NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abi

Jodoh Pilihan Abi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:78.7k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, malam itu adalah pertama kalinya Abi membentak Zahra supaya putrinya itu menikah dengan anak Kyai Amir, Gus Afkar. Padahal Gus Afkar adalah suami incaran sahabatnya, dan dia sebenarnya berencana untuk lanjut S-2 dulu.
Setelah pengorbanannya, ia harus menghadapi sikap sang suami yang tiba-tiba berubah dingin karena setelah akad nikah, dia mendengar rencana Zahra yang ingin menceraikannya. Belum lagi, reputasi pondok yang harus ia jaga.
Mampukah Zahra bertahan diantara orang-orang yang punya keinginan tersendiri padanya? Dan akankah ia dapat mempertahankan rumah tangganya?
Zahra sang anak kesayangan keluarga, benar-benar ditempa dalam lingkungan baru yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku tidak cemburu

Zahra menatap tajam ke arah Gus Afkar dengan penuh penasaran dan marah, sembari bertanya dalam hatinya, ‘Kenapa sapu tanganmu bisa ada padanya, Gus?’ 

Lelaki itu terlihat kaget mendengar pernyataan Nayla dan menatap Zahra balik dengan cemas, sambil setengah menggeleng pelan pada istrinya itu.

‘Ini Gus,” ucap gadis itu sambil memberikan sapu tangan tersebut pada Gus Afkar.

Lelaki itu terlihat menerima sapu tangan itu kemudian memperhatikannya.

Zahra ikut memperhatikannya dari jauh, bahkan lebih seksama, berharap itu bukan milik suaminya.

“Gus Afkar meminjamkannya padaku malam itu, Zar,” ujar gadis itu sambil menoleh dengan wajahnya yang tersenyum bahagia.

“Malam itu?” tanya Zahra menoleh ke arah suaminya itu dengan tatapan jengkelnya, bahkan kedua alisnya hampir bersatu, tak menyangka dengan apa yang barusan didengarnya

“Iya malam itu,” tambah Nayla membuatnya tak habis pikir.

‘Kau menuduhku macam-macam sama Kak Adrian, sedang kau meninggalkan sapu tanganmu bersama Nayla malam itu? Apa yang terjadi malam itu, Gus?’ pikir Zahra ketakutan sendiri sambil merengut was-was di hadapan suaminya, padahal ia sendiri tak mengerti malam itu, itu maksudnya kapan.

“Kamu jangan ngomong aneh-aneh! malam apa maksudmu?” ucap Gus Afkar setengah berteriak marah.

“Ya malam itu, Gus. Itu memang sapu tangannya Gus, kan?” jawab Nayla dengan tegas.

Lelaki itu tampak terdiam tak bisa menjawab.

‘Bahkan kau tak berani menjawabnya Gus, berarti benar itu sapu tanganmu, Gus?’ pikir Zahra bertambah kesal dan semakin menatapnya tajam, apalagi setelah memeriksa sapu tangannya tadi, lelaki itu tak berusaha membantahnya.

“Gimana ya aku bilangnya.....?” ucap Nayla dengan nadanya yang mendayu membuat Zahra semakin ketakutan. 

‘Gus, sebenarnya apa yang kau lakukan?’

“Jangan berkata omong kosong!” hardik Gus Afkar setelah tampak menatap ke arah gadis itu.

“Astahghfirullahaladzim! Apa Gus lupa, sapu tangan itu Gus berikan setelah rintik-rintik hujan malam itu?” jawab gadis itu mantap.

‘ini apa lagi, rintik-rintik hujan?’

“Cukup! bicarakan masalah kalian, aku tak perlu mendengar apapun! Aku masuk dulu,” ucap Zahra sambil menghela nafas panjang kemudian berjalan dengan langkahnya yang berat menuju kamarnya.

Brak!

Ia tak mampu lagi mendengar apa yang akan dikatakan Nayla selanjutnya tentang mereka.

Meski begitu masih terdengar sayup-sayup Gus Afkar meminta gadis itu pulang, dari arah kamarnya.

‘Aku tidak akan melunak meski kau usir dia dari rumah ini, Gus,’ gumam Zahra dalam hati dengan sangat kesal.

Zahra langsung mengambil Al Quran dan membacanya di atas sofa.

Ia tak ingin mendengar apapun dari mulut suaminya itu.

Lelaki itu kemudian terdengar melangkah masuk ke dalam kamar.

Tak lama berselang, dia terlihat membuka pintu di depannya tersebut dengan perlahan.

Meski tak melihatnya, tapi Zahra dapat merasakan bahwa suaminya itu sedang berdiri tertegun memandangnya dari depan pintu itu.

