NovelToon NovelToon
Strange Rebirth

Strange Rebirth

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Sistem / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Teen School/College / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lemonia

Reyna dikirim ke masa lalu setelah berhasil menjebloskan suaminya kedalam penjara.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa aku kembali saat aku sudah terbebas dari baj*ngan itu?"

.

"<Bos! kamu membuat mereka lebih dekat! Lakukan sesuatu bos!>"

"Biarkan saja dulu. Sistem, dimana tokoh antagonis sekarang?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lemonia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Tidak sengaja mengacau

“Mau pulang sekarang, Rey? Ayo, aku bisa mengantarmu,” Bintang menawarkan, senyum hangat menghiasi wajahnya. Suaranya lembut, seolah membawa rasa aman dan nyaman bagi Reyna.

Jaden, yang mendengar tawaran itu, menoleh ke arah mereka, "Rey, pulang denganku saja," pintanya.

Reyna memandang Jaden sebentar, merasakan ketegangan yang menghangat di antara mereka. Namun, perhatian matanya teralihkan pada Luna, yang berdiri di samping Jaden dengan raut wajah penuh harap. Luna tampak tidak berencana untuk pergi, seolah ingin terus berada di dekat Jaden. Melihat itu, Reyna merasa canggung, seperti terjebak dalam situasi yang rumit.

Di sisi lain, Bumi mengangkat suara, “Kalian pulanglah dulu. Aku ingin menunggu Bulan sampai shift kerjanya selesai,” ujarnya sambil duduk santai di kursinya, menghabiskan kue yang tersisa.

Reyna menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. “Aku akan pulang bersama Bintang,” ucapnya dengan tegas, meski suara hatinya bergetar, berusaha menunjukkan keyakinan. Namun, pernyataannya membuat Jaden tertegun, kecewa terpancar jelas di wajahnya. Dia menambahkan dengan nada yang penuh penekanan, “Jika kamu benar-benar ingin mengantar seseorang, sebaiknya kamu mengantar Luna. Sepertinya dia lebih membutuhkan.”

"Terima kasih Reyna! Aku memang membutuhkan seseorang untuk mengantarku." Luna berterimakasih dengan riang.

Jaden menatap Reyna dengan ekspresi campur aduk. “Rey, aku...”

“Jangan khawatir, Radit. Aku akan mengantar pulang Reyna dengan selamat sampai rumah,” Bintang memotong, berusaha untuk tidak terlalu lebar menunjukan senyumnya. “Kalian berdua bisa pergi bersama.”

Luna bergegas meraih tangan Jaden, “Ayo, Radit!"

...****************...

"Apakah kamu harus melakukan itu? Bertingkah imut dan riang, itu benar-benar bukan sifatmu," kata Jaden, suaranya terdengar sedikit kesal ketika motornya berhenti tepat di depan gerbang rumah mewah Luna. Ia menunggu gadis itu turun dari jok belakang dengan sabar, meskipun kepalanya dipenuhi rasa frustasi yang ia tahan sejak tadi.

Luna tersenyum ceria, tak memedulikan nada suara Jaden yang dingin. "Bertingkah imut dan lucu adalah keahlian ku," jawabnya, melepas helm dengan gerakan anggun.

Jaden mendengus, jelas tak terkesan. "Ck, berhentilah mengganggu ku," gumamnya sambil mengacak rambutnya sendiri, frustrasi. Tatapan matanya menyiratkan kelelahan menghadapi sikap Luna yang terus-menerus menggoda tanpa henti.

Namun, Luna tak menyerah. "Berhentilah menolak ku, dengan begitu kita pacaran," balasnya sambil tersenyum penuh ejekan. Ada kilatan nakal di matanya, seperti biasa.

Jaden akhirnya tidak bisa menahan diri lagi. "Kenapa aku? Sebenarnya apa yang kamu rencanakan?" tanyanya, suaranya terdengar penuh kebingungan dan sedikit putus asa. Dia tahu ada sesuatu di balik sikap Luna, tapi apa?

