NovelToon NovelToon
Takdir Indah

Takdir Indah

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Teen Angst / Masalah Pertumbuhan / Keluarga / Slice of Life
Popularitas:149.6k
Nilai: 4.9
Nama Author: Nana 17 Oktober

"Pergi kamu! Jangan pernah datang ke sini lagi! Bapak dan ibuku bukanlah bapak dan ibu kamu!" usir kakak sulungku yang ucapannya bagaikan belati menusuk hati, tapi tidak berdarah.

Kakak kandungku mengusir aku yang datang menemui bapak dan ibu kandungku, tapi bapak dan ibuku hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Inilah kisahku. Kisah seorang gadis yang terjebak dalam konflik keluarga. Memaksa diriku yang masih kecil berpikir dewasa sebelum waktunya.

Aku berusaha menjalani hidup sebaik yang aku bisa dan melakukan apapun semampuku. Selalu berusaha berpikir positif dalam setiap masalah yang menderaku. Berjuang keras menahan semua penderitaan dalam hidupku. Berusaha tetap tegar meskipun semua yang aku hadapi tidak lah mudah.

Bagaimana caraku, menghadapi kemelut dalam keluargaku yang berpengaruh besar dalam hidupku?

Yuk, ikuti ceritaku!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Di Usir

Aku duduk di tengah-tengah nenek, kedua orang tuaku, dan juga paman. Saat ini adalah waktunya aku memberikan keputusan ingin tinggal dengan siapa.

"Jadi, kamu ingin tinggal dengan siapa, In?" tanya bapak memulai pembicaraan.

"Pilih siapa, In?" tanya nenek tidak sabar. Aku bisa melihat rasa khawatir dan takut di mata nenekku.

Aku merasa di pojokkan. Namun aku tetap berusaha tenang menghadapi situasi dan kondisi saat ini.

"Aku pilih tinggal sama nenek," ucap ku tertunduk.

"Kalau kamu milih tinggal sama nenekmu, berarti kamu milih tinggal sama paman, karena di sini nenekmu tinggal sama paman," ujar paman terdengar senang.

Aku diam tak menjawab lagi. Maksud dari perkataan paman ini, nenek adalah tanggung jawab dia? Begitukah?

Apa paman tidak ingat, tidak merasa? Sejak menikah lagi, paman semakin lama semakin tak peduli lagi pada aku dan nenek. Tapi paman malah berani bilang nenek tinggal sama dia yang berarti tanggung jawabnya.

Nenek hanya diam. Sedangkan saat aku melirik kedua orang tuaku, aku melihat kekecewaan di wajah mereka. Mereka lalu beranjak pergi masuk ke dalam kamar mereka tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Kenapa aku memilih tinggal sama nenek? Karena jika aku memilih tinggal bersama kedua orang tuaku, aku takut tidak ada yang peduli dan tidak ada yang tahu kalau nenek sakit seperti yang sudah-sudah. Bagaimana kalau sampai nenek meninggal dan nggak ada yang tahu? Ah, aku jadi parno kalau membayangkan hal itu.

Naudzubillah Min Dzalik (aku memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari hal-hal buruk).

Setelah pembicaraan itu, aku memilih kembali ke rumah nenek. Entah keputusan yang aku ambil ini benar atau tidak, tapi yang pasti aku tidak tega meninggalkan nenek sendirian. Karena akhir-akhir ini Kak Seruni dan Kak Fauzan juga jarang menginap di rumah nenek, karena tempat kerja Kak Fauzan jauh dari rumah nenek.

Maklum, tukang memang kerjanya pindah-pindah bukan? Namanya juga membuat rumah, bukan pegawai tetap di kantoran.

"Kamu sudah bener milih tinggal sama nenek. Bapak dan ibu kamu ngirim duit sedikit saja dihitung dan di ungkit-ungkit, gimana kalau kamu tinggal sama mereka? Apa semua yang kamu makan akan dihitung juga sama mereka?" ujar nenekku yang membuat aku menghela napas panjang.

Entah apa maksud nenek berkata seperti itu padaku. Karena menurut aku, tidak pantas nenek berbicara menjelek-jelekkan orang tuaku, karena bagaimanapun, ibu adalah anak kandung nenek.

Aku hanya diam. Baik nenek, paman, maupun kedua orang tuaku, aku merasa mereka sama-sama egois. Nenek mempertahankan aku demi menemaninya di masa tuanya. Paman mempertahankan aku.. mungkin takut tenaga gratisannya ini hilang.

Dan bapak serta ibuku? Entah apa alasan mereka menginginkan aku kembali pada mereka. Sedangkan sikap mereka padaku seperti orang asing. Dan selama puluhan tahun tidak melakukan kewajiban sebagai orang tua padaku.

Aku merasa menjadi korban keegoisan mereka semua. Salahkan aku, jika aku merasa seperti itu?

