NovelToon NovelToon
Gadis Di Rumah Itu

Gadis Di Rumah Itu

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Hantu
Popularitas:53.4k
Nilai: 5
Nama Author: Dela Tan

Sulit mencari pekerjaan, dengan terpaksa Dara bekerja kepada kenalan ibunya, seorang eksportir belut. Bosnya baik, bahkan ingin mengangkatnya sebagai anak.

Namun, istri muda bosnya tidak sepakat. Telah menatapnya dengan sinis sejak ia tiba. Para pekerja yang lain juga tidak menerimanya. Ada Siti yang terang-terangan memusuhinya karena merasa pekerjaannya direbut. Ada Pak WIra yang terus berusaha mengusirnya.

Apalagi, ternyata yang diekspor bukan hanya belut, melainkan juga ular.
Dara hampir pingsan ketika melihat ular-ular itu dibantai. Ia merasa ada di dalam film horor. Pekerjaan macam apa ini? Penuh permusuhan, lendir dan darah. Ia tidak betah, ia ingin pulang.

Lalu ia melihat lelaki itu, lelaki misterius yang membuatnya tergila-gila, dan ia tak lagi ingin pulang.

Suatu pagi, ia berakhir terbaring tanpa nyawa di bak penuh belut.
Siapa yang menghabisi nyawanya?
Dan siapa lelaki misterius yang dilihat Dara, dan membuatnya memutuskan untuk bertahan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Mencari Kebenaran

Qing Qing menggeleng. "Aku tidak akan kembali. Hidup ini... bukan hidupku."

Damar membelalak, "Qing Qing, jangan memutuskan dengan emosi. Kamu pintar, Tuan akan menyekolahkan kamu di Cina, bukan? Masa depan kamu cemerlang. Jangan merusak itu semua..."

Qing Qing menoleh padanya. "Sudahlah, Mar. Aku sudah kenyang diberi nasihat oleh Pak Wira. Jangan ditambah kamu juga. Kamu gak tahu rasanya. Pertanyaan 'mengapa' terus menggelayuti benakku. Aku tidak bisa melangkah maju sebelum mengetahui jawabannya."

Qing Qing menjeda. Dan Damar terdiam.

"Kamu bilang, kita teman, dan teman saling mendukung. Bisakah kamu mendukung aku saja dan jangan sok bijak?" Sunyi di sekitar persawahan itu, hanya ada angin yang sesekali bertiup, menerbangkan rambut ekor kuda Qing Qing.

"Sudah kukatakan, aku merasa ini bukan hidupku. Ini hanya pinjaman. Aku bahkan merasa tidak berhak hidup. Ketika ditinggalkan di panti asuhan itu, seharusnya aku mati."

Seketika, Damar meletakkan telunjuknya di bibir Qing Qing. Persetan dengan sopan santun! "Sst... itu kata-kata yang tabu diucapkan. Ya, aku akan mendukungmu. Aku tidak akan mempertanyakan kata hatimu. Aku akan menemani kamu ke panti asuhan itu. Tapi kamu harus siap, jika tidak mendapat jawaban yang kamu cari, kamu ikut aku kembali ke Bekasi. Bagaimana?"

Qing Qing masih terpana dengan mata membelalak karena Damar tiba-tiba saja menyentuh bibirnya. Ini adalah sentuhan fisik pertama, dan itu terlalu intim.

Ketika melihat Qing Qing tampak ingin bicara, Damar segera tersadar dan melepaskan jarinya dari bibir Qing Qing. Merasakan jejak bibir itu di ujung jarinya, ada sebuah rasa aneh yang menjalar di hatinya.

"Kamu mau menemani aku?" Suara Qing Qing antara antusias dan tidak percaya.

"Ke mana pun. Aku akan bersamamu." Suara Damar tegas dan tanpa ragu. Meskipun diam-diam, ia menggesek jari telunjuknya di belakang punggung, merasakan kelembutan bibir Qing Qing yang masih tersisa di sana, sambil meredakan debar-debar di jantungnya.