Meski sebenarnya ia tak begitu khusyuk membaca Alquran, tapi ia tetap berusaha fokus dan mengabaikan suaminya.

‘Allah, fokuskan aku!’ pinta Zahra dalam hati kepada Tuhannya.

Suaminya itu kini terdengar melangkah menghampirinya, lalu duduk tepat di hadapannya.

‘Astagfirullah, Apa yang dia lakukannya sambil menatapku seperti itu?’ guman Zahra dalam hati dengan sangat gugup.

Apalagi mata lelaki itu terlihat tak berkedip, memandangnya dalam-dalam.

Zahra menelan ludahnya dan akhirnya menyerah.

Ia kemudian menutup Alquran itu, dan bangkit dari duduknya.

“Aku tak perduli apa yang sudah terjadi antara kamu dan Nayla, Gus. Jadi tidak usah dijelaskan,” ucap Zahra dengan nada dingin.

“Aku memang tidak ingin menjelaskannya,” ucap lelaki yang sedang duduk di belakangnya itu dengan entengnya.

Sontak Zahra menoleh dengan kaget ke arah suaminya itu.

‘Apa? bisa-bisanya dia berkata tidak ingin menjelaskan apa yang sudah terjadi, lalu untuk apa dia menyatakan cinta padaku saat di Semarang. Dasar lelaki plin-plan!’ umpat Zahra dalam hati sambil menatap tajam ke arah suaminya tersebut.

“Baik, kalau begitu kenapa tidak sekalian saja Gus Afkar mengejar Nayla Jadi kalian bisa melanjutkan kisah malam itu dibawah rintik-rintik hujan,” ucap Zahra dengan sinis, matanya tampak membelalak dengan dingin.

“Kenapa Gus repot-repot ke sini? Pergilah dan jemput wanita idamanmu itu! Jangan biarkan dia menunggu lama,” lanjut Zahra begitu kesal kemudian membalikkan badan menghadap jendela kamarnya.

“Benarkah? boleh?” lelaki itu kembali dengan ringannya, tanpa beban.

‘Bisa-bisanya dia bertanya seperti itu’ pikir Zahra semakin kesal, urat-uratnya semakin terlihat keluar dan menegang, saking menahan marahnya.

“Silakan!” jawab Zahra dengan ketusnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Aku ingin pergi, tapi aku mencium bau kecemburuan,” ucap lelaki itu sambil mengendus-endus badan Zahra dari belakang.

“Siapa yang cemburu? Aku tidak cemburu,” teriak Zahra mengelak, sambil membalikkan badannya ke hadapan suaminya itu dengan ekspresi dongkol.

“Aku tidak berkata bahwa kamu yang cemburu, Kenapa kau membela diri segitunya? atau jangan-jangan kau memang cemburu, dan mengakuinya sekarang,” ujar lelaki itu semakin menikmati menggodanya.

“Tidak, aku tidak cemburu!” tegas Zahra.

Namun lelaki itu hanya terlihat diam, sambil melirik dengan menyipitkan matanya ke arah Zahra.

“Aku bilang aku tidak cemburu. Ah, terserahlah!” ucap Zahra dengan putus asa kemudian berbalik kembali membelakangi suaminya dengan begitu jengkelnya.

“Apa kamu marah?” ucap lelaki itu terdengar berhati-hati sambil menilik wajah Zahra.

“Untuk apa aku marah? Gus Afkar berhak memilih wanita yang Gus Afkar sukai. Apa hakku melarang-larang?” jawab Zahra kembali ketus, sambil berpikir bisa-bisanya lelaki itu masih bertanya apakah dia sebagai istrinya marah atau tidak.

“Tentu saja kamu berhak, dan aku memang ingin dan suka kau melarangku. Kalau bukan istriku, siapa lagi yang berhak?” ucap Gus Afkar sambil tiba-tiba merangkulnya dari belakang, dan meletakkan dagunya di bahu kanan Zahra.

Zahra seketika terperanjat gugup, badannya berdegup sangat kencang, matanya terbelalak diam. 

Ia sontak mematung.

“Sepertinya kamu sudah tidak marah?” ucap lelaki itu membuatnya tersadar.

Zahra berusaha menarik lepas tangan lelaki itu yang mendekapnya begitu erat.

“Baiklah aku salah,” ucap lelaki itu sambil menahan pelukannya lebih erat.

Zahra melunak mendengar jawaban suaminya tersebut. Ia berhenti menarik tangan Gus Afkar, dan bersiap mendengarkan penjelasan lelaki itu yang memang sebenarnya, jauh di bawah alam sadarnya, ia harapkan.