Keesokan harinya bapak dan ibu pindah dari rumah yang yang mereka tinggali bersama paman. Bahkan mereka pindah tanpa sepengetahuanku dan tidak memberitahu aku kemana mereka akan pindah. Apa mereka sudah tidak menganggap aku anak lagi?

*

Tak terasa lebaran sudah datang. Hari ini aku pergi bersama Kak Fauzan, Kak Seruni dan Kak Atin, untuk mencari rumah bapak dan ibuku. Kami memiliki sedikit petunjuk dari informasi yang berhasil didapatkan oleh Kak Fauzan.

Oh, ya, Kak Atin adalah anak perempuan Bik Asni yang sebaya dengan aku. Karena jarak rumah kami jauh, sekitar satu jam jika ditempuh dengan bersepeda, kami jadi jarang bertemu. Tapi aku cukup dekat dengan Kak Atin. Mungkin karena usia kami sebaya.

"Menurut informasi yang kakak dapat, sih, rumah bapak dan ibumu di sekitar daerah ini, In. Biar kakak tanya dulu sama orang, ya?" ucap Kak Fauzan.

"Iya, Kak," sahutku yang sangat berterima kasih pada Kak Fauzan dan Kak Seruni yang rela naik sepeda meskipun sudah memiliki motor, hanya karena ingin menemani aku mencari rumah kedua orang tuaku.

Kak Fauzan nampak bertanya pada seorang pria dan tak lama kemudian kembali pada kami.

"Katanya lewat jalan di depan, In. Setelah itu belok kiri masuk gang. Rumahnya sebelah kiri yang paling ujung. Ayok, kita ke sana!" ajak Kak Fauzan.

"Iya, Kak," sahutku.

"Nggak jauh lagi, ya, Kak?" tanya Kak Seruni.

"Kata orang tadi, sih, enggak, Dek," sahut Kak Fauzan.

Kak Fauzan pun kembali mengendarai sepedanya membonceng Kak Seruni. Aku pun mengikuti Kak Fauzan dengan membonceng Kak Atin.

Kami berhenti di sebuah rumah sederhana yang kami yakini adalah tempat tinggal kedua orang tua ku sekarang. Kak Fauzan mengetuk pintu yang terbuka dan mengucapkan salam. Tak lama kemudian bapak dan ibuku pun muncul.

"Eh, kalian. Ayo masuk!" ucap bapak ramah.

"Ayo, duduk!" ucap ibuku.

"Minal aidin wal faizin, Bu. Mohon maaf lahir dan batin," ucapku meraih tangan ibu, lalu mengecup punggung tangan ibu dengan takzim.

Minal aidin wal faizin : semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang kembali dan orang-orang yang memperoleh kemenangan.

Mohon maaf lahir dan batin : mohon maaf atas segala kesalahan dan khilaf baik yang terlihat (lahir) maupun yang tidak terlihat (batin).

"Aamiin Ya Rabbal Alamin.Ibu juga minta maaf lahir dan batin," sahut ibuku.

Aamiin Ya Rabbal Alamin : Kabulkan lah doa kami wahai Tuhan Semesta Alam.

Aku beralih menghampiri bapak dan mengucapkan kalimat yang sama dan melakukan hal yang sama pada bapak. Bapak juga menjawab dengan kalimat yang sama dengan ibu. Kak Fauzan, Kak Seruni dan Kak Atin juga melakukan hal yang sama seperti aku.

"Duduk dulu!" ucap bapak tersenyum tipis. Mengarahkan kami duduk di lantai yang hanya dialasi tikar.

"Di makan dulu kuenya. Adanya cuma ini," ucap ibuku seraya meletakkan beberapa toples kue kering di depan kami, "Ibu buatkan minuman dulu," ucap ibuku, kemudian pergi meninggalkan ruangan tamu.

"Ini.." bapak tidak melanjutkan kata-katanya dan menatap ke arah Kak Atin.

"Saya anaknya Asni, paman," sahut Kak Atin tersenyum tipis.

"Ohh..Atin? Sekolah dimana?" tanya bapak.

"Deket rumah, Paman," sahut Kak Atin.

"Ohh.. begitu," sahut bapak, lalu beralih menatap Kak Fauzan, "kerja dimana sekarang, Zan?" tanya bapak.

"Di dekat alun-alun, Paman, menggarap rumah anggota DPRD," sahut Kak Fauzan.

"Oh, begitu. Lancar, ya, Zan, kerjaannya?" tanya bapak santai.

"Alhamdulillah (segala puji bagi Allah), lancar paman," sahut Kak Fauzan tersenyum tipis.

"Paman dengar Seruni kerja di pabrik rokok, ya?" tanya bapak menatap beralih menatap Kak Seruni.

"Iya, paman," sahut Kak Seruni.

"Siapa yang datang, Bu?" terdengar suara kakakku dari dalam.

"Indah," sahut ibuku.

"Ngapain dia datang ke sini?" suara kakakku terdengar tidak suka.

Semua orang di ruang tamu ini mendadak jadi terdiam setelah mendengar kalimat yang diucapkan Kak Lena, termasuk aku.

