Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 31
Malam semakin gelap saat Tara, Raymond, Adrian, dan Lucas melangkah menuju kegelapan yang mengancam. Dengan setiap langkah, tekanan di dada Tara semakin terasa. Mereka tahu bahwa apa yang mereka hadapi lebih dari sekadar misi penyelamatan—ini adalah pertarungan untuk masa depan.
Setelah mendapatkan peta fasilitas utama Proyek Apocrypha dari data yang dicuri Lucas, mereka menyusun rencana dengan hati-hati. Fasilitas itu terletak di daerah industri yang dijaga ketat, dengan banyak kamera pengawas dan patroul keamanan bersenjata lengkap.
"Jika kita ingin masuk, kita perlu menonaktifkan sistem keamanan dulu," kata Lucas, mengamati peta di layar perangkatnya. "Ada titik akses di belakang gedung, tapi kita harus melewati dua pos pemeriksaan."
Adrian menatap peta dengan serius. "Kita perlu menciptakan gangguan di depan untuk mengalihkan perhatian mereka."
Raymond menimpali, "Dan kita perlu bergerak cepat. Setiap detik sangat berarti."
Tara merasakan semangat juang mereka. "Mari kita lakukan ini. Kita harus bisa sampai ke ruang kontrol sebelum mereka menyadari keberadaan kita."
Mereka membagi tugas dengan jelas: Adrian dan Raymond akan menciptakan gangguan di depan, sementara Tara dan Lucas akan menuju titik akses di belakang. Dengan rencana yang telah matang, mereka berpisah dan bergerak cepat ke arah tujuan masing-masing.
Raymond dan Adrian menyusup ke area depan fasilitas, menunggu waktu yang tepat. Mereka melihat dua penjaga berpatroli, berbicara dengan santai. Raymond merencanakan langkahnya. "Aku akan menjatuhkan barang-barang di dekat pintu masuk untuk menarik perhatian mereka. Begitu mereka pergi, kita akan langsung masuk."
Adrian mengangguk, menyiapkan senjatanya. "Baik, aku siap."
Raymond mengambil satu kotak kecil yang mereka bawa—isi dari proyek yang telah mereka curi—dan melemparkannya ke arah yang jauh dari mereka. Kotak itu terjatuh dan mengeluarkan suara berisik saat benda-benda di dalamnya berserakan.
Seperti yang direncanakan, kedua penjaga langsung berlari menuju sumber suara, meninggalkan pos pemeriksaan mereka tanpa pengawasan. Raymond dan Adrian bergerak cepat, memanfaatkan momen itu untuk menyelinap masuk.
Setelah berhasil melewati pos pemeriksaan, mereka berdua saling berbisik. "Sekarang kita hanya perlu mencapai ruang kontrol," kata Adrian. "Semoga Tara dan Lucas berhasil."
Sementara itu, Tara dan Lucas telah tiba di belakang fasilitas. Mereka bersembunyi di balik semak-semak, mengawasi pintu akses yang dijaga ketat oleh seorang penjaga. "Kita harus mengalihkan perhatian dia," bisik Tara.
Lucas memeriksa perangkatnya. "Aku bisa membuat suara dari arah lain. Saat dia berbalik, kita harus bergerak."
Tara menunggu dengan napas tertahan saat Lucas menekan beberapa tombol. Dalam sekejap, suara berisik datang dari arah samping. Penjaga itu terkejut dan berbalik, memeriksa suara yang tiba-tiba muncul.
"Sekarang!" seru Tara, dan mereka berdua melompat ke arah pintu akses, berlari secepat mungkin.
Mereka berhasil membuka pintu dan masuk ke dalam, menemukan diri mereka di lorong gelap. Tara mengeluarkan senter kecil dan mengarahkan cahaya ke depan, mengungkapkan dinding beton dan derit pintu yang bergetar.
"Kita harus mencari ruang kontrol," kata Lucas, mengikuti peta yang ditunjukkan perangkatnya. "Ayo, cepat!"
Setelah berjalan beberapa menit, mereka akhirnya sampai di depan pintu ruang kontrol. Tara mendengarkan suara di dalam, beberapa orang sedang berbicara dengan serius. "Kita harus menonaktifkan sistem sebelum mereka bisa menghidupkan senjata," ujar Tara.
Lucas mengangguk. "Biarkan aku yang menangani ini."
Lucas segera menghubungkan perangkatnya ke sistem. Dengan cepat, ia mulai meretas akses. Tara mengawasi dengan hati-hati, siap untuk melawan jika perlu. Beberapa saat kemudian, suara bip dari perangkat Lucas mengisyaratkan bahwa ia telah berhasil.
"Berhasil! Aku sudah mendapatkan akses," bisik Lucas sambil mengawasi layar.
Tara merasa lega, tapi tidak ada waktu untuk bersantai. "Kita perlu mencari data tentang senjata biologis itu."
Mereka berdua mulai menggeser file-file di layar, mencari informasi penting yang bisa mereka gunakan. Tara menemukan file yang berisi rincian proyek dan sistem penghancuran yang direncanakan. "Ini dia! Ini informasi yang kita butuhkan," teriaknya.
