Squel "Menikahi Wanita Ternoda"
Dicap sebagai wanita liar karena kabur di hari pernikahan, Ayanna Nerodia Tanzeela memiliki alasan tersendiri untuk itu. Namun, ditengah pelariannya dia justru menemukan seorang bayi mungil yang terbungkus kain, membuatnya terpaksa menjadi Mommy dadakan, bersama seorang pemuda yang tidak dia kenal.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayanna kabur, padahal pesta pernikahan sudah dia rancang dengan sempurna? Dan siapakah sebenarnya bayi itu? Mengapa dia memiliki keterikatan dengan pemuda yang baru Ayanna temui?
Jangan lupa follow akun dan sosmed ngothor buat tahu info lainnya😍
FB @Nita Amelia
Ig @nitamelia05
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Berselisih Paham
Athea yang sering mengecek nomor ponsel Ayanna secara bertahap menyadari bahwa sang kembaran telah menyalakan benda pipihnya itu. Dari dalam kamar dia menjerit kegirangan, lalu dengan cepat melakukan panggilan. Siapa tahu Ayanna mau mengangkatnya.
Namun, ternyata harapan Athea tak terwujud. Panggilan serta pesan yang dia lakukan tak kunjung mendapat respon, jadi dia memutuskan untuk menemui ayah dan ibunya.
"Mama, Papa!" panggil Athea berteriak di depan pintu kamar kedua orang tuanya sambil menggedor-gedor.
Fierce yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor langsung mengalihkan tatapan ke arah pintu. Namun, sang istri lebih dulu mengambil langkah untuk membuka benda persegi panjang itu.
Karena terlalu bahagia Athea tidak meminta izin terlebih dahulu untuk masuk. Dia langsung saja memberitahu ayah dan ibunya tentang Ayanna.
"Ma, Pa, Aya baru aja nyalain hp-nya. Ayo coba kita lacak, pasti bisa ketahuan kan lokasi terakhir dia ada dimana," ujar Athea dengan wajah sumringah. Meski dia sering berselisih paham dengan Ayanna, itu semua tak membuat dia senang berpisah dengan saudara kembarnya.
Fierce dan Yuna pun terperangah sekaligus senang. Karena dengan begitu mereka akan lebih mudah menemukan sang anak.
"Yang benar, Sayang?" tanya Yuna ikut berantusias.
"Iya, Ma, tapi pas aku telepon nggak diangkat, habis itu malah nggak nyambung lagi. Aya pasti lagi ngehindarin Thomas juga kan?" jelas Athea yang terdengar masuk akal.
"Ya sudah kalau biar nanti Papa dan Uncle Aneeq cek. Semoga saja kita dapat kabar baik setelah ini," pungkas Fierce, segera mengambil langkah untuk kembali mencaritahu dimana keberadaan putrinya yang kabur itu.
*
*
*
Sedangkan di bumi belahan lain, Ayanna sudah membereskan semua barang-barang milik Nael. Karena seperti yang sudah diputuskan oleh pemilik kost, bahwa mereka harus meninggalkan tempat tersebut.
Sejak pagi Dallie tidak fokus kuliah, karena otaknya terus mencari jalan keluar dari permasalahannya ini. Dimana dia bisa mendapatkan tempat yang menampung Ayanna dan Nael, tanpa harus ada status pernikahan?
Belum mendapat jawaban, tapi Dallie terpaksa membawa Ayanna dan Nael pergi untuk menjelajah kota Jakarta yang padat akan penduduknya.
"Habis ini kita mau tinggal dimana?" tanya Ayanna yang mengekor pada langkah Dallie, mereka akan ke bengkel terlebih dahulu untuk mengambil motor pemuda itu. Semoga saja sudah beres dibetulkan.
Dallie tak menjawab, karena pikirannya sedang terpecah belah sekarang. Dia merasa bahwa kehadiran Ayanna selalu membawa masalah di kehidupannya, hingga dia harus berakhir seperti ini.
"Dallie, kamu dengerin aku ngomong nggak sih?! Dari tadi aku kayak ngomong sama tembok!" seru Ayanna yang merasa tak dianggap, karena sedari tadi ucapannya tidak mendapat respon apapun dari pemuda itu.
Sontak Dallie pun menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Beban di pundaknya terasa berat, dan dia harus mendengarkan Ayanna mengoceh sekarang? Tolonglah, beri dia sedikit saja jeda.
"Ada apa sih?" sentaknya tak melihat ke kanan dan ke kiri, dimana orang sedang berlalu lalang di sekitar mereka.