Ah, kenapa aku merasakan firasat buruk setelah mendengar suara kakakku itu, apalagi kalimatnya barusan. Tak lama kemudian aku melihat Kak Lena keluar, tapi terlihat amarah di wajahnya diikuti ibu dari belakangnya.

"Pergi kamu! Jangan pernah datang ke sini lagi! Bapak dan ibuku bukanlah bapak dan ibu kamu!" usir kakak sulungku yang ucapannya bagaikan belati menusuk hati, tapi tidak berdarah.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Syarifah
Thor mana dong kisah indah yg versi dewasanya,
🌠Naπa Kiarra🍁: Makasih KK 🤗🙏🙏🙏
Syarifah: semoga semua karya mbk Nana sukses selalu,AQ suka semua ceritanya
total 3 replies
Regina Pasaribu
Halo Thor . Kisah Indah kok datar banget.. Anyway, tetap semangat dalam berkarya.. Semoga next episode Indah bisa bertemu dan kumpul lagi dengan sahabat² nya.. Jodohkanlah Indah dengan Yoga atau Antonio.. Buat a beautiful happy ending juga utk hidupnya Indah..
Regina Pasaribu
Prolog nya agak membosankan ya Thor.. Semangat ya!
Baharuddin Udin
bagus
syisya
ditunggu thooor, masih fokus ke kisah Zico & Delia ya thor..semangaaaaat 💪🏻
Dewi S Ayunda
selamat y ndah... km suksees. apa yg kamu impikan tercapai.hidup bahagia mnikmati masa muda wlpun masa kecil dan remajamu penuh ksulitan ekonomi.dn krj keras
westi
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉🔻🔻
Luar biasa
🌠Naπa Kiarra🍁: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 1 replies
Septya Tya
good
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉🔻🔻
bendahara bank itu apa ya kak ?
༄ⁱᵐ᭄✿ΛLєKƬΉΛ࿐🌴 🍉🔻🔻: teller maksudnya kak ? 😁
Krn aku baru dgr bank ada bendahara nya . 🫣
🌠Naπa Kiarra🍁: Orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang.
Itu yang aku tahu. Maaf klo jawaban kurang memuaskan.🙏
total 2 replies
Sugiharti Rusli
suka yah sama petualangan si Indah, karena apa yang dia alami mungkin banyak terjadi di kebanyakan orang di masyarakat kita yah, istilah nya sehari-hari masyarakat kita yah seperti Indah dan lingkungannya,,,
Sugiharti Rusli
betul In, mending nothing to loose aja hidup mah, dan bagus tuh kamu tetap mau bersilaturahmi sama kedua ortu kamu, karena walo mereka ga pernah merawat kamu ridho mereka buat hidup kamu lagi mudah kelak,,,
cenil
ayondong lanjutken....sampai Indah jd kuliah lagi ketemu teman² SMAnya pasti asyiik deh...ayo dong kak Nana...lanjut episode berikutnya
Dinniey Meyla
waaaahh koq udah tamat ajh ,, seneng melihat indah sudah menemukan kebahagiaannya ...
trus kabarbindah yg dijodohkan dan udah nikah bagaimana ??
apa akan di lanjutkan di cerita indah yg sudah dewasa nanti ??
🌠Naπa Kiarra🍁: Insyaallah,kak.
total 1 replies
abimasta
waahh sudah tamat,terimakasih thor
Mutiara Tiara
kau tunggu jangan lama kk Nana 😘😘😘😘🌹
Farida P
lho..tiba2 tamant ka
terimakasih author.ditunggu karya berikutnya
Ass Yfa
end ta,,, tak kira lanjut dewasa... ternyata sampai disini. kita tunggu kak judul barunya
Hermawan Ajja
novel jiplakan kaya gini ni
🌠Naπa Kiarra🍁: Maaf njiplak novel yang mana, ya, kak? Karya siapa?
total 1 replies
Hermawan Ajja
g jelas awal g jelas akhir cuman segitu doang cerita indah nya g kreatif banget
🌠Naπa Kiarra🍁: Coba dijelaskan, g jelasnya dimana?
Klo soal panjangnya cerita, jujur nulis 46 bab cerita Indah ini aku g dpt reward serupiah pun dari NT. Cuma dpt capai nulis dan mikir alur cerita doang.

Ini novel beneran GRATIS. Yang baca gratis g beli bab dan author nya juga g dpt reward sama sekali dari novel ini.
Biasanya author lain pilih Hiatus, alias ceritanya g dilanjutkan klo g dpt reward dari NT . Tapi aku g suka Hiatus kayak gitu. Jadi, meskipun g dpt reward sepeserpun dari NT, aku tetap tulis sampai tamat.

Kenapa kisahnya hanya sampai Indah kerja? Karena klo aku lanjutkan, genre dan tag cerita akan kacau balau.
Ada aturan dalam menulis. Genre dan tag cerita harus sesuai cerita.
Semoga penjelasan aku bisa dimengerti.🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!