NovelToon NovelToon
Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Suami Kontrak Miss Perfeksionist

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Fafafe 3

"Menikahlah denganku, maka akan kutanggung semua kebutuhanmu!"

Karina Anastasya harus terjebak dengan keputusan pengacara keluarganya, gadis sebatang kara itu adalah pewaris tunggal aset keluarga yang sudah diamanatkan untuknya.
Karina harus menikah terlebih dahulu sebagai syarat agar semua warisannya jatuh kepadanya. Hingga pada suatu malam ia bertemu dengan Raditya Pandu, seorang Bartender sebuah club yang akan mengubah hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fafafe 3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pilihan yang Sulit

Keesokan paginya, Pandu terjaga lebih awal, pikirannya masih dipenuhi dengan pesan dari ayahnya semalam. Ia duduk termenung di tepi ranjang, memikirkan situasi yang rumit di depan matanya. Di satu sisi, ia ingin menjaga keseimbangan yang sudah susah payah dibangun bersama Karin. Di sisi lain, desakan keluarga untuk menyelamatkan perusahaan keluarga membuatnya bimbang.

Karin membuka matanya perlahan dan menemukan Pandu yang terlihat cemas di sampingnya. "Sayang, kamu nggak apa-apa?" tanya Karin dengan lembut, sembari menggenggam tangan Pandu.

"Aku...aku nggak tahu harus bagaimana, Rin. Perusahaan keluarga menghadapi krisis, dan Ayah bilang hanya aku yang bisa menyelamatkannya," jawab Pandu, suaranya penuh keraguan.

Karin menatap Pandu dengan tatapan lembut namun tegas. "Kamu harus memutuskan, Pandu. Tapi apa pun yang kamu pilih, aku akan selalu mendukungmu."

Sepanjang hari, Pandu merasa tertekan. Ia tahu bahwa menyelamatkan perusahaan berarti melibatkan dirinya sepenuhnya dalam bisnis keluarga, yang mungkin memaksanya kembali ke kehidupan penuh tuntutan dan tekanan. Tapi jika tidak melakukannya, perusahaan yang sudah dibangun keluarganya bertahun-tahun mungkin akan hancur.

Di sisi lain, ia merasa tidak adil terhadap Karin. Setelah melalui banyak hal bersama, ia takut keputusannya untuk kembali terlibat dalam bisnis keluarga akan memengaruhi kesehatan mental mereka berdua.

Saat makan malam, Karin mencoba membuat suasana menjadi lebih hangat. "Sayang, aku tahu kamu punya beban besar di pundakmu sekarang. Tapi ingat, kita sudah berjanji untuk menghadapi semua ini bersama."

Pandu menghela napas panjang. "Iya, Sayang. Tapi aku takut, kalau aku kembali sepenuhnya, aku akan kehilangan keseimbangan yang sudah kita bangun. Aku takut kembali menjadi seperti dulu… sibuk dan jauh dari kamu."

Karin menatapnya dengan penuh pengertian. "Pandu, kamu tahu apa yang terbaik untuk kita. Kalau kamu memang harus kembali, lakukanlah dengan batasan-batasan yang kita sepakati bersama."

Pandu akhirnya memutuskan untuk bertemu ayahnya dan menyampaikan keputusan pentingnya. Di ruang kerjanya yang megah, Ayah Pandu tampak serius, wajahnya penuh kekhawatiran yang mendalam.

"Ayah, aku memutuskan untuk membantu perusahaan," kata Pandu tegas, membuat ayahnya tampak lega sejenak. Namun, sebelum ayahnya sempat bereaksi, Pandu melanjutkan, "Tapi aku akan membantu dengan cara yang aku rasa benar. Aku tidak akan terlibat sepenuhnya. Aku punya keluarga yang juga membutuhkan perhatianku."

Ayahnya menatap Pandu dengan pandangan tegas. "Pandu, ini bukan main-main. Kalau kamu tidak benar-benar terlibat, perusahaan ini bisa hancur."

