NovelToon NovelToon
Ketika Salju Turun

Ketika Salju Turun

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / One Night Stand / Anak Genius / Anak Kembar
Popularitas:30.1k
Nilai: 5
Nama Author: hermawati

Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.

Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.


Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Reina

Masih ada yang nungguin nggak? Maaf ya, nggak update tiap hari.

Oh ya, seperti aku bilang kapan hari, cerita ini nggak sepanjang ceritaku sebelumnya, jadi mungkin beberapa bab lagi akan tamat.

Happy reading.

Lamunan Reina buyar, ketika tangan kecil salah satu putranya menepuk punggung tangannya, "Ada apa Ai?" tanyanya.

"Mama kenapa sih? Dari tadi Ai perhatiin, bengong terus? Apa leher mama masih sakit?" tanya bocah berambut pirang yang duduk disebelahnya.

Reina menyentuh lehernya sendiri, terdapat perban menempel di sana, dia ingat beberapa saat yang lalu, lehernya tergores ujung samurai runcing, milik lelaki berpakaian ninja, beruntung kerah Yukata menghalangi benda tajam itu mengenai lehernya, sehingga lukanya tak terlalu dalam, hanya goresan kecil, "Mama nggak apa-apa Ai, nggak usah khawatir."

"Terus abis ini, apa kita akan ikut Papa?" tanya bocah itu lagi.

"Hah? Maksudnya?" Reina balik bertanya, dia sendiri masih bingung dengan kejadian menegangkan tadi.

"Tadi pas turun dari Helikopter, Papa bilang, katanya kita mau dibawa ke Italia,"

Reina tak langsung menanggapi, dia justru melihat ke sekeliling tempatnya berada saat ini. Dia duduk berdampingan dengan putra sulungnya, di sebuah ruangan, dan mendapati Ryu bersama Eizen sedang berbincang di seberangnya.

"Kita lagi di pesawat ya?" tanya Reina, entah karena masih syok, mendadak otaknya menjadi lambat mencerna.

Aizen mengangguk, "Mama masih kaget, gara-gara kejadian tadi ya?"

Reina memijat kepalanya, yang kini terasa nyeri, "Seumur-umur, Mama baru lihat orang di bunuh depan mata, kok gampang banget buat menghilangkan nyawa,"

"Tapi kalau Papa nggak menebas paman ninja tadi, kepala Mama yang bakal melayang," ujar Aizen, "Kalau Ai udah gede, Ai bakal melakukan hal yang sama,"

Reina menganga mendengar ucapan putra sulungnya, bisa-bisanya anak yang baru berusia delapan tahun, punya pemikiran seperti itu. "Jangan berurusan dengan dunia seperti itu, Ai," larangnya, "Jangan mengambil alih tugas malaikat Izrail."

Aizen terdiam, dia jadi ingat pelajar dari guru agama di sekolah, dan guru ngaji di TPA, tempatnya menimba ilmu.

Reina mengelus rambut pirang putranya, "Ini salah satu alasan, mengapa Mama tak mau bertemu dengan Papa," dia menghela napas, "Kehidupan mereka berbeda dengan kita Ai," tambahnya, "Mama menginginkan ketenangan, meskipun tidak bergelimang harta. Apa selama ini kamu tidak bahagia hidup bersama Mama yang sederhana?"

Aizen menggeleng, bocah pirang itu menatap interaksi antara adik kembarnya, dan Papa mereka, "Tapi Papa menawarkan keluarga yang utuh,"

Reina menyadarkan kepalanya pada sandaran kursi berwarna pastel, dia memejamkan matanya. Posisinya serba salah, di satu sisi, dia ingin memberikan keluarga utuh untuk kedua putranya, tapi di sisi lain, dia hanya ingin hidup tenang.

Sebagai penulis, yang sering kali menonton film bergenre mafia, dia tau jika kehidupan mereka tidaklah mudah. Nyawa yang setiap saat terancam, punya banyak musuh, dan sering kali bersentuhan dengan darah, juga luka yang menyakitkan.

Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Seseorang menyapanya, dengan suara lembut, Reina membuka matanya, dia mendapati seorang wanita berambut cokelat, bermata hijau, tersenyum padanya, "Apa anda mau makan sekarang, Nyonya?"

Reina mengerti bahasa asing yang digunakan perempuan berseragam pramugari itu, "Sebentar," dia menoleh pada bocah disebelahnya, "Ai, mau makan sekarang?" tanyanya.

"Terserah Mama, Ai, ikut aja," sahutnya lesu.

"Boleh, silahkan disajikan," Reina mengangguk, seraya memberikan senyumannya.

Sepeninggal Pramugari, Ryu datang menghampirinya, dan mengajaknya bicara di kursi paling belakang.

Reina bangkit, dia mengikuti langkah lelaki jangkung didepannya, hanya beberapa meter, dari tempatnya duduk tadi.

Ryu menutup gorden, sebelum mempersilahkan ibu dari anak-anaknya untuk duduk di salah satu kursi.

"Aku akan membawa kalian ke Itali," kata Ryu to the point.

"Kalau aku menolak, apa kamu akan mengantarkan aku kembali ke negaraku?" tanya Reina.

"Kamu hampir terbunuh, Rei. Bisa-bisanya kamu masih egois, kamu tidak memikirkan anak-anak,"

"Justru karena aku memikirkan anak-anak, sehingga aku memilih kembali ke negaraku, sejauh ini aman kok, kami hidup dengan baik, tanpa ada gangguan apapun,"

Ryu mulai gusar, ibu dari anak-anaknya tak mendengarkannya, dia bangkit dan duduk tepat di sebelah wanita yang masih mengenakan Yukata berwarna biru itu.

