Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31
Bab 31~Menyelamatkan diri.
Pengemis tua tak mau dibantah dan keukeuh memaksa Chan Ling untuk menerima hadiahnya.
"Nona, ambilah! Hanya ini yang aku punya sebagai ganti makanannya.
Chan Ling menoleh ke belakang, namun tak ada satupun yang peduli.
"Tapi Paman, aku ikhlas memberikan makanan itu." ujar Chan Ling.
Wajah pengemis tersebut terlihat muram karena Chan Ling tak mau menerima hadiah pemberiannya.
Melihat raut wajah pengemis tua itu tentunya Chan Ling menjadi tak enak hati padanya. Ia pun menerima bungkusan tersebut walau ragu-ragu.
Sebuah benda yang dibungkus kain putih namun warnanya sudah kusam karena bercampur tanah.
Dari bentuk lilitannya, barang tersebut seperti sebuah belati tapi entahlah karena Chan Ling pun tak mau mengira-ngira. "Baiklah, aku akan menerimanya. Terima kasih, Paman!"
Ketika wajah Chan Ling mendongak, pengemis tua itu sudah tak terlihat lagi di hadapannya seolah tak pernah ada. Menghilang tiba-tiba.
Whosh
"Eh, ke mana perginya pengemis tadi?!" Chan Ling celingukan mencari namun ia tak dapat menemukannya di manapun.
Jika pengemis tadi pergi, mungkin saja ia masih berjalan di area tersebut. Tapi, sosoknya tak terlihat bahkan sejauh mata memandang.
"Aneh," desis Chan Ling. Ia kembali ke posisi semula, berkumpul bersama saudara dan teman-temannya.
Menjelang malam, semua prajurit masuk ke tenda masing-masing untuk beristirahat.
Ketika tengah malam, di dalam tenda wanita. Sebuah cahaya berwarna emas muncul dari benda yang dibungkus kain pemberian pengemis tua.
Cahaya tersebut bersinar terang dan menyilaukan mata, tapi beruntung tak ada yang melihat sebab semua orang sedang tertidur pulas
Drrrrrrrrttttt
Benda itu bergetar sebelum akhirnya melayang di udara. Setelah itu, cahaya dari benda tersebut melesat cepat ke arah Chan Ling yang asyik terlelap dalam mimpi.
Seketika gadis itu memekik kesakitan sambil memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Aaaaaaarrrrggghhh!"
•
•
•
"Di mana aku? Kenapa tempat ini sangat aneh?!" Chan Ling celingukan dengan memutar tubuh, melihat pemandangan di sekitarnya yang tampak asing.
Tak jauh dari posisinya, ada sebuah istana megah lengkap beserta prajurit yang menjaga di sisi kiri dan kanan. Namun, anehnya keberadaan istana megah itu ada di atas awan, sehingga Chan Ling begitu takjub melihatnya.
Di pintu gerbang utama ada sebuah patung singa yang sangat besar, berdiri dengan gagahnya. Namun, Chan Ling tidak menyadari jika sang singa tengah menyeringai ketika melihatnya berjalan mendekatinya.
"KAU SUDAH SAMPAI RUPANYA!" seru singa tersebut mengejutkan Chan Ling.
Gadis itu spontan mundur hingga jatuh terduduk. "A-Astaga, K-Kau bisa bicara?!"
Patung singa itu seketika berubah menjadi singa betulan. Ia melompat ke bawah dan memutari Chan Ling yang masih terduduk dengan ekspresi terkejut.
"AKU SUDAH LAMA MENUNGGUMU," imbuhnya tanpa menghiraukan rasa keterkejutan Chan Ling.
"Menungguku? Untuk apa?" Chan Ling masih tak mengerti maksud ucapan singa tersebut.
Sang singa tak menjawab pertanyaan Chan Ling, ia justru mengajak gadis itu berjalan menyusuri jembatan yang membentang hingga sebrang awan lainnya.
"Kau mau mengajakku pergi ke mana?" tanya Chan Ling sambil menatap sekitaran.
"RUMAHMU," sahut singa tersebut.
Wajah Chan Ling seketika menoleh ke arahnya. "Rumahku?" Kepalanya menggeleng sambil tertawa kecil. "Rumahku berada di kota Zhixang, kaki gunung Zhujin. Bagaimana bisa ada di tempat seperti ini?!" Gadis itu semakin terkekeh.
Namun, baru saja wajahnya menghadap ke depan, Chan Ling dibuat terkejut untuk ketiga kalinya. Rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini ternyata berada tepat di hadapannya.
Bukan hanya itu, bahkan seluruh keluarganya pun saat ini tengah makan bersama sambil bercanda gurau. Yang lebih membuatnya terkejut, di antara keluarganya itu dirinya dan Chan Lee pun hadir tapi wajah mereka terlihat lebih dewasa.
"Itu ...!"