"Ada apa? Kita mau tinggal dimana nantinya? Kita nggak mungkin tidur di jalan dengan membawa Nael kan?" cetus Ayanna, yang dia khawatirkan sekarang hanyalah Nael, tanpa memahami bahwa Dallie juga sedang kebingungan.
"Ya kamu jangan cuma tanya-tanya aja, kamu juga harus ikut pikirkan, emangnya aku nggak pusing? Kan gara-gara kamu aku diusir!" balas Dallie yang merasa terdesak sendirian.
Mendengar itu, Ayanna terhenyak karena Dallie malah menyalahkannya. Mungkin dia memang menyusahkan Dallie, tapi siapa yang kira jalan mereka akan seperti ini? Bukankah mereka berdua yang sepakat untuk mengurus Nael berdua, makanya Ayanna juga tidak pergi dari kostan.
"Kenapa cuma nyalahin aku aja? Kan kamu yang setuju aku tinggal di kosan buat urus Nael sama-sama, kalo kamu nyuruh aku pergi, aku juga pergi kok! Sekarang aku cuma tanya kita mau tinggal dimana, kamu malah marah-marah," balas Ayanna dengan menggebu-gebu. Mereka jadi berselisih paham karena tak bisa menahan ego masing-masing. Apalagi mereka hanyalah dua anak manusia yang baru saja dipertemukan secara tak sengaja.
"Ya karena aku juga pusing! Beban hidupku itu udah banyak, bahkan sekarang ibuku di kampung sedang sakit. Ditambah kalian! Otakku nggak meledak aja itu udah bagus!" timpal Dallie menguapkan emosinya, karena selama ini dia hanya bisa memendamnya saja.
Hati Ayanna seperti retak mendengar itu semua. Dallie benar, dari awal memang dia yang membebankan pemuda itu dengan penemuan Nael. Seharusnya cukup mereka telepon polisi, lantas semua akan selesai malam itu juga. Namun, dia malah melibatkan Dallie semakin dalam, hanya karena Nael seakan nyaman dengan Dallie.
"Ya sudah kalau begitu biar aku urus Nael sendiri aja. Aku nggak mau jadi beban siapapun sekarang!"
Bukannya sadar, Ayanna malah semakin memperumit keadaan. Karena merasa sudah bisa mengurus Nael sendirian. Dia mengusap ujung matanya yang berair, lalu berjalan sambil menenteng tas serta Nael yang ada dalam gendongan.
Sontak Dallie pun berdecak keras, dia berusaha mengejar Ayanna dan mencegah gadis itu pergi. Akan tetapi Ayanna langsung menepisnya, dikata menjadi beban membuat Ayanna merasa sakit hati.
"Jangan egois!" sentak Dallie, berharap Ayanna tak memikirkan dirinya sendiri.
Namun, Ayanna tetap bersikukuh untuk mencari jalan keluar masing-masing. Sehingga Dallie pun melepas cekalannya pada pergelangan tangan gadis itu.
"Ya sudah terserah! Terserah jika kamu mau bawa Nael pergi dan mengurusnya sendiri. Jangan hubungi aku lagi, apalagi merengek untuk meminta bantuan. Karena kamu yang mengambil keputusan ini!" pungkas Dallie dengan nafas yang terengah-engah.
Tubuh Ayanna langsung terasa lemas, sementara Dallie sudah membalik badan. Dia melirik Ayanna dengan ekor matanya, lalu melangkah pergi tanpa sepatah katapun.
Di balik penutup wajah itu, air mata Ayanna luruh. Tapi dia segera menghapusnya menggunakan punggung tangan, lalu mengambil jalan yang berbeda dengan Dallie, dia tidak tahu mau kemana. Tapi yang jelas dia akan menghindar dari pemuda itu.
tuh anthea panik,dallie sdh gedor2 pintu.
sapa tau Kamu kenal...
klo trnyata gak kenal...
ya kenalan lah..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Main" kok sama keluarga Tan....
Salah nyari lawan kamu...😏😏😏😏
Dallie pulang noh...bukain pintu...
Masa Athea yg bukain pintu,,runyam urusannya nanti....🙄🙄🙄🙄🙄
Refal Refall...kepercayaan itu seperti kertas, sekali di Rematt dia tak akan kembali sempurna lagi. Kamu di butakan sama Uang 100 jeti , sampai kamu menghianati sebuah kepercayaan yang selama ini keluarga Tan berikan padamu...kebaikan kamu balas dengan penghianatan...Sadissss