Luna mendekat, menatap Jaden dengan penuh harap, tapi kali ini nada bicaranya menjadi lebih serius. "Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin kamu memberi kesempatan. Kita bisa bersenang-senang bersama. Kenapa harus berpikir terlalu jauh?" jawabnya, suaranya terdengar lembut, hampir memohon.

Jaden menggelengkan kepala, matanya menatap Luna tajam. "Aku tidak mau terjebak dalam permainan ini, Luna. Aku butuh kejelasan, bukan hanya iming-iming atau janji palsu," ucapnya dengan tegas, berusaha memenangkan percakapan ini.

Luna terdiam sesaat, seolah berpikir. Lalu, dia tersenyum tipis. "Baiklah," ucapnya pelan, seolah menyerah, "Apa kamu akan membantuku jika aku menceritakan semuanya?"

Jaden menatapnya dengan kecurigaan. "Ha! Apa kataku! Akhirnya kamu mengakui bahwa ini semua ada tujuannya," jawabnya cepat, matanya menyipit.

"Jadi kamu mau membantuku atau tidak?" Luna menatapnya dengan intens, matanya memancarkan rasa cemas yang jarang ia tunjukkan. Seolah dia benar-benar berharap Jaden mau mendengarnya kali ini.

Luna melangkah lebih dekat, suaranya merendah seiring langkahnya yang mendekati Jaden. "Kamu ingat ketika kita bertemu di rumah sakit? Saat itu aku menjenguk kakekku. Beliau menderita kematian otak. Dalam surat wasiatnya tertulis bahwa cucu yang memiliki pasangan akan mewarisi—"

Jaden menatapnya tak percaya, suaranya berubah dingin. "Kamu mengincar warisan itu?"

"Bukan aku, tapi orang tuaku," Luna meluruskan dengan suara tegas, namun ada sedikit kepedihan yang tersembunyi dalam nada suaranya.

Jaden mendesah keras. "Lalu kenapa aku?" tanyanya, masih tidak mengerti alasan di balik semuanya.

"Karena kamu mengawasiku, waktu itu!" jawab Luna, matanya berkilat tajam. Namun, Jaden tak bisa mengelak dari kenyataan bahwa mungkin dia memang tanpa sadar ikut terlibat.

Oh, sial.

Jadi ini semua terjadi karena salahnya?

"Kamu dan Bumi, kalian sudah saling kenal. Begitupun orangtua kalian. Kenapa kamu tidak mencoba membujuknya, alih-alih memintaku untuk ikut campur dalam masalahmu?" tanya Jaden, suaranya penuh ketidakpercayaan.

Oh ayolah, dia hanya orang luar,

"Dia punya orang yang disukai."

Jaden tersentak, merasa sedikit terpukul. "Menurutmu aku tidak?" balasnya cepat.

Luna tersenyum samar. "Kalian putus. Taukah kamu, menjalin hubungan dengan mantan itu seperti membaca buku. Endingnya sama. Jangan menjadi orang bodoh dan menolak kenyataan," ucap Luna dengan nada penuh sindiran.

Jaden memutar matanya, tetapi sebelum Luna mengatakan omong kosong lainnya, dia membalas dengan seringai diwajahnya. "Untungnya, aku membaca novel serial pertama. Masih ada serial selanjutnya. Siapa tahu endingnya bisa berbeda kali ini."

Luna tertawa sinis, merasa kesal dengan logika Jaden. "Pokoknya aku sudah menceritakan semuanya padamu. Dan sesuai kesehatan kita tadi, mulai sekarang kita pacaran, dadah sayang~" Luna melambaikan tangan sambil tertawa kecil, berjalan memasuki halaman rumahnya.

"Apa? Hei, kata siapa aku setuju! Aku tidak mau!" seru Jaden, suaranya terdengar semakin frustrasi, namun Luna sudah menghilang di balik gerbang rumahnya.

Jaden menatap kosong ke arah rumah besar itu, merasa seperti baru saja dipermainkan dalam permainan yang tidak pernah dia minta untuk ikut serta. Dia menghela napas berat, perasaannya campur aduk antara marah, bingung, dan sedikit cemas ketika sistem kembali nanti.

""

"Hehe.. sistem, kamu sudah kembali?"

""

1
aca
masih teka teki
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!