Hamil Anak Siluman.

Revisi.

Keesokan hari nya.

Mecca mengantarakan Pandita sampai ke gerbang istana, hari ini tiba waktunya Pandita akan pergi menyerbu kerajaan ular biru.

semalaman suntuk Mecca tidak bisa tidur nyenyak karena Pandita akan pergi meninggalkannya selama beberapa bulan.

Dirinya terus saja menggamit lengan Pandita sejak pagi. Seperti tidak ingin Pandita pergi.

"Mecca, aku pergi dulu ya. Jangan bersedih seperti ini, lepas kepergian suamimu dengan senyuman terbaik mu, agar aku ingin cepat-cepat pulang ke pelukanmu lagi." ucap Pandita dengan menangkup wajah Mecca dengan ke dua tangannya.

"Mana bisa aku tersenyum saat suamiku akan pergi ke Medan perang, jika ada istri yang melepaskan kepergian suaminya yang akan pergi berperang dengan senyum bahagia, aku pastikan istrinya itu sudah gila." ucap Mecca dengan bibir manyun.

Raja dan ratu juga para pengawal yang melihat tingkah Mecca mengulum senyum mereka.

sementara Pandita terkekeh dan mengecup bibir manis Mecca.

"Ha ha ha, istriku lucu sekali sih. sabar ya sayang, aku akan segera kembali ke Castil ini. Aku pastikan tidak akan lama aku pasti akan kembali, sering-seringlah berendam di telaga kristal, agar kekuatan putra mahkota semakin hebat dan aku juga bisa semakin tangguh." ucap Pandita dengan memeluk kepala Mecca yang hanya sebatas dadanya.

Mecca mendongakkan kepalanya dan menatap mata Pandita yang sangat ia sukai. Mata biru Pandita berasal dari mata ibu ratu yang juga berwarna biru yang sangat cerah seperti kristal.

Mereka berpagutan bibir selama beberapa detik, tidak di perdulikan akan adanya raja dan ratu juga beberapa pengawal yang berada di sekitar mereka.

Setelah puas berciuman bibir, Pandita mengecup dahi Mecca.

"Aku pergi ya, jangan khawatirkan aku, selama dirimu dan putra mahkota baik-baik saja, maka aku juga akan selalu baik-baik saja." ucap Pandita.

Ratu mendekati Mecca dan merangkul pundak menantunya. Tangan Mecca dan Pandita terlepas seiring menjauhnya tubuh Pandita dari hadapan mereka.

"Pandita, cepat kembali." teriak Mecca dengan air mata berlinang.

Pandita mengangguk dengan mata berkaca-kaca, dadanya sangat sesak karena harus meninggalkan istri yang sedang mengandung.

"Aku janji akan segera kembali sayang, tunggu aku kembali." ucap Pandita menahan Isak tangis, lalu berjalan meninggalkan pelataran Castil dengan beberapa pengawal di belakangnya.

Mecca menangis melepaskan kepergian Pandita, tubuhnya luruh diatas lantai pualam berwarna putih kristal.

"Hiks, hiks, Pandita. Aku rindu!' ucap Mecca. Raja dan ratu yang melihat Mecca dengan mata berkaca-kaca menahan senyuman saat Mecca mengatakan Rindu, padahal punggung Pandita belum menghilang dari pandangan mereka.

"Mecca, sebaiknya kita naik ke atas ya. Kita lihat kepergian Pandita melalui balkon atas." Ratu memapah Mecca untuk berdiri.

Mecca mengikuti kata ratu, mereka berjalan menaiki tangga menuju ke balkon untuk melihat kepergian Pandita dan pasukannya.

Pandita menaiki kuda berwarna putih dengan sayap di kanan kirinya. Mecca benar-benar melihat Pandita yang gagah dengan pakaian perang nya.

"Pandita I Love you!!!" Mecca meneriaki Pandita hingga Pandita dan pasukannya mengalihkan atensinya keatas balkon dimana permaisuri dan ratu sedang melihat mereka.

