Yang satu punya banyak problematik, yang satunya lagi bocah bebas semaunya. Lalu mereka dipertemukan semesta dengan cara tak terduga.
Untuk tetap bertahan di dunia yang tidak terlalu ramah bagi mereka, Indy dan Rio beriringan melengkapi satu sama lain. Sampai ada hari dimana Rio tidak mau lagi dianggap sebagai adik.
Mampukah mereka menyatukan perasaan yang entah kenapa lebih sulit dilakukan ketimbang menyingkirkan prahara yang ada?
Yuk kita simak selengkapnya kisah Indy si wanita karir yang memiliki ibu tiri sahabatnya sendiri. Serta Rio anak SMA yang harus ditanggung jawabkan oleh Indy.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Rio keluar, Juni ikutan keluar. Keduanya bertemu di ujung koridor dekat ruangan tanpa kehidupan.
"Saya tidak tahu harus bicara dengan bahasa apa sama kamu. Yang pasti saya tidak akan membiarkan Indy menderita. Junifer, saya peringatkan padamu, jangan pernah berkawan dengan yang namanya serakah, dengki, dendam, kalau kamu tidak mau mengalami kehancuran. Hidup lah tanpa membuat rugi orang lain. Sudah bagus kamu dapat separuh kekayaan dari Pak Handi. Berhenti lah serakah!"
"Waw, aku senang kamu sudah mau banyak bicara denganku Rio. Mari kita bicarakan ini di tempat lain." Juni ingin memegang pergelangan tangan Rio namun tidak bisa. Rio lebih dulu menjauhkan tangannya dari cekalan Junifer.
"Okey kalau kamu risih. Mari kita jalan ke arah sana."
Mereka hanya perlu berjalan beberapa langkah sampai menemukan tempat yang pas untuk bicara. Meskipun Juni meminta lebih dengan menawarkan pembicaraan di sebuah bangku, Rio tetap acuh dan mendesak Juni untuk tidak bertele-tele.
Juni menghela nafas, membuangnya perlahan kemudian mulai memandang Rio lekat.
"Aku menjadi begini karena sesuatu yang bergejolak. Tadi kamu bilang aku serakah, apa itu benar? aku tidak yakin kalau aku itu serakah. Awalnya aku memang seseorang yang ingin hidup dengan gelimang harta, tapi di pertengahan jalan aku malah suka sama seseorang yang tidak memiliki itu."
"Rio, aku mulai memikirkan kamu saat pertemuan kita di konser. Kamu yang tidak kenal dengan ku, rela melindungi dengan mengusir orang yang memiliki pandangan buruk terhadap ku. Terdengar sepele, aku bisa suka sama kamu cuma karena kamu bersikap melindungi wanita, tetapi dampaknya mampu membuat aku tidak bisa berfikir jernih."
"Aku selalu menyadarkan diriku sendiri untuk tidak menyukai mu lebih jauh. Karena apa? karena kamu tidak memiliki apa yang aku cita-cita kan. Namun yang terjadi justru rasa suka aku sama kamu malah semakin membesar."
Mendengar pernyataan cinta dari Juni, Rio merasa biasa saja. Dia kini mulai berbicara.
"Saya tidak akan pernah bisa menyambut perasaan itu. Jadi lupakan lah, hidup dengan benar, lalu cari cinta sejati mu di luar sana."
"Apakah karena Indy?"
"Jangan ganggu dia lagi, saya tidak akan tinggal diam."
"Segitunya kamu membela wanita itu Rio. Jangan rela mati karena dia, karena sesungguhnya kematian ayahmu adalah penyebab dia meminta kamu tinggal bersamanya. Dia hanya ingin bertanggung jawab Rio! jadi jangan terlalu percaya diri dia mencintaimu seperti yang kamu kira."
Rio mencerna kata-kata Junifer.
"Kamu pasti baru tahu ya? ya iyalah, Indy mana mau jujur sama kamu. Aku punya buktinya. Lihatlah rekaman CCTV ini. Lihat Yo, ini jelas ada plat nomornya dan ini mobil yang sedang Indy kendarai. Dia MENYENGGOL ayah kamu sampai oleng!"
Rio melihat rekaman yang ditunjukkan Juni melalui ponselnya. Dia terhenyak namun sebisa mungkin jangan sampai diketahui Juni bahwa dirinya terkejut.
