NovelToon NovelToon
Istri Barbar Tuan Muda

Istri Barbar Tuan Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / CEO / Cinta Paksa / Romansa
Popularitas:28.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arsy Humaira

Gadis cantik bernama Alina Humaira, dinikahi Tuan muda tampan, bernama Jonathan Arya untuk memberikan seorang keturunan anak laki-laki dari keluarga konglomerat itu. Dia rela menjadi istri ketiga demi menyelamatkan ayahnya yang sedang sekarat.

Meski berat, gadis itu harus berani menghadapi segala resiko yang akan ia hadapi setelah terjadi pernikahan itu, termasuk meninggalkan calon suaminya yang sedang bekerja di luar negri.

Mampukan ia menjalani takdir, yang tak pernah terbayang sebelumnya? Apakah ia akan menjalani kehidupan seperti surga? Ataukah kehidupan seperti di neraka setelah kakinya menginjak rumah mewah bak istana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arsy Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 31

"Mei. Sifa dan Naya sudah tidur? Apa boleh saya bicara sama, kamu?" tanya Sukma kepada Boneng.

"Sudah Bu, Boleh Bu," jawab Boneng lalu menghampiri Sukma.

"Mei, kamu dekat dengan, Gilang?" tanya Sukma.

"Ou dengan mas Gilang, gak terlalu Non, aku dan mas Gilang kenal tuh, hanya karena dia yang pertama kali menjemput aku kesini pas waktu di suruh tuan muda." jawab Boneng.

"Ou… begitu ya! Kirain kamu dekat sama dia!" ungkap Sukma agak mengulum senyum.

"Bu Sukma, kenapa kok tanya-tanya soal mas Gilang?"

"Gapapa saya hanya ingin tahu saja. Ya sudah, kamu boleh ke kamar kamu! Nanti besok lanjutkan lagi, tugasmu ya! Nanti saya kasih bonus!" jawab wanita itu begitu baik, kepada pengasuh kedua putrinya itu.

"Siap Bu. Kalau begitu aku ke kamar sekarang ya! Kebetulan aku sudah ngantuk!" kata Boneng, lalu keluar dari kamar Sukma.

Gadis itu berjalan cepat sekali, hendak menuju kamarnya. Namun saat Boneng melewati ruangan yang dia lewati, samar-samar dia mendengar suara kakek Agung sedang menelpon seseorang.

"Jaka, kamu tenang saja. Istri dan anakmu aman disini, dan katakan pada ibumu, tidak usah khawatir. Jangan terlalu banyak pikiran, semua akan baik-baik saja!"

Ucap kakek Agung di sambungan teleponnya.

"Iya Pa. Tapi nanti jadi kan, saat Erina pulang ke panti, kita akan menyembelih kambing, anak-anak disini pasti, senang!"

Jawab Jaka di seberang sana.

"Jadi, Jaka. Kalau perlu kita sembelih tiga ekor, nanggung kalau cuma satu, Papa akan sekalian bawa saat pulang dari sini,"

Ucap kakek Agung.

Deg!

Boneng membekap mulutnya. "Hah… menyembelih? Jangan-jangan kakek besar ini kanibal? Disini banyak para pelayan. Jangan-jangan salah satu di antara kami akan dia makan?" gumam Boneng, ketakutan.

Gadis itu berlari menuju kamarnya. Bahkan semalaman dia tidak tidur. Dia terus memikirkan apa yang didengarnya semalam.

Keesokan harinya. Boneng tampak mengantuk karena semalam dia tidak tidur. "Aduh, ngantuk banget, mana Sifa dan Naya, pasti sudah menunggu. Gue harus buru-buru menemui, mereka!" gumamnya lalu keluar dari dalam kamarnya.

"Hai Mei, dipanggil kakek besar tuh! Di tunggu di tempat kemarin!" ucap Joni saat berada berpapasan dengan Boneng.

"Hah… mau apa, dia?" jawab Boneng agak takut.