"Dirimu," suara sang singa tak menggelegar seperti sebelumnya. Nada bicaranya kini terdengar lembut di telinga.
Mulut Chan Ling menganga dengan dahi mengkerut. Jari telunjuknya mengarah ke dada sambil berkata, "Lalu aku ini? Apa aku sudah mati? Ah, tidak ... tidak, ini pasti sebuah ilusi. Kau sengaja melakukan ini, bukan?!" tudingnya seketika.
Sang singa tak menjawab apapun dan memilih diam membuat Chan Ling mengeram kesal.
Namun, tiba-tiba saja muncul seorang pria tampan yang ikut bergabung bersama mereka. Pria itu terlihat tak asing di matanya, tapi Chan Ling tidak bisa mengingat siapakah pria tersebut.
Sebelum Chan Ling bertanya, singa tersebut berbicara. "Itulah masa depanmu. Kelak dia akan menjadi pendamping hidupmu. Tapi, kehidupan kalian akan menghadapi banyak ujian dan rintangan yang menghadang sebelum akhirnya bersatu. Jadi, kau harus bersabar dan bisa melewati setiap ujian agar bisa bersamanya."
"Pendamping hidup? Maksudmu ... Dia suamiku? Astaga, kau ini benar-benar konyol." Chan Ling terkekeh mengejek.
"Kau tak percaya? Tidak apa-apa, aku mengerti. Tapi, satu hal yang harus kau tahu, bahwa saat ini kau telah memiliki kemampuan melihat masa depan. Ingat itu baik-baik!" ujar sang singa.
Chan Ling tertegun sejenak mendengar perkataan singa tersebut. Wajahnya kembali menoleh untuk bertanya. "Apa maksudmu jika aku memiliki kemampuan untuk melihat masa depan? Eh, hei singa!" Gadis itu celingukan mencari keberadaan sang singa namun tak ditemukan.
Tempat yang dilihatnya sebuah rumah itu kini berubah lagi menjadi ruang kosong yang gelap gulita. Chan Ling berlari ke sana-kemari namun tak menemukan siapapun di tempat tersebut.
"Ling-Ling!" Terdengar suara seseorang memanggil.
Chan Ling menoleh ke arah sumber suara. "Siapa itu?!" Dahinya mengerut dengan mata menyipit untuk melihat si pemilik suara, tapi tak ada satupun orang di sana.
"Ling-Ling, pergilah dari sini! Cepat!" Suara itu kembali muncul namun Chan Ling tetap tak menemukan sosoknya.
"Siapa kau? Kenapa aku harus pergi?!"
"Akan terjadi sesuatu di tempat ini. Jadi, sebaiknya kau gegas pergi dari sini!"
"Terjadi sesuatu? Tapi, kau siapa? Kenapa aku harus percaya padamu, sedangkan kau tak terlihat. Bisa saja kau ingin mencelakai ku!" Chan Ling tak mudah percaya.
"Kau harus percaya padaku, Ling-Ling. Demi keselamatanmu, segeralah pergi dari tempat ini sebelum terlambat!" teriak suara tersebut lagi membuat Chan Ling terkejut sampai membuka mata secara spontan.
Chan Ling terbangun dengan keringat mengalir deras. Tangannya segera meraup wajah secara kasar, lalu beranjak keluar tenda.
Gadis itu duduk di dekat perapian yang sudah padam menyisakan bara saja. "Astaga, mimpi apa itu tadi? Kenapa perasaanku mendadak tak enak?!" desisnya sembari memegangi dada.
Wajahnya mendongak menatap langit malam tanpa bintang. Udaranya terasa dingin berhembus menusuk tulang.
Setelah berpikir cukup lama, Chan Ling pun memutuskan sesuatu.
Ia segera membangunkan Xia Lan dan kakak kembarnya di tenda sebelah.
"Kenapa kau membangunkan kami tengah malam buta seperti ini, Ling-Ling?!" Chan Lee bertanya.
"Kita harus pergi sekarang juga,"
"Pergi? Kenapa?!"
Chan Ling membungkam mulut Xia Lan karena gadis itu sedikit berteriak. "Kecilkan suaramu, bodoh. Kau ingin kita ketahuan?!" hardiknya geram.
"Pokoknya aku tidak bisa memberitahu kalian alasannya, tapi kita harus pergi sekarang juga!" ajaknya kemudian.
Walaupun tak mengerti, Chan Lee dan Xia Lan tetap mengikuti ajakan Chan Ling, sedangkan Xi Anzhing menolak dan memilik untuk tinggal.
Tanpa menunggu lama, ketiganya pun pergi secara diam-diam dari area perkemahan prajurit tersebut.
Belum jauh kaki ketiganya melangkah, tiba-tiba terdengar ledakan cukup keras dari area perkemahan prajurit.
BOOOOOOOOOOOOMMMMM
"AAAARRRRGGGHHHH!"
...Bersambung .......
Lanjutkan 👍👍👍