"Rei, kamu tidak sepenuhnya mengenal kakakku, dia akan melakukan segalanya, demi membalas dendam, apalagi kemarin aku telah membakar beberapa tempat miliknya,"

Reina terkejut, ternyata bukan hanya menghilangkan nyawa manusia di depan matanya, tapi lelaki di sampingnya juga merusak properti, yang mungkin masih ada manusia didalamnya.

"Jadi mulai sekarang, kalian harus bersamaku, di tempat ku kalian akan aman, aku bisa menjaminnya," Ryu berusaha membujuk.

Reina mendesis kesal, gara-gara lelaki itu, hidupnya jadi runyam seperti ini. Kilasan masa lalu kembali hadir di pikirannya, andai dulu dia tak menolong Ryu, mungkin hidupnya akan tetap berjalan normal sebagaimana mestinya, tapi itu artinya, dia tak akan memiliki dua buah hati penyemangat hidupnya. "Akh ... Sialan! Kenapa jadi gini sih? Bangke emang!" Ingin rasanya Reina menjerit, tapi dia tak mungkin melakukannya, alhasil dia hanya mengatakannya dengan suara pelan, agar dua buah hatinya tak mendengarnya.

"Apa kamu mengumpat padaku, Rei?" tanya Ryu, bertahun-tahun dia mempelajari bahasa yang digunakan ibu dari anak-anaknya.

"Kalau iya kenapa? Nggak terima Lo, sialan!" ingin sekali Reina mengabsen seluruh penghuni kebun binatang, untuk mengungkapkan kekesalannya.

Ryu memijat kepalanya, astaga baru kali ini dia dikatai oleh seorang wanita, dan sialnya adalah ibu dari anak-anaknya.

"Bagaimana dengan rumahku? Barang-barang ku? Sekolah anak-anak? Pekerjaan ku?" tanya Reina, "Bukankah mengurus izin tinggal, itu susah? Tidak segampang itu kami pindah ke negara mu," dia pernah mencari tau di internet, tentang izin tinggal di luar negeri, untuk riset novelnya.

"Aku akan menyuruh orang untuk mengurus semua, dan urusan administrasi izin tinggal, semua akan diurus oleh orang ku, jadi kamu tidak usah memikirkan hal itu. Lalu soal sekolah anak-anak, aku akan memanggil guru ke rumah."

Reina berpikir, seraya menatap pemandangan keluar jendela, yang hanya terlihat kegelapan. "Ingat Rei, keselamatan kalian yang utama," kata Ryu pelan.

"Akan aku coba, tapi jika aku tidak betah, aku akan pulang,"

Senyum di bibir lelaki berwajah tampan itu, seketika terbit, "Aku akan membuat kalian betah, katakan apapun yang kamu inginkan, kecuali kembali ke negaramu,"

"Satu lagi,"

"Apa itu?"

"Jangan ajarkan pada anak-anak tentang kekerasan,"

"Rei, itu untuk melindungi mereka, jadi nanti mereka harus berlatih bela diri,"

"Oke kalau itu tak masalah, tapi jangan sampai kami melihat kekerasan, termasuk penyiksaan,"

Ryu terkekeh, "Aku tak melakukan semua itu di rumah, ada tempat khusus, dan aku tak selalu melakukannya, jadi jangan berpikir buruk tentangku. Aku menghilangkan nyawa orang yang memang layak untuk meninggalkan dunia ini,"

"Dosa apa yang gue lakuin, kenapa gue mesti kenal sama orang modelan gini?" gumamnya pelan.

"Aku mengerti apa yang kamu katakan, Rei!"

Reina bangkit, "Terserah, pokoknya jangan melakukan kekerasan di depan mataku," dia membuka tirai, dan kembali ke kursinya.

1
ayudya
😂... nah ryu cari noh ustadz..., biar paham.
ayudya
😂😂😂 kasihan si reina.. gak di izin kan plng.
ayudya
aduh Thor kira² dapat jatah gak si ryu tu
Mareeta: mode maksa, kayak pertama kali, mereka gituan
total 1 replies
LISA
Wah Reina g di ijinkan utk pulg jg
Nadila Nisa
kak herma paling suka ngegantung dan bikin penasaran.. lanjut kak 🥰
Ripah Ajha
hais nanggung kali thor
Mareeta: entar malah nggak lolos sama editor
total 1 replies
ayii
ceritanya menarik....
Mareeta: terima kasih sudah mampir
total 1 replies
FeVey
tuu kan firasatku bener. jangan2 hamil.
waktu itu kan masa subur reina? /Whimper/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
Anton Batubara
bagus ceritanya /Good//Good//Good/
LISA
Reina sabar y..pelan² lehermu masih belum sembuh lukanya
ayudya
up nya lama ya Thor, semangat wae lah.
Mareeta: bentar lagi di kerjain, semoga nggak sampai malam udah up
total 1 replies
Ripah Ajha
semangat ya kak, keren karyamu🥰
Nadila Nisa
hadir kak.. karya yg selalu ditunggu2
semangat 💪🏻👍🏻🥰🥰
beybi T.Halim
ceritanya bagus...,cuma up nya gak tentu .,semoga setelah ini Rheina bs mengerti dan memahami klo Ryu benar2 mau bertanggung jawab 👍
ayudya
ayo lah rei sekali² dengar lah kata papa nya anak² kamu biar gak di ganggu lagi.
ayudya
kk nya ryu ada urusan apa sama Reina, mass sama adik sendiri selalu ikut campur.
ayudya
REI keras kepala sekali jangan gitu lah.
ayudya
mengalah demi anak gak apa² toh ryu orang bertanggung jawab.
ayudya
ryu tu serius orang cuma Reina takut aja mengingat bagaimana kk nya ryu.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!