Pandita melambaikan tangannya kearah Mecca dan tersenyum.

Mecca juga membalas lambaian tangan Pandita dengan wajah bersimbah air mata.

Sesaat kemudian kuda yang di tunggangi pandita dan semua pasukannya terbang keatas menjauhi Castil.

"Pandita, cepat kembali." gumam Mecca pelan.

Rengganis merangkul Mecca dan mengajaknya masuk karena Pandita sudah pergi.

"Mecca, kamu istirahat di kamar ya. Bunda dan ayah akan ada pertemuan penting dengan seluruh pengurus Castil." ujar Rengganis sambil membawa Mecca menuju ke dalam kamar pengantin milik Mecca dan Pandita.

Mecca yang terlihat tidak bersemangat hanya mengangguk mengikuti perintah mertuanya.

Sesampainya di depan kamar, Rengganis meminta Mecca untuk beristirahat.

"Sekarang kamu masuk ya." ucap Rengganis. "Dayang, temani permaisuri di dalam kamar, jika permaisuri membutuhkan sesuatu tolong di layani dengan baik." ucap Rengganis.

"Baik ratu." para dayang menunduk hormat ketika Rengganis meninggalkan mereka.

Mecca duduk di kursi yang berada di jendela yang mengarah ke taman bunga Peony dengan memeluk kakinya. airmatanya berlinang karena merindukan Pandita.

Para dayang yang berada di sana merasa bingung melihat permaisuri mereka bersedih.

Rasih mendekati Mecca dan duduk di bawahnya.

"Permaisuri, aku tadi melihat ikan di kolam yang sudah siap untuk di panen, beberapa para pelayan istana sedang memanen ikan untuk jamuan makan malam di istana. Kalau permaisuri mau, mari kita melihat para pelayan memanen ikan." ucap Rasih.

Mecca menggelengkan kepalanya, dirinya sama sekali tidak ingin melakukan apapun saat ini karena memikirkan Pandita.

Rasih dan ke tiga rekannya bernama Gatya, Gemala, dan Batari saling tatap.

"Permaisuri, bagaimana jika kita kemah di dekat telaga kristal, kita bisa memetik buah apel yang sangat manis dan enak rasanya. Lalu permaisuri bisa berendam di telaga kristal, dengan berendam di telaga kristal akan membuat kekuatan pangeran tidak akan bisa tertandingi. Jika pangeran bisa cepat mengalahkan musuh, maka pangeran akan cepat kembali ke pelukan permaisuri." Kali ini Gemala memberikan usul.

Mecca langsung menoleh kearah mereka berempat yang duduk di bawah. Mecca mengusap kasar air mata di wajahnya.

"Kau benar Gemala. Mulai saat ini aku akan mandi di telaga kristal. Aku ingin pangeran segera kembali ke Castil kristal." ucap Mecca lalu berdiri dan meninggalkan mereka berempat keluar kamar.

Mecca memakai gaun berbahan sutra lengan pendek berwarna merah muda dengan kain transparan di sekeliling pinggangnya, ketika Mecca berjalan kain transparan berkibar-kibar kesana kemari terhempas hembusan angin yang menerpa.

Rambut panjang berwarna emas di ikat separuh dan di pakaikan jepit berbentuk bunga Peony kesukaan Pandita, bagian bawah rambut di buat keriting menggantung. Membuat siapa saja yang melihat Mecca sangat mengagumi kecantikan permaisuri Pandita.

Mecca berjalan menuju telaga Cristal tanpa alas kaki, kaki jenjangnya yang berwarna putih berseri menapaki hamparan rumput hijau yang lembut bagaikan permadani. 2 dayang pribadi Mecca yang bernama Gemala dan Rasih mengikuti permaisuri mereka dari belakang, sementara Gatya dan Batari mempersiapkan perlengkapan Mecca, karena Mecca akan mandi di telaga. Mereka juga membawa beberapa keranjang makanan dan minuman karena mereka akan berkemah di bawah pohon apel yang berada di pinggir telaga.

Sesampainya di bawah pohon apel, Mecca menatap kearah telaga kristal yang airnya berwarna biru jernih, sorot sinar matahari yang memantulkan cahaya nya membuat air telaga berkilau seperti hamparan kristal.

"Aaah, aku rasanya ingin sekali ngerujak mangga muda." ucap Mecca sambil menatap untaian buah apel berwarna merah diatas pohon.

para dayang yang mendengar perkataan Mecca tidak mengerti maksud Mecca.

Mecca berbalik badan dan menatap mereka berdua.

"Apakah di sekitar Castil dan pohon mangga yang berbuah?" tanya Mecca pada Rasih dan Gemala.

Mereka berdua mengangguk. "Ada, tapi itu berada di bawah, di tempat sang raja menghukum para penghianat kerajaan. Sudah pasti permaisuri di larang datang ke sana. Karena disana sangat berbahaya, banyak barang berbahaya yang di jadikan Raja sebagai alat untuk menghukum penghianat kerajaan." jawab Gemala, Rasih mengangguk membenarkan perkataan Gemala.

Mecca lalu duduk di bawah pohon dan bersandar di batang pohon apel yang tidak terlalu besar.

"Kalau begitu katakan pada raja jika aku menginginkan mangga muda saat ini juga." ucap Mecca sambil meluruskan kaki nya. Dirinya mengusap perutnya yang masih rata.

"Rasih, kau dengar kan kataku barusan? datangi raja dan katakan bahwa aku mengidam, ingin makan mangga muda sekarang." ucap Mecca menatap Rasih.

Rasih mengangguk paham. "Ba-baik permaisuri, aku akan menemui raja dan mengatakan hal ini pada raja." ucap Rasih lalu berlari menuju ke ruangan raja dan ratu.

Sesampainya di ruangan kerajaan, Rasih meminta pada Sansik yang sedang berdiri di depan pintu ruangan mengatakan hal yang Mecca perintahkan.

"Mangga muda? Mengidam? Apa maksudmu Rasih?" tanya Sansik heran.

"Saya juga tidak mengerti maksud permaisuri tuan, tapi permaisuri meminta aku untuk mengatakan hal ini pada raja agar raja mengambilkan mangga muda untuk permaisuri." ucap Rasih.

"Baiklah, biar aku yang mengambilkan. Raja sedang ada pertemuan dengan para petinggi kerajaan Siluman." ucap Sansik lalu meninggalkan ruangan kerajaan.

Baru sehari Pandita meninggalkan istrinya, Mecca sudah membuat para pelayan kerajaan dan beberapa pengawal kebingungan dengan permintaan yang tak biasa.

Mecca tidak hanya meminta mangga muda, dirinya juga minta di buatkan bumbu rujak menggunakan gula aren.

Juru masak istana sampai membuka buku resep masakan yang sudah ia simpan bertahun-tahun lamanya untuk mencari bahan makanan yang di minta permaisurinya. Tapi tetap saja mereka tidak bisa menemukan nya.

Karena tidak bisa makan rujak mangga muda, akhirnya Mecca menangis seharian di dalam kamar, dirinya tidak ingin makan apapun. Ratu sudah meminta juru masak istana mengolah buah mangga muda menjadi makanan yang enak untuk Mecca, tapi tetap saja Mecca tidak menginginkannya.

"Astaga raja, aku benar-benar dibuat pusing oleh permaisuri, aku tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh permaisuri." ucap ratu. Dirinya duduk di kursi di kamarnya dan memijit kepalanya.

"Semua menu yang di buat juru masak istana dengan bahan dasar mangga muda di tolak nya. Tidak ada satupun yang di makan. Aku juga kasihan karena Mecca terus mual-mual sejak siang tadi." lanjut ratu.