Pandu mengangguk, mencoba menenangkan dirinya. "Aku tahu, Ayah. Tapi aku harus menjaga keseimbangan ini. Jika kita ingin menyelamatkan perusahaan, aku akan bantu dengan keterampilan dan waktu yang aku bisa berikan, tapi aku tidak bisa kembali seperti dulu."

Kata-kata Pandu menggantung di udara. Ayahnya tampak terkejut, seperti baru pertama kali mendengar putranya berbicara dengan keteguhan seperti itu.

Sepulang dari pertemuan tersebut, Pandu merasa sedikit lega, walaupun tetap ada kecemasan menyelinap di hatinya. Ketika dia pulang, Karin menunggunya di ruang tamu dengan secangkir teh hangat.

"Bagaimana hasilnya, Pandu?" tanya Karin lembut, mencari jawaban di mata suaminya.

"Aku bilang pada Ayah bahwa aku akan membantu perusahaan, tapi aku tidak bisa terlibat sepenuhnya. Aku akan membuat batasan agar tetap bisa ada di sini bersamamu," jawab Pandu sambil tersenyum lelah.

Karin tersenyum penuh kelegaan. "Aku tahu kamu bisa menemukan jalan tengah, Pandu. Ini keputusan yang berani, tapi juga bijaksana."

Namun, sebelum Pandu sempat merasa sepenuhnya tenang, teleponnya berdering. Ia melihat nama rekan bisnis ayahnya yang muncul di layar, dan perasaan tegang itu kembali menyelusup. Pandu menerima panggilan tersebut, dan dari nada suara rekan ayahnya, ia bisa mendengar bahwa masalah di perusahaan ternyata jauh lebih rumit dari yang ia kira.

"Masalah ini lebih besar dari yang kita perkirakan, Pandu," suara di telepon berkata serius. "Aku tidak yakin bisa diatasi hanya dengan keterlibatan setengah hati."

Pandu menggenggam tangan Karin erat-erat, menyadari bahwa keputusan ini mungkin akan menguji batasannya lebih jauh daripada yang pernah ia bayangkan.

Pandu menutup telepon, merasakan beratnya masalah yang semakin mendesak. Karin menatapnya dengan penuh pengertian, tapi di dalam hati, ia tahu ada tantangan yang lebih besar menunggu di depan mereka.

"Apakah kita siap untuk menghadapi semuanya, Sayang?" bisik Pandu, suaranya penuh kecemasan.

Karin mengangguk, tapi dalam hatinya, ia merasakan ada keraguan yang mulai muncul. Akankah cinta dan komitmen mereka cukup kuat untuk bertahan dalam badai yang semakin mendekat?

Pagi itu, Pandu terlihat sangat tertekan saat mempersiapkan dirinya untuk pergi ke kantor. Karin mencoba mencairkan suasana, namun bisa melihat kekhawatiran yang terpancar jelas di wajah Pandu. Ia tahu bahwa keputusan Pandu untuk tetap mendukung perusahaan dengan keterlibatan terbatas adalah keputusan yang sangat berat. Tetapi panggilan dari rekan bisnis ayahnya tadi malam masih menghantui pikirannya.

"Kamu nggak apa-apa, Sayang?" tanya Karin dengan lembut, membawakan kopi kesukaan Pandu.

Pandu memaksakan senyum. "Aku baik-baik saja, Sayang. Hanya saja... perasaanku nggak enak. Seperti ada sesuatu yang bakal terjadi."

Karin menatap Pandu dengan khawatir. "Kalau ada apa-apa, kamu selalu punya aku di sini."

Di kantor, Pandu disambut dengan suasana yang tegang. Beberapa pegawai tampak cemas, dan terdengar bisikan tentang masalah keuangan perusahaan yang semakin memburuk. Rekan bisnis ayahnya, Pak Yudi, menyambut Pandu dengan ekspresi serius.

"Pandu, situasi perusahaan lebih genting dari yang kita bayangkan. Investasi besar yang kita lakukan kemarin ternyata malah membuat cash flow kita semakin menipis," jelas Pak Yudi tanpa basa-basi.

Pandu menghela napas panjang. "Apa langkah kita sekarang?"

