjelang. Ruang depan tivi di rumah Jiwo, seperti menjadi markas bagi istri istrinya. Mereka suka sekali berkumpul dan bercengkrama di situ. Kadang Jiwo dan Emaknya merasa bingung. Soalnya kalau sedang berkumpul mereka ngobrolnya pakai bahasa negara mereka sendiri.
"Emak dari mana?" tanya Jiwo yang sedang duduk di kursi panjang di sisi sebalah kiri televisi yang menempel di tembok. Sedangkan para istrinya lebih senang duduk dilantai dan beralaskan karpet merah. Saat Jiwo bertanya, Emak baru datang dari belakang.
"Habis dari rumah Karyo," jawab Emak, lantas dia duduk di kursi yang sama yang Jiwo duduki. "Kamu mending ke warung deh, Wo."
"Rencananya juga aku mau kesana, Mak. Mumpung Emak udah di rumah, ya, Jiwo ke warung sekarang aja."
Emak sontak mengangguk saja. Tak lupa Jiwo juga pamit pada istri istrinya hendak keluar sebentar. Tak butuh waktu lama, Jiwo sudah meluncur ke warung yang tadi didatangi tiga orang yang mencurigakan. Sesampainya di warung, Jiwo langsung mengutarakan maksudnya datang ke sana.
Betapa kagetnya sang pemilik warung saat mendengar cerita dari Jiwo tentang siapa sebenarnya mereka. Pemilik warung langsung merasa tak enak hati kepada Jiwo, karena sudah mengatakan semuanya. Bahkan mereka juga yang menunjukkan letak rumah Jiwo berada.
"Pasti semua istri kamu merasa takut ya, Wo?" tanya wanita si pemilik warung.
"Ya pasti lah, Mbak."
"Serius, Wo. Aku nggak curiga sama sekali dengan orang orang tadi. Aku percaya saja saat mereka bohong. Ah, sialan!" ucap suami dari pemilik warung tersebut.
Jiwo menyunggingkan senyumnya. "Nggak apa apa, Mas. Cuma besok kalau lihat mereka lagi, tolong kasih tahu aku, Mas."
"Pasti, Wo. Pasti akan aku kabari. Kemungkinan mereka pasti akan lewat sini lagi," balas pria pemiik warung.
"Tadi aja mereka pulang lewat sini. Mobilnya mereka parkir di depan rumah kosong milik Mbak Asih loh," sambung istri pemilik warung.
"Mungkin saja mereka tahunya lewat jalan sini. Lagian dua jalan yang lain kan memang menuju ke desa desa, kalau jalan ini langsung ke arah jalan raya," kini Jiwo yang bersuara.
"Tenang aja, Wo. Kalau mereka datang lagi dan macam macam, aku akan minta bantuan Rt dan tetangga."
"Baik, Mas. Makasih ya?"
Setelah ngobrol lumayan lama, Jiwo pun akhirnya memilih pamit karena waktu juga sudah semakin malam. Dalam langkahnya menuju rumah, pikiran Jiwo menerawang membayangkan nasib istri istrinya.
Sesampainya di halaman rumahnya sendiri, Jiwo melihat ruang depan sudah gelap. Jiwo lantas masuk lewat pintu samping.
"Loh! Kok kamu sendirian? Nggak ikut masuk kamar?" tanya Jiwo begitu masuk ruang tengah, matanya melihat salah satu istrinya duduk sendirian di depan televisi.
"Malam ini kan giliran aku yang menemani Mister tidur, jadi aku nungguin Mister pulang," jawab wanita yang di beri nama panggilan Alena.
"Owalah!" pekik Jiwo sedikit terkejut. "Ya udah ayok masuk kamar."
Jiwo masuk kamar terlebih dahulu lalu diikuti sang istri. Meski sama sama canggung tapi memang seperi itulah yang harus terjadi. Seperti biasa, sebelum tidur, ada obrolan ringan diantara Jiwo dan istri istrinya yang mendapat jawdal giliran tidur bersamanya. Begitu juga yang terjadi malam ini. Karena hanya dengan cara ngobrol, rasa canggung diantara Jiwo dan istrinya perlahan akan sirna.
"Gimana tadi rasanya, ikut jualan?" tanya Jiwo sambil menyandarkan tubuhnya di tembok.
"Menyenangkan. Apa lagi makanan yang Emak jual enak. Pembelinya jadi banyak," jawab Alena yang juga duduk bersandar di sisi tembok yang lain. Jiwo menghadap selatan, Alena menghadap barat.
"Syukurlah, kalau kamu senang," ucap Jiwo, dan mereka saling melepas senyum
"Mister,"
"Hum? Apa?"
"Mister nggak buka baju?"
Deg!
...@@@@@...
yach.. namanya juga fantasi/Smug/