“Aku dan Nayla tidak ada hubungan apa-apa, kami bertemu saat seminar di ITS. Tapi sungguh aku tidak memperhatikannya, bahkan aku pulang sendiri. Entah kenapa di tengah jalan aku melihatnya kehujanan dan sepedanya rusak, tidak mungkin aku membiarkan mantan santriwatiku berada di jalan yang sepi, kehujanan, di tengah malam sendirian. Karena wajahnya terlihat kebasahan, aku memberikan sapu tangan itu untuk mengusap wajahnya, dan lupa memintanya kembali setelah selesai. Sungguh Zahra kami tidak melakukan apa-apa,” jelas Gus Afkar pelan-pelan berusaha meyakinkannya.

Zahra termangu diam berusaha menelaah ucapan suaminya itu.

“Kamu diam begini, aku jadi berpikir, jangan-jangan memang benar kamu cemburu padaku,” Zahra sontak menoleh sambil melotot ke arahnya tanpa berpikir panjang.

Alhasil, tanpa sengaja ia mencium pipi suaminya, yang masih tepat berada di atas bahunya tersebut.

Belum lagi selesai ia terkesiap….

“Mmm……..!” terdengar suara gumaman panjang dari arah belakang mereka.

Zahra dan Gus Afkar langsung berbalik ke belakang, dan mendapati Ning Alfiyah dengan ekspresi yang tidak kalah kaget dengan mereka.

Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, namun memberi sela untuk salah satu matanya agar tetap terjaga melihat adegan kissing itu.

“Hei, anak kecil. Apa kamu tidak bisa masuk dengan permisi dulu?” tanya Gus Afkar menyalahkan adiknya itu.

Segera gadis itu berbalik dan menjawab, “Aku yang rugi melihat adegan dewasa seperti itu, kenapa aku yang dimarahi. Lagian untuk apa itu pintu kalau tak dikunci?” 

Zahra yang terkadung malu membenamkan wajahnya ke dada suaminya yang bidang itu.

“Apa kau dengar degupan jantungku yang begitu cepat ketika bersamamu, Sayang?” bisik suaminya tersebut.

Deg

“Astaghfirullahaladzim!” teriak Ning Alfiyah sambil berlalu keluar dari rumah itu, mungkin karena mendengar gombalan Gus Afkar tersebut.

1
Siti Yatimatin
mana julukan istri shjolihahmu zàhra yg kau ajarkan pada muridmu emang takut dosa suami minta hak ìstri menolak dilaknat alloh
Siti Yatimatin
Dasar bodoh kamu AZZAHRA KHOIDUNNISA
Lilik Juhariah
disini yg bikin pembaca jengkel , lebih takut janji ke sahabat drpd janji pada Sang Pencipta
Lilik Juhariah
bener bener Gus afkar menahan nafsunya , tapi istrinya yg keterlaluan
Lilik Juhariah
karaktermu aneh Zahra , sama suami berani udah tau hukumnya , kl sama sahabat takutnya minta ampun
Lilik Juhariah
hiks iks ks
Lilik Juhariah
punya suami sprt Gus afkar , jadi istrinya tersanjung banget
Lilik Juhariah
nurut suami zahra
Lilik Juhariah
ceritanya bagus pemilihan katanya bagus
Lilik Juhariah
ya ahirnya, biang keroknya kabur semua, andai suami sprt Gus afkar damai tuh para istri, sabar pengertian
Lilik Juhariah
la opo kok nuduh orang gk jelas
Lilik Juhariah
karakter Zahra sampe disini gk suka banget, mentingin temennya , gk jujur, dan lebih jengkelin lagi sukanya bicara dalam hati
Lilik Juhariah
ini Zahra udah tau bertemu selain mahram apalagi udah punya suami dosa, dilakukan trs , ntar jadi fitnah
Lilik Juhariah
ini kelakuannya nayla
Lilik Juhariah
Zahra lebih banyak bicara dgn hatinya, wkkwk
Lilik Juhariah
Nayla terlalu Ter obsesi
Lilik Juhariah
kesenengnya ngomong gitu, ntar kl nikah beneran sakit hati, untung Islam melarangnya , Zahra Zahra
Lilik Juhariah
haaah janinnya siapa , tapi masih ngejar Gus afkar
Lilik Juhariah
walau pun amnesia juga gk begitu , tetap harus jujur ,
Lilik Juhariah
lah Nayla ini lucu , wong Gus afkar cintanya sama Zahra , emang kl Zahra cerai trs bisa kamu gantikan jadi istri Gus afkar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!