Tapi saat itu, alarm mulai berbunyi keras. "Sial! Mereka sudah tahu kita ada di sini!" teriak Lucas.
"Tidak ada waktu! Kita harus mengunduh data ini secepat mungkin," kata Tara, panik. Lucas kembali fokus pada perangkatnya, sementara Tara berusaha menenangkan dirinya dan berusaha mendengar suara di luar.
Mereka bisa mendengar langkah kaki mendekat. "Kita perlu waktu beberapa menit lagi untuk mengunduh. Aku harus menjebol firewall mereka," jelas Lucas.
Tara tahu mereka tidak punya banyak waktu. "Aku akan menjaga pintu. Beri tahu aku jika kamu sudah hampir selesai."
Dengan keberanian yang mengalir dalam dirinya, Tara bersiap di dekat pintu. Dalam hatinya, dia berdoa agar Raymond dan Adrian juga berhasil. Setelah beberapa menit yang tampaknya tak berujung, Lucas akhirnya berkata, "Aku hampir selesai. Satu menit lagi!"
Semua perasaan cemas membanjiri pikiran Tara. Ketika dia mendengar suara langkah kaki mendekat, dia tahu mereka harus bersiap. Dia mengangkat senjatanya, mengawasi pintu dengan ketegangan.
Akhirnya, dengan satu ketukan terakhir pada layar, Lucas mengumumkan, "Selesai! Kita bisa pergi!"
Namun, saat mereka berdua bersiap untuk melarikan diri, pintu ruang kontrol terbuka dengan keras, dan seorang penjaga bersenjata muncul. "Mereka ada di sini! Segera tangkap mereka!" teriaknya.
Insting bertarung Tara muncul. Dia langsung melompat ke samping dan menembakkan senjatanya, mengenai penjaga itu di lengan. Lucas mengambil kesempatan itu untuk bergerak cepat, menarik Tara menjauh dari pintu.
"Mari kita pergi!" teriaknya, dan mereka berlari keluar dari ruang kontrol, mencari jalan menuju pintu keluar yang aman.
Tara dan Lucas berlari melewati lorong-lorong, suara alarm masih menggema di sekeliling mereka. Mereka harus menemukan jalan keluar sebelum pasukan keamanan datang mengepung mereka.
Namun, saat mereka berbelok ke lorong baru, mereka dihadang oleh sekelompok penjaga bersenjata lengkap. "Jangan bergerak!" teriak salah satu penjaga.
Tanpa pikir panjang, Tara dan Lucas kembali mengeluarkan senjata mereka dan terlibat baku tembak. Keduanya bergerak cepat, berusaha mencari tempat berlindung di balik dinding.
Di sisi lain, Raymond dan Adrian yang sedang berada di dekat ruang kontrol, mendengar suara tembakan. "Itu suara Tara dan Lucas!" seru Adrian. "Kita harus membantu mereka!"
Raymond mengangguk. "Ayo, kita tidak bisa membiarkan mereka sendirian!"
Mereka segera bergerak menuju suara tembakan, menyiapkan senjata mereka untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Ketika mereka mendekati lokasi, mereka melihat Tara dan Lucas sedang terjebak dalam baku tembak.
"Tarik perhatian mereka!" teriak Raymond kepada Adrian. "Aku akan mencoba mengalihkan fokus mereka!"
Adrian mengeluarkan sebuah granat asap dan melemparkannya ke arah penjaga, menciptakan kebingungan. Dengan cepat, mereka semua bergerak maju, berusaha menembus pertahanan penjaga.
Tara melihat kedatangan mereka dan merasa sedikit lega. "Raymond! Adrian! Kita butuh bantuan di sini!" serunya.
Bersama-sama, mereka bertempur melawan penjaga yang tersisa, mengandalkan kerja sama dan keberanian satu sama lain. Dalam hitungan menit, mereka berhasil mengalahkan penjaga-penjaga itu, dan suasana tenang kembali.
"Jangan berhenti! Kita harus pergi sekarang!" teriak Raymond, mengingatkan mereka akan bahaya yang masih mengintai.
Mereka segera melanjutkan pelarian, berjalan cepat menuju pintu keluar belakang. Ketika mereka tiba di luar, malam masih menyelimuti mereka, tetapi mereka bisa melihat kendaraan di tempat parkir.
"Kita harus masuk ke mobil dan pergi dari sini!" kata Tara, berlari menuju kendaraan yang mereka tinggalkan sebelumnya.
Namun, saat mereka mendekati mobil, mereka melihat lebih banyak penjaga datang dari arah yang berbeda. "Sial! Mereka sudah menunggu kita!" teriak Adrian.
Mereka segera mencari tempat perlindungan di balik mobil. "Kita tidak bisa bertahan di sini. Kita perlu mencari cara untuk melawan mereka!" seru Lucas, berusaha memikirkan rencana.
Raymond mengeluarkan senjatanya dan menembakkan beberapa peluru untuk menahan penjaga. "Ini saatnya untuk melawan! Kita tidak bisa mundur!"