NovelToon NovelToon
Daily Pasutri

Daily Pasutri

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / cintapertama / cintamanis
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Skay. official

keseharian seorang pasutri sebagai seorang pegawai negri, sebagai pasangan suami istri Dimas dan Indah saling melengkapi. namun terkadang perasaan cemburu dari Indah membuat Dimas merasa pusing. akan kah Dimas bisa bertahan dengan sikap kekanak kanakan istrinya?
simak cerita selengkapnya dalam kisah Daily pasutri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Skay. official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Indra Wijaya

Pada suatu pagi, dimana matahari baru saja menampakkan sinarnya. Jalan disebuah gang perumahan tampak basah karna sisa gerimis semalam. Rintik rintik air kecil juga masih terasa jatuh dari langit, meski matahari bersinar begitu terang. Daun daun hijau nampak terlihat menyegarkan mata, pohon hias di sisi kanan dan kiri jalan tumbuh begitu Indah. Dan hari ini merupakan hari minggu, dimana para pekerja menikmati waktu libur dengan bersantai sembari meminum kopi di teras rumah, menikmati hangatnya mentari pagi. 

"Rom, nanti di depan sana kita belok ke kiri" Kata Hanifah mengarahkan Romi menuju jalan rumahnya. 

"Gang ini?" Tanya Romi pada Hanifah. 

"Iya yang itu" 

Romi kini membelokkan mobilnya ke sebuah gang perumahan. Disana tampak rumah rumah yang berjejer, kawasan itu bukan kawasan perumahan elit. Karna Hanifah berasa dari keluarga menengah, bukan berasal dari keluarga bangsawan ataupun konglomerat. Sampai disebuah rumah dengan arsitektur klasik, Hanifah mengarahkan Romi untuk berhenti. Mobilnya tidak bisa masuk kedalam halaman rumah Hanifah. Karna gerbang rumahnya hanya muat untuk dilewati orang, model pagar rumah orang tua Hanifah itu seperti pagar rumah yang ada di Bali, dengan ukiran ukiran indah. Didepan gerbang pintu masuk juga terdapat dua patung dewa dewi, meskipun tampak luar seperti rumah rumah yang ada di bali. Namun bangunan utama rumah Hanifah terkesan seperti rumah adat joglo, semua ornamen terlihat hanya menggunakan kayu. Dengan cat coklat, serta banyak ukiran ukiran pada kayu kayu tiang penyangga dan juga pada bagian pintu. Halaman rumahnya pun nampak asri, dengan tanaman hias dan bunga bunga tampak tumbuh segar. Warna warni bunga tumbuh dengan subur di halaman rumah tersebut, dari sisi sebelah kanan ada bale bale dengan menghadap kolam ikan yang airnya sangat jernih. Pada sisi kiri terdapat lorong menuju halaman belakang. 

Hanifah mulai mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tak lama kemudian derit pintu terbuka. Nampak seorang wanit dengan badan agak gemuk dan tubuh tak terlalu tinggi. Pada bahu sebelah kirinya tersampir sebuah serbet berwarna putih dengan corak merah. 

"Eh, non Hanifah. Ayo non masuk" Kata bi surti menyuruh Hanifah untuk masuk. 

"Yuk rom, masuk" Kata Hanifah yang kini menarik tangan Romi untuk mengikutinya masuk. 

Dengan langkah ragu ragu, Romi akhirnya ikut masuk. Sampai di sebuah ruang tengah, Romi dipersilahkan duduk oleh Hanifah. 

"Duduk disini saja ya, biar aku ambilkan minum" Kata Hanifah meminta Romi duduk. 

"Tunggu dