Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.
Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.1
(Alkana Leophard)
***
Di suatu kota ada seorang mafia yang terkenal kejam dan ditakuti. Bukan saja di kota itu tapi juga di seluruh dunia, kecuali dunia gaib. Namanya mudah diingat dan bila kau menyebut namanya tiga kali di mana pun kau berada, kau akan merasa merinding.
Nama mafia itu adalah Vampir. Bukan Vampire yang suka menghisap darah tapi Vampir yang ini suka menghisap uang. Vampir juga tentu hanya julukan di dunia hitam bukan nama asli. Nama aslinya adalah Alkana Leophard.
Dia juga psikopat yang tak ragu menyiksa musuhnya walau dia seorang wanita. Tidak ada yang bisa menyentuh hatinya atau meluluhkannya. Bila kau melihatnya lebih baik kau menghindar, jangan pernah berpapasan atau bertatap muka dengannya. Bila dia tidak suka padamu dia tidak akan segan membunuhmu.
Namun, anehnya walau dia mafia, dia adalah pengusaha yang sukses, semua usahanya adalah legal. Dia tidak pernah berurusan dengan narkoba atau semacamnya. Dia hanya suka bertransaksi senjata api di black market atau perdagangan gelap. Bukan berarti dagang gelap-gelapan, Itu hanya istilah atau sebutan untuk perdagangan secara sembunyi-sembunyi karena barang yang diperdagangkan biasanya barang yang dilarang atau selundupan.
Alkana berumur 23 tahun. Masih sangat muda. Dia masih bujang tetapi bukan bujang lapuk. Alkana belum menikah tetapi sudah sangat berpengalaman. Jadi bisa dibilang bujang tidak perjaka. Alkan panggilannya, tidak pernah menjalin hubungan serius dengan wanita hanya teman tidur saja. Itu pun jarang, hanya bila dia stress berat.
Alkan adalah anak pertama dari dua orang bersaudara. Adiknya laki-laki bernama Arsenio Leopard panggil saja Arsen. Dia masih berumur 20 tahun, tetapi tengilnya bukan main.
Alkan sudah tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya. Suatu malam saat hujan lebat dan petir meyambar, menggelegar memekakkan telinga, cahaya kilat membelah langit, terdengar suara lain yang membuat penghuni di rumah itu bergidik takut.
Suaranya saling bersahutan, kadang terdengar menyayat hati. Seseorang memberanikan diri untuk melihatnya. Dia membuka pintu perlahan. "Tuan Alkan hati-hati mungkin itu hanya jebakan." Alkan melirik anak buahnya dengan sinis.
"Kalau begitu, kau yang melihatnya ke luar!" Mendengar itu anak buahnya diam dan menggeleng. "Disuruh keluar gak mau, tapi sok memperingati. Anak buah cuma pintar ngomong tapi tidak punya nyali," pikir Alkan.
Pintu terbuka, suara itu semakin jelas saling bersahutan. Alkan mencari di setiap penjuru, bahkan sampai di bawah pohon. Tidak ada apa pun.
Di dengarnya sekali lagi secara seksama asal suara itu. Oh suara itu berasal dari dekat tempat sampah. Didekatinya dan dia menemukan banyak kantong plastik di dekat tempat sampah.
Ada satu yang menarik perhatiannya yaitu kotak dus yang di atasnya ada kayu yang menutupi dus itu. Dihampirinya dus itu dan suara itu semakin terdengar jelas. Disingkirkan kayu yang menutupinya.
"Ya Tuhan, siapa orang yang tega berbuat seperti ini?" Nampak olehnya bayi kembar mungil nan cantik. Untunglah mereka tidak kehujanan, karena posisinya tepat berada di bawah atap teras. Bayi-bayi itu menangis dengan keras.
"Kalian, angkat ke dalam!" Alkan memerintahkan pada kedua anak buah yang mengikutinya.
"Siap, Bos!" Mereka mengangkat dus itu.
"Eh eh eh, taruh... taruh!" Walau bingung mereka tetap mengikuti perintah bosnya.
"Kalian mikir gak? Dus itu sudah lembab, gampang sobek. Isinya itu dua bayi pasti berat! Nanti kalau dus sobek dan bayi-bayi itu terjatuh, bagaimana? Sekarang angkat mereka, gendong satu-satu! Kalau mereka terluka, nyawa kalian melayang!" Alkan mengatakannya dengan mata yang melotot mengintimidasi dan suara tegas. Membuat anak buahnya menjadi gugup.
"I... iya Bos. Maaf," ucap mereka berdua kompak. Lalu mereka mengambil bayi itu dan menggendongnya masing-masing satu.
Alkan pergi terlebih dahulu menuju ke dalam rumah. Bayi-bayi itu masih menangis. Sesampainya di dalam, Alkan memerintahkan mereka menidurkan bayi kembar itu di dalam kamarnya. Dia juga menyuruh pelayan untuk mengurus bayi-bayi itu agar mereka merasa hangat.
Sementara itu Alkan menelepon Dokter yang sekaligus sahabatnya, Dominic. "Halo Dom. Lo datang ke rumah gue, sekarang! Bawa baju bayi perempuan baru lahir kembar yang banyak. Pokoknya semua perlengkapan bayi untuk dua orang. Susu sama dotnya juga jangan lupa. Gak pake lama cepetan!" Alkan langsung menutup teleponnya tanpa memberi kesempatan pada lawan bicaranya di seberang telepon untuk bertanya. Itulah Alkana yang diktator.