Pak Yudi memandang Pandu lekat-lekat. "Kita butuh pemimpin penuh waktu, Pandu. Kalau kamu tidak bisa melakukannya, kita mungkin harus mencari pihak lain yang siap mengambil alih. Ini bukan tentang membantu secara terbatas lagi. Ini sekarang tentang menyelamatkan seluruh aset dan nama keluarga."

Kata-kata Pak Yudi membuat Pandu terguncang. Ia menyadari bahwa jika ia tetap mempertahankan keterlibatan terbatas, perusahaan keluarganya mungkin akan kehilangan segalanya.

Pandu merasa terjebak. Pikirannya terus menerawang tentang risiko yang harus ia hadapi. Di satu sisi, ia tidak ingin meninggalkan Karin dalam perjalanan penyembuhannya yang masih rapuh. Namun, di sisi lain, bayangan akan kehancuran bisnis keluarganya membuatnya tidak bisa berpaling begitu saja.

Pada malam hari, ia kembali ke rumah dan mendapati Karin sedang menunggunya di ruang tamu. Melihat Pandu yang penuh kecemasan, Karin memutuskan untuk membuka pembicaraan.

"Kamu terlihat sangat terbebani, Pandu. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Karin, nada suaranya penuh kekhawatiran.

Pandu terdiam sejenak, lalu menghela napas. "Situasi perusahaan lebih buruk dari yang aku duga, Sayang. Mereka ingin aku terlibat penuh. Kalau tidak, mereka mungkin akan mencari pihak lain yang siap mengelola semuanya."

Karin mendekat dan menggenggam tangan Pandu. "Kamu tahu bahwa aku akan selalu mendukung apa pun keputusanmu, Sayang. Jika kamu memang harus lebih terlibat, aku akan mengerti."

Pandu menatap mata Karin, ragu. "Tapi, aku takut itu akan merenggut semua waktu dan perhatian yang seharusnya aku berikan untuk kamu. Aku tidak ingin mengabaikanmu, Sayang. Tidak setelah semua yang kita lalui bersama."

Karin tersenyum kecil, meski hatinya sedikit khawatir. "Pandu, kita sudah melalui banyak hal. Aku lebih kuat sekarang, dan kamu tidak perlu memikul beban ini sendirian. Aku akan selalu ada di sampingmu, apa pun yang terjadi."

Malam itu, Pandu duduk termenung setelah Karin tertidur. Ia merenungkan kata-kata istrinya yang penuh dukungan. Pandu merasa terharu, tapi juga sangat terbebani oleh keputusan yang harus ia buat.

Ketika ia akhirnya beranjak tidur, teleponnya berdering lagi. Nomor tak dikenal muncul di layar, dan ketika Pandu mengangkatnya, suara di ujung sana terdengar sangat tegas.

"Pandu, ini Darma. Aku mendengar perusahaan keluargamu dalam masalah besar, dan aku punya penawaran yang mungkin akan membuatmu tertarik… atau terpaksa menerimanya."

Pandu merasakan dadanya sesak mendengar nama Darma. Mantan rekan bisnis ayahnya yang pernah hampir menghancurkan perusahaan mereka kini muncul kembali, menawarkan bantuan dengan nada mengancam. Pandu tahu bahwa menerima tawaran ini bisa berarti membuka pintu masalah yang lebih besar.

Suara Darma kembali menginterupsi pikirannya, "Besok pagi, kita bertemu. Kalau kamu ingin menyelamatkan perusahaan, sebaiknya jangan terlambat."

Pandu menutup telepon dengan wajah pucat. Ia tahu, keputusan apa pun yang ia ambil, konsekuensinya akan sangat besar, baik bagi perusahaan maupun keluarganya. Di saat yang sama, ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Karin jika tahu bahwa mereka mungkin harus berurusan dengan orang seperti Darma.

Pertemuan besok bisa jadi titik balik, atau malah awal dari masalah yang lebih besar. Akankah Pandu memilih jalan yang aman bagi keluarganya, atau berani menghadapi risiko besar demi mempertahankan nama baik keluarga?

1
Gus Surani26
seru nih
Gus Surani26
wahhh, kira2 gmn ya cara mereka melakukan nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!