Mereka menyusun rencana saat itu juga.

Dua hari lagi, Qing Qing akan sekolah seperti biasa, tetapi ia tidak akan masuk kelas, melainkan menyelinap diam-diam lewat pagar belakang, dimana Damar akan menunggunya.

Mereka akan langsung pergi ke Bandung, ke panti asuhan tempat ia ditinggalkan ketika bayi, untuk mencari petunjuk, sekecil apa pun, tentang siapa orang tua kandungnya.

Besok, Qing Qing akan mengambil uang tabungannya untuk ongkos perjalanan dan bekal, untuk makan serta penginapan. Meskipun Damar mengatakan mereka harus kembali, sebenarnya gadis itu telah bertekad untuk pergi selamanya dari rumah itu. Ia menyayangi ayah adopsinya, tetapi tidak tahan memikirkan harus lebih sering bersama Miranti.

Di hari yang telah ditentukan, Qing Qing menatap kamar tidurnya dengan beragam emosi. Hatinya terasa berat, merasa bersalah pada Papa, tetapi perasaan itu kalah oleh rasa ingin tahu yang menggedor-gedor pikirannya setelah mengetahui separuh kebenaran.

Ya, itu hanya separuh. Seperti puncak gunung es yang mencuat di permukaan lautan. Di bawahnya, mungkin masih ada bongkahan besar, atau bongkahan kecil. Qing Qing perlu mengetahui semuanya.

Ia meninggalkan surat dalam amplop tertutup untuk Bernard. Meletakkannya di sebelah bantal di atas tempat tidurnya, agar tidak ada kemungkinan tidak terlihat.

'Terima kasih, atas kasih sayang Papa selama hampir empat belas tahun ini. Ini adalah terakhir kali Qing Qing memanggil Papa, karena aku harus pergi. Jangan mencariku, aku tidak akan kembali. Aku menyayangimu, maafkan aku.'  Tulisnya dalam surat itu.

Lalu ia menutup pintu kamar, berjalan perlahan tanpa suara karena tidak ingin membangunkan Miranti yang masih tertidur, seperti biasanya ketika ia berangkat sekolah.

Ia naik ke mobil, sepanjang perjalanan ia menatap mata Pak Ari di kaca spion. Perasaannya campur aduk. Pak Ari juga telah setia menemaninya, mengantar jemputnya ke mana-mana, sejak TK hingga SMP ini. Tapi Qing Qing tidak mengatakan apa-apa padanya.

Ingatannya melayang pada Pak Wira, yang telah merawat dan mengasuhnya sejak bayi. Dia bahkan seperti ayah pertama baginya, dan Bernard, karena jarang berada di Indonesia, lebih seperti ayah kedua. Qing Qing menghela napas, ia menyayangi Pak Wira juga, tetapi memutuskan untuk tidak pamit padanya. Sebab jika Pak Wira tahu, pasti ia tidak akan bisa pergi.

Tekadnya sudah bulat. Dan ia senang karena Damar akan menemaninya. Ke mana pun, kata pemuda itu. Qing Qing merasa aman, ia percaya padanya.

Setibanya di sekolah, Qing Qing mengucapkan terima kasih dan turun dari mobil.

"Hari ini jam pulangnya normal, Non?" Tanya Pak Ari.

Qing Qing mengangguk. "Iya, Pak. Jam setengah dua. Hati-hati nyetirnya, jangan ngebut."

Qing Qing melambaikan tangan pada Pak Ari yang terheran-heran, bingung karena tidak biasanya nonanya mewanti-wanti agar dia tidak ngebut. Kapan dia pernah ngebut?

Qing Qing bersembunyi di toilet sekolah, menunggu sampai bunyi bel tanda para siswa harus masuk kelas berbunyi. Setelah para siswa masuk kelas, sekolah seketika lengang, tidak tampak satu orang pun di luar kelas.