Alkan pegi ke kamarnya. Masih terdengar suara tangisan bayi. Dilihatnya bayi-bayi itu sudah terbalut handuk.
"Mereka sudah mandi?"
"Sudah Tuan, sudah pakai minyak telon juga. Tinggal pakai bajunya saja." Salah satu pelayan menjawab.
"Biarkan mereka terbungkus handuk kering untuk sementara. Sebentar lagi Dokter datang membawa perlengkapan bayi."
"Baik Tuan." Dalam hati pelayan itu berkata, "Orang kaya mah bebas. Dokter aja bisa disuruh-suruh beli perlengkapan bayi."
Setengah jam dia menunggu, Dominic belum juga datang. "Kenapa lama sekali? Aku pecat dia dari Dokter keluarga." Alkan menggerutu sambil bolak-balik di depan ruang tamu.
Bayi-bayi itu masih menangis, karena itu Alkan keluar, dia tidak tega mendengar tangisan mereka. Alkan yakin mereka pasti lapar dan haus. Sementara di rumah itu tidak ada susu bayi atau ibu menyusui. Bisa saja dia pesan secara online perlengakapan bayi tetapi dia ingin yang terbaik untuk kedua bayi itu. Karena itu dia menyuruh Dominic, yang lebih mengerti. Karena dia adalah Dokter anak.
Ting tong...
Suara bel terdengar, seorang pelayan ke depan untuk melihatnya. Masuklah Dominic dan beberapa orang membawa perlengkapan bayi. Mulai dari tempat tidur sampai dot bayi.
"Antar mereka ke kamar di samping kamarku dan susun semuanya. Segera pakaikan baju lalu buatkan susu." perintah Alkan pada pelayannya.
"Baik Tuan." Pelayan itu mengantarkan orang-orang itu ke kamar sebelah kamar Alkan.
"Kenapa lama sekali? Kasihan mereka, sudah kehausan."
"Ya ampun Al, lo tidak lihat jam berapa sekarang! Di luar juga hujan lebat. Beruntung gue menelepon toko langganan, dan mereka mau melayani pembeli yang membeli di saat toko sudah tutup."
"Ini ceknya, di tulis saja nominalnya sesuka lo." Alkan memberikan cek kosong yang sudah di tandatangani.
"Thankyou bro." Dominic menerima cek itu, dan memasukkananya dalam kantong.
"By the way, itu bayi-bayi siapa?"
"Gak tahu, gue menemukan mereka di tempat sampah."
"Ya ampun, hujan-hujan begini, ada yang buang anak! Sungguh tega orang itu, apa dia tidak berpikir mereka bisa mati kedinginan dan kelaparan." Dominic tidak habis pikir.
"Yang buang pasti belum jauh, lo bisa lihat CCTV," lanjut Dom.
"Iya, nanti! Sekarang yang penting, lo periksa mereka dulu. Ayo! Mereka ada di kamar." Dominic mengikuti Alkan ke kamarnya.
Di kamar sebelah kamar Alkan, terlihat beberapa orang yang sibuk mengatur barang-barang yang di belinya. Alkan masuk ke kamarnya bersama Dominic, terlihat dua orang bayi kembar yang tertidur pulas. Mereka pasti kelelahan setelah menangis. Mereka juga sudah memakai pakaian bayi.
"Cantiknya mereka, lihatlah mereka begitu menggemaskan." Domonic lalu mendekati mereka.
"Periksa dengan teliti! Apa lo bisa tahu kapan mereka lahir?" Domininic memeriksa mereka dengan teliti, ia juga membuka baju mereka dan melihat perutnya.
"Kalau lihat dari tali pusatnya, sepertinya baru lepas. Itu berarti mungkin empat atau lima hari yang lalu. Paling lama satu minggu. Kondisinya sehat, semua normal. Mba tolong ambil timbangan, saya mau timbang mereka."
Dominic meminta timbangan bayi yang dia bawa. Anak buah Alkan yang membantunya membawakan ke kamar. Dom menimbang mereka. Karena dipangku, tidur mereka terusik sehingga mereka terbangun
"BB nya bagus normal 2,7 kg dan 2,5 kg."
Domonic juga mengukur panjangnya "panjangnya sama 49 cm."
"Apakah itu normal?" tanya Alkan.
"Normal. Apakah lo akan merawatnya atau menitipkannya ke panti asuhan?"
Alkan menatap mata bayi itu satu persatu, mereka pun menatap Alkan, bayi-bayi itu seolah memohon untuk dirawat. Mereka yang datang padanya, Sang pencipta mungkin ingin dia merawatnya, lagi pula dia tidak akan kesepian. Ibunya juga pasti senang melihat mereka dan tidak akan menuntutnya untuk menikah.
"Aku akan merawatnya, dan memberikan segala yang mereka butuhkan. Bisa kau buatkan aku akte kelahiran mereka." Alkana memutuskan untuk merawatnya.
"Lalu siapa nama mereka?" tanya Dom.
"Andhira Awahita Leophard dan Andhara Awahita Leophard." Hanya itu yang ada di kepalanya.
"Dira dan Dara."
.
.
.
.
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
kayanya anita bakal menimbulkan trauma