"Ya mana gue tahu, ayo cepat temui beliau, mungkin akan membahas soal fogging kemarin. Barusan gue yang di tanya soal itu, tapi berhubung, lo yang bilang rumah ini mau di fogging, ya lo yang harus tanggung jawab." ucap Joni sembari mengusap janggut tipis yang tak seberapa itu.

"Aduh, Jon. Temenin gue ya! Please… gue kagak mau sendirian menemui kakek besar,"

"Lo kenapa? Kok aneh, masa harus gue temenin. Wah lo pengen dekat-dekat kan sama gue?"

"Kampret lo, ya sudah jika tidak mau, jangan ada acara embel-embel gue suka sama lo. Gak level!"

Cetus Boneng, lalu pergi meninggalkan Joni, padahal sejujurnya dia takut menemui kakek Agung sendirian.

"Hei Mei, tunggu… jangan galak-galak dong! Nanti lama-lama lo suka sama gue,"

Joni pun mengikuti Boneng dari belakang.

"Pe-permisi Kakek Besar!" ucap Boneng saat sudah di hadapan kakek Agung di ruangan besar di rumah itu.

"Ya. Kamu, bagaimana soal virus kemarin? Jadi rumah ini di fogging?" tanya kakek Agung.

"Ma-maaf Kakek Besar. Sepertinya tidak jadi, kemarin salah identifikasi, ternyata bukan virus, rumah ini aman," jawab Boneng dengan keringat membanjiri dahinya.

"Maaf, namamu siapa,? Saya belum tahu!"

"Nengsih Siti Maemunah. Bin babe haji Roja'i, Kakek Besar. Boleh dipanggil, Mei!" jawab Boneng, meskipun saat ini dia teramat sangat takut.

"Mei? Kenapa tidak Siti saja?" usul kakek Agung.

"Tidak Kakek Besar, kurang beken, itu terlalu jadul!"

"Kata siapa? Nama almarhum istri saya, juga namanya Siti Raniah. Dan dia dipanggil Rani." ujar kakek Agung terkekeh.

"Masih mending Rani, lebih keren."

"Jadi kamu ingin dipanggil Mei, saja? Tidak jadi Siti?"

"Iya, Kakek Besar, Mei saja!"

"Ya sudah, Mei. Jika hari ini tidak jadi fogging. Saya akan ke kamar saya lagi. Hanya itu yang akan saya tanyakan! Ah iya satu lagi, anak gadis seharusnya jangan terlalu kurus. Tambahin sedikit lagi berat badanmu, ya!" ujar kakek Agung terkekeh, lalu pergi meninggalkan Boneng.

"Tuhkan… dia ingin aku menambah berat badan. Agar nanti saat di sembelih, daging gue empuk dan banyak. nyak, babe, tolongin Mei," Boneng pun menangis.

"Mei? Lo kenapa menangis?" Joni baru datang dan mendapati Boneng sedang menangis.

"Jon, gue mau berhenti kerja disini!"

"Hah… alasannya apa?"

"Gue, gak mau jadi korban Jon, gue masih ingin hidup. Menikah dan punya suami yang tajir, gue masih ingin jalan-jalan ke Eropa Jon!" jawab Boneng, sembari menyeka air matanya.

"Gue betul-betul pusing, maksud lo apa, sih?" Joni mengernyitkan dahinya.

"Lo, gak akan mengerti jika tidak jadi gue,"

"Mei, lo aneh ya. Mana mungkin gue jadi lo? Gue laki, gimana sih lo?

"Sini gue, bisikin!" Boneng pun berbisik di telinga Joni.

"Serius lo? Ah gue kagak percaya! Masa iya kakek besar seperti itu?"

"Jon, gue dengar sendiri tadi, malam!"

"Ya sudah kita selidiki dulu sebelum menuduh, dan jika semua itu benar, kita kabur dari sini!"

"Iya Jon, tapi gue harus membawa Alina dari sini, dia sahabat gue, jadi gue tidak akan mungkin membiarkan dia jadi korban disini!" kata Boneng, lalu dia pergi menemui Sifa dan Naya.