"Kenapa diam?" sudut bibir Juni tertarik ke atas saat Rio masih sibuk menonton rekaman.
"Bapak saya tidak jatuh di sini. Bapak berhasil menguasai kendaraannya lagi. Jangan coba-coba bikin narasi kalau Indy membunuh bapak." Rio memberikan tanggapan. Juni tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rio, bisa-bisanya pemuda itu masih berfikiran positif.
"Rio, memang benar ayah kamu berhasil terhindar dari jatuh di rekaman ini. Bahkan beliau sempat melajukan kendaraannya dengan normal. Tapi Yo, ayah kamu terkena serangan jantung tidak lama setelah kejadian tersebut. Seandainya Indy tidak--"
"Takdir kematian tidak bisa diubah dengan seandainya. Semua sudah digariskan tanpa bisa menghindar. Saya sudah mengikhlaskan bapak dan tidak menyalahkan siapapun atas kepergiannya. Saya yakin, Indy pun tidak menginginkan semua itu terjadi."
Juni mendengus. Susah sekali mempengaruhi pikiran Rio agar membenci Indy.
"Sekarang aku tanya, apakah Indy berterus terang soal ini?" Juni masih usaha mencari celah untuk menggoyahkan pendirian Rio.
"Saya yakin kamu sudah tahu jawabannya. Bukankah kamu selalu tahu persoalan saya dengan Indy?"
"Terserah kamu Rio. Dari jawaban-jawaban yang kamu punya, Indy selalu benar di mata mu seolah-olah dia adalah manusia yang paling sempurna. Suatu saat nanti, kamu akan kecewa. Ingat omongan ku Rio, suatu hari entah itu kapan, Indy bakal meninggalkan mu saat rasa tanggung jawabnya terhadap mu sudah penuh."
Rio mendecih.
"Ya aku sadar diri, semua perkataan ku terasa sulit dipercaya. Tapi kamu juga tidak bisa mengabaikan ini. Kamu tetap harus waspada Rio. Dan... apakah kamu yang telah mengambil berkas milikku?" Lanjutnya.
"Ini?"
"Ternyata kamu rupanya. Kenapa bisa? aku bahkan menjaganya dengan sangat baik." Juni semakin mendekati Rio. Dia ingin merebutnya.
Sebelum niatannya untuk merebut terealisasi, Rio menyobek kertas tersebut di hadapan Juni menjadi beberapa bagian kecil. Tidak sampai melemparkan potongan kertas tersebut ke wajah orang dihadapannya seperti adegan di film-film. Rio malah memasukannya ke dalam saku.
Astagaaa! usahaku sia-sia. Juni memandang sobekan kertas penting miliknya dengan wajah menderita.
"Kenapa?"
"Kamu lebih memilih Indy, orang yang akan menyakiti mu kelak ketimbang aku penjahat yang sudah bertaubat." Dusta. Juni masih menyimpan ambisi buruk.
"Berbohong ataupun tidak, hanya tuhan yang tahu. Biarlah tuhan yang memberi pelajaran padamu jika kamu masih saja berbuat semena-mena."
Juni terdiam mendengar penutupan Rio.
...****...
Dari mana Rio bisa menggondol berkas penting milik Juni? jawabannya ada pada Lukas. Lah kok Lukas? jadi begini ceritanya.
Lukas merupakan orang kompeten bagian dari Naga grup. Meskipun posisinya di bawah Handi, dia cukup disegani sebab kontribusinya bersama sang ayah sangatlah besar. Ayahnya Lukas pentolan Naga grup yang tak kalah berpengaruh. Ibarat kaya, ayahnya Lukas orang nomor dua di Naga grup setelah Handi. Maka dengan alasan itu, Handi sempat berniat menjodohkannya dengan Indy.
Suatu hari, Junifer mendatangi Lukas untuk sebuah penawaran. Juni meminta Lukas untuk berada di pihaknya, karena dia merasa akan jadi pemimpin. Juni sadar diri, ia tidak pandai dalam hal perbisnisan. Ia takut tidak bisa mengelola, maka meminta Lukas menjadi bagian darinya.
Dalam pertemuan tersembunyi Junifer berbicara begini pada Lukas,
"Aku memiliki rencana--
.
.
.
Bersambung.
Heh, jd keinget gaya helikopter nya Gea sm Babang Satria🤣