Qing Qing mengendap-endap, segera berlari ke pagar belakang, dan melihat Damar di berdiri di balik pohon, menunggunya. Dengan jantung berdebar-debar, ia menghampirinya.

Begitu mereka berhadapan, Damar menarik tangannya, dan langsung bergegas pergi. Tujuan mereka adalah terminal bis. Sekitar tiga jam kemudian, mereka sudah berdiri di sebuah panti asuhan, yang alamatnya diperoleh dari Wiratama setelah menanyakannya pada Miranti.

Damar menoleh dan bertanya padanya, "Siap?"

Ia mengeratkan genggaman ketika merasakan tangan Qing Qing mendingin dan agak gemetar. "Jangan takut, aku di sini," ujarnya, seraya mengangguk memberi dukungan dan menyunggingkan senyum.

Qing Qing menghidup udara penuh-penuh, mengembuskannya beberapa kali, lalu mengangguk. "Siap."

Tangan Damar mengetuk pintu panti.

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Seraut wajah belia tampak dari balik pintu yang terkuak. "Ya?"

"Kami... dari Bekasi, ingin bertemu dengan kepala panti. Apakah beliau ada di tempat?" Ini Damar yang bicara. Sebab lidah Qing Qing mendadak kelu, dan bibirnya hanya bergerak-gerak tanpa mengeluarkan suara.

"Ada keperluan apa ya?" Anak perempuan berusia kurang lebih sepuluh tahun dengan rambut dikepang dua itu menatap kedua manusia di hadapannya. Mungkin karena mereka masih remaja, dan anak itu berpendapat, tidak mungkin mereka suami istri yang berniat mengadopsi salah satu anak di sana.

"Hm... ada sesuatu yang ingin kami tanyakan, Dek. Boleh kami bertemu beliau?" Damar tersenyum, agak membungkuk untuk menyamakan tinggi mereka.

"Sinta... ayo tamunya dipersilakan masuk. Tidak sopan membiarkan mereka di luar." Suara lembut seorang wanita terdengar mendekat. Tak lama sesudahnya, dia muncul dari balik dinding ruang tamu. Wajahnya sangat teduh, langkahnya anggun. Usianya mungkin enam puluh. Dia sangat cocok menjadi kepala panti karena sangat keibuan.

"Silakan masuk," Wanita itu membuka pintu lebih lebar, mempersilakan keduanya masuk. "Saya Widuri, kepala panti asuhan ini. Sinta, boleh tolong Bunda sajikan teh untuk tamu kita?"

Sinta berlalu dan menghilang di balik dinding.

"Selamat sore, Bu. Saya Damar, dan ini Qing Qing. Kami ingin bertanya tentang seorang bayi yang ditinggalkan di depan pintu panti ini, kurang lebih empat belas tahun yang lalu." Damar memperkenalkan diri.

Ibu WIduri agak mengernyitkan kening, seolah mengingat-ingat. Kemudian, perlahan, kepalanya mengangguk.

"Mari, kita duduk di sana." Dia menunjuk sofa yang terletak di situ.

Damar dan Qing Qing mengikutinya, lalu mereka duduk berhadapan.

This is the moment of truth. Ini adalah saat-saat kebenaran.

1
Rina Indriani
bilang aja keguguran deh
Rina Indriani
owalah. Damar hantu rupanya
Rina Indriani
damar apa makhluk gaib
Rina Indriani
kok jd gitu???
kuaci
aku mampir thor
Rina Indriani
kenapa ya? penasaran deh...
Rehaan Aamir
Gilaaaa Bab Awal Aja Udah Se Misterius Ini Jln Crt Nya....Gmn Gk Bikin Penasaraaann Buat Ngikuti Alur Selanjutnya....
Kustri
g bs dipersingkat apa,
byk yg qu skip krn byk yg g penting
Kustri
tak skip, maaf yo
estycatwoman
nice
Astuti Puspitasari
Alur maju mundur di cerita ini dikemas dengan sangat apik, keren banget novelnya. Semangat terus berkarya thor 🥰
Dela Tan: terima kasih 🙏
total 1 replies
Kustri
Luar biasa
Ridho Widodo
pp Dara go blok
Kustri
misteri nih, knp anggota badan pa wira hilang 1-1

karyawan baru emg hrs byk belajar g salah jg mirna menyuruh bangun dini hari
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
good, rekomended!
αʝιѕнαкα²¹ᴸ
Dari sinopsis, alur utama cerita MC-nya Dara, tapi Dara malah diceritakan hanya sampai bab 19. Sedang bab 20-57 menurut saya hanya cerita pendukung. Disajikan terpisah seperti itu membuat novel ini seperti dua cerita yang berbeda, bukan kesatuan. Andaikan saja bab 20-57 disajikan sebelum bab 19 seiring dg perjalanan cinta Dara dan Damar, dan novel diakhiri dengan kematian Dara, mungkin damage yg didapat ketika mengikuti cerita ini menjadi luar biasa. Btw, thanks untuk hiburannya. Sehat dan sukses selalu. Salam kenal 🙂
Dela Tan: Kamu benar, mulai bab 20 memang bagian 2 dari novel, dan yang menggabungkan kedua cerita itu adalah 4 bab ekstra "Benang Merah" di akhir.

Kenapa dibubat begitu, karena menurut pemikiranku, jika dibuat runut mulai dari kisah Damar & Qing Qing, tidak akan ada kesan misteri & pertanyaan-pertanyaan yang memancing rasa ingin tahu.

Tapi tentu saja setiap orang bisa mendapat kesan yang berbeda. Terima kasih sudah memberi pendapat :)

Salam kenal juga.
total 1 replies
Natalia Susi
ulasan apa ya, kl saya suka gaya bahasa nya yg ringan dan mudah dimengerti sehingga tidak bolak balik ke atas mecerna maksud nya...ceritanya bagus, selain masuk akal , nyambung dan yg pasti buat penasaran/Drool/
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
dan bwt wira sendiri aku rasa apapun alasannya dia juga salah, mungkin klo wira tak membunuh Damar, nyawa Damar tak ganggu yaak... tapi pak Wira main hakim sendiri, kna dia cemburu, sakit hati Damar yg jadi cinta pertamanya memilih Qing Qing.

Kejutannya di karya ini adalah ternyata Qing Qing dan Dara Sepupuan.


ahh terpaksa komentar di bagi bbrpa kna kepanjangan wkwkwkwk

semangatt ka Dela👍👍👍
Dela Tan: Terima kasih banyak. Komentar yang panjang & komprehensif :)
total 1 replies
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
bab yang aku suka bab 46, 47, 48, 49 bab bab saat Qing Qing tewas dan gimna perasaan bersalah Damar melihat Qing Qing tewas kna terpeleset dan kehabisan darah... itu bab yg bikin wow.
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩
sebenernya tak ada yang salah sama Cinta, cinta itu Fitrah manusia. setiap manusia berhak dicintai dan mencintai cuma mungkin yg salah adalah cara mengekspresikan cinta itu.

spt cinta Damar dan Qing Qing, tak ada yg salah sama Cinta mereka, wlpn Qing Qing 14 thn dan Damar 19 thn, mereka iya salah kna terpancing gelora muda hingga MBA... tapi jika spt ungkapan ada hukum sebab akibat bkn kah Damar dan Qing Qing sudah mendapatkan nya?
𝕃α²¹ℓ 𝐒єησяιтα🇮🇩: 😂 sama sapaa yaak
αʝιѕнαкα²¹ᴸ: termasuk cinta sama si anu ya😄
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!