***

Di kamar Utami sudah berdandan cantik sekali dari biasanya. Rambutnya sengaja dibiarkan tergerai, juga wajah yang bermake up sangat cetar, wanita itu beres di dandani para pelayannya.

"Aku harus, buktikan kalau aku yang paling cantik dari si Erina, itu! Umur boleh tua aku, tapi masalah bodi, cantik. Aku tetap pemenangnya!" gumam Utami sembari berlenggak-lenggok di depan cermin.

Utami keluar dari dalam kamarnya. Wanita itu menuruni tangga, menuju lantai bawah, dimana istri muda suaminya berada.

"Joni, Tunggu!" Utami memanggil Joni saat dia melihatnya

"Iya Nyonya Besar! Ada yang perlu Joni, bantu,? Wah… Nyonya Besar terlihat berbeda hari ini. Cantik sekali, hanya saja bulu mata Nyonya ketebalan menurut saya!" jawab Joni saat menilai penampilan Utami pagi ini.

"Masa? Ini bulu mata, import dari luar negeri. Dan harganya juga paling mahal, jadi tidak mungkin gagal. Kamu niat tidak sih, memuji saya?" Utami selalu kesal, kalau bicara dengan Joni pegawainya. Namun bagi Utami, Joni adalah salah satu pegawai yang bisa dirinya andalkan.

"Iya Nyonya maaf, kan saya hanya mengingatkan, dan saya juga melihat bulu mata Nyonya, seperti akan lepas! Maaf tadi Nyonya panggil saya, ada perintah apa?" tanya Joni.

"Jon, kamu lihat suami, saya?"

"Ou, maksudnya tuan besar?"

"Iya siapa lagi? Memangnya di rumah ini, saya punya banyak suami?"

"Maaf Nyonya, tapi saya belum melihatnya!"

"Lalu, istri mudanya? Kamu tahu dimana?"

"Tidak juga Nyonya, perlu saya, carikan?"

"Tidak usah… kamu boleh, pergi!"

Suruh Utami, Joni hanya mengangguk lalu kembali kedepan rumah untuk bertugas, bersama para penjaga lainnya.

Sedangkan Utami terus celingukan mencari keberadaan Erina dan Alek, tapi mereka tidak Utami temukan juga.

"Sial dimana mereka? Gagal dong mau pamer, penampilanku hari ini!" gerutu Utami kesal.

***

Di lantai tiga.

Alina begitu ingin turun kebawah dan melihat apa yang terjadi, antara dua istri mertuanya. Gadis itu begitu dilema, antara turun dan tidak kebawah.

Alina akhirnya turun melalui tangga rumah. Rahasia. Karena kalau melalui lift, atau tangga biasa, selalu ada penjaga.

Gadis itu sekarang sudah sampai di lantai dasar, dan seperti biasa, Alina berakhir di samping rumahnya.

Gadis itu mengendap-ngendap, pikirkan Alina akan masuk ke kamar Sukma. Namun tak sengaja sebuah bola menggelinding ke dekat kakinya.

"Hah… bola siapa ini?" gumam gadis itu, lalu mengambil bolanya.

"Tante, itu punyaku!" ucap seorang anak laki-laki, yaitu Tegar anaknya Erina.

"Kamu Tegar kan?" tanya Alina.

"Iya Tante, aku Tegar."

"Kok, main sendirian, mamamu mana?"

"Ada, mama sedang mengobrol dengan om Alek, dan juga kakek. Itu disana!" tunjuk  anak itu. Kepada Alek, Erina dan juga kakek Agung.

Alina sedikit heran, pasalnya Tegar menyebut Alek adalah om, bukan papa. "Tegar, kok kamu panggil om, bukan papa?"

Anak itu membekap mulutnya, lalu berlari meninggalkan Alina, yang sedang kebingungan. Gadis itu perlahan berjalan mengendap mendekati Alek, Erina dan kakek Agung.

"Lek, Utami sudah turun, kamar?" tanya kakek Agung.

"Belum Yah, saya belum melihatnya!" jawab Alek.

"Kalian siap, berakting, jadi suami istri? Jika nanti Utami turun?" tanya kakek Agung menanyakan kesiapan Alek, khususnya Erina.

"Hehe… siap Pa, hanya saja. Aku khawatir pada Tegar, jangan sampai dia keceplosan, dan bilang kalau, Mas Alek bukan Papanya melainkan Omnya." jawab Erina khawatir.

Mendengar itu mulut Alina, menganga. "Hah… jadi papa hanya pura-pura menikah lagi? Tujuan nya apa?" gumam gadis itu tak percaya.

"Alina! Sedang apa kamu, disini?" tiba-tiba Utami menegurnya.

"Ma-Mama, itu kenapa?" Alina malah kaget saat melihat bulu mata Utami yang hampir lepas sebelah.

"Apa, kamu lihat apa?" Utami tampak heran.

"Ah, iya bagaimana penampilan saya hari ini? Cantik kan? Biasanya kamu yang paling pandai menilai!" imbuhnya.

"Cantik Ma, tapi… itu!"

"Pastilah saya cantik, lalu kamu sedang apa disini? Kamu sedang melihat apa?" Utami menyingkirkan tubuh menantunya itu.

"Jadi kamu sedang mengintip, mereka?" Utami membulatkan matanya.

"Ma, dengar jangan marah dulu, sini ikut aku! Aku tuh semalaman gak tidur kepikiran Mama, jadi aku kesini ingin cari tau soal madu Mama itu, aku kasihan sama Mama. Dan benar saja, papa sangat mencintai tante Erina itu." jelas Alina.

"Jadi papa, sangat mencintainya?"

"Iya Ma!"

"Al, kok sakit begini ya?"

Nada bicara wanita itu jadi melemah.

"Sabar Ma, tapi itu bulu…"

"Tapi saya tidak akan menyerah Al, saya akan mendapatkan papa kembali, dan menghempaskan di pelakor itu!" potong Utami.

Tak lama Alek dan Erina berjalan menuju Utami dan Alina. Utami hanya bisa meremas jemarinya saat melihat suaminya menggandeng wanita lain.

"Mbak Utami, kita belum berkenalan! Apa boleh?" ucap Erina tersenyum begitu manis.

"Ayo Ma, jangan seperti anak kecil, terima uluran tangan adik madumu ini! Sandra juga begitu kan saat menyambut Sukma, bahkan Sandra dua kali melakukanya bersama Sukma saat menyambut Alina dengan tangan terbuka! Masa Mama kalah dengan  mereka? Mama kan, yang selalu mengajarkan Sandra dan Sukma, supaya istri pertama harus bersikap baik kepada istri kedua, bahkan ketiga?" suruh Alek kepada istrinya.

"Jadi, Papa berencana menikah lagi? Dan mempunyai istri ketiga?"

"Sah-sah saja, kan? Kenapa Mama keberatan?"

"Jelas keberatan. Punya dua istri saja, Mama di pilih kasihkan, apa kabar kalau istri Papa ada tiga? Aku semakin tidak dianggap!" delik Utami.

"Kan kamu sendiri yang buat peraturan itu di rumah ini! Kalau poligami itu, hal yang biasa."

Mendengar itu Utami, hanya terus menelan salivanya. "Oke, peraturan itu Mama cabut, tidak akan ada lagi poligami di rumah ini. Mama akan minta maaf kepada Sandra dan Sukma, dan Mama akan mengakhiri semuanya. Mama tidak perlu harta, Mama hanya perlu Papa ada bersama Mama!" jawab Utami.

"Serius Ma? Buktikan! Dan jika yang Mama ucapkan ini benar, tentu Papa akan memberikan sesuatu yang tidak akan pernah Mama bayangkan! Dan pasti Mama akan senang," ucap Alek tersenyum.

"Benarkah itu, Pa?"

"Iya, Ma, bulu mata Mama?"

Alek mengerutkan dahinya saat melihat bulu mata sang istri yang seperti akan lepas sebelah.

"Ada apa, Pa? Hah... ini bulu mata Mama, Pa. kok lepas ya?" jawab Utami dengan muka yang memerah karena malu, saat memegang bulu mata palsu di matanya.

"Gapapa, Mama tetap cantik kok! Ayo Rin, kita temui Tegar, dan kamu Ma, renungi dan buktikan ucapanmu, Papa hanya ingin kamu melakukannya dari hati bukan karena keterpaksaan." ucap Alek, menyembunyikan tawanya.

Utami hanya melihatnya saja. Saat suami dan madunya pergi. "Kenapa aku jadi begini? Kenapa aku jadi seperti orang bodoh? Dan kenapa ini bulu mata bisa lepas segala sih,? Padahal selama ini aku begitu sempurna?" Utami meneteskan air matanya.

"Mama, mau kemana?" tanya Alina saat melihat mertuanya hendak pergi.

"Saya mau, temui si Mumut, pasang bulu mata saya kom asal-asalan!"

"Tapi Ma, mungkin tadi Mama yang terburu-buru!"

"Al, saya ingin tanya! Apa saya pergi saja dari rumah ini? Dan minta cerai dari papa mertuamu? Meskipun saya tidak yakin kalau saya harus meninggalkan kemewahan ini. Dan saya akan melawan ayah mertua saya." ucap Utami, membalikan badannya.

"Ma, mohon maaf. Cara itu salah Ma, udah sekarang Mama pikirkan lagi soal ucapan papa tadi! Ma, terkadang ego kita jauh lebih besar, daripada akal sehat kita! Dan aku harap Mama dan papa selalu bersama. Ma, mbak Sandra dan mbak Sukma berhak bahagia, sedangkan Mama tahu sendiri jika hubungan mereka dan tuan muda tidak sehat. Dan menurutku, terus memperbanyak istri untuk tuan muda juga itu tidak baik! Karena malah akan semakin banyak hati wanita yang tersakiti! Dan aku harap, sekarang Mama sudah tau rasanya dimadu seperti apa," jawab Alina.

"Al, saya benar-benar bingung!"

"Ma, aku mau tanya sama Mama, kalau seumpamanya aku, tidak bisa melahirkan anak laki-laki dari tuan muda, apakah Mama akan mencarikan istri baru lagi? Untuk tuan muda? Jika iya, berarti bakal ada empat perempuan di rumah ini yang terluka, aku, mbak Sandra, mbak Sukma, dan istri keempat tuan muda." ucap Alina.

"Al, tapi perceraian di larang di keluarga ini, reputasi keluarga ini bagaimana?"

"Reputasi dan hati penting mana, Ma? Jika perceraian dilarang, setidaknya jangan ada lagi pernikahan tuan muda, kedepannya. Ya udah aku izin ke kamar mbak Sukma ya, Ma!"

Jawab Alina lalu pergi meninggalkan Utami yang masih terdiam. Hati wanita itu dilanda kebimbangan, antara menuruti egonya, atau mengakhiri semuanya.

1
Siti Khoyimah
😂😂😂 hnya demi ank laki" punya istri 3 menyakitkn
Nuraeny
lanjut
strawberry milk
ini yg bikin ketawa trs pasangan gesrek si Joni sama Boneng 🤣🤣
Nuraeny
lanjut
Nuraeny
lanjut thor 💪🏼💪🏼
harwanti unyil
manis sekali kata" mu menantu mama
Nuraeny
lanjut thor 💪🏼💪🏼
strawberry milk
hadeuh gak anaknya ga emaknya egois bukannya sadar diri.
jiee💚
heran dah kenapa Arya gak tegas sama mamanya padahal kan laki"harusnya jgn mau di perbudak meskipun dalih orang tua
Giselle Bustamante
Gak nyangka bisa ketawa terbahak-bahak saat baca ini😂
Yue Sid
Cerita ini bagus banget, aku sangat penasaran dengan kelanjutannya.
Arasyi: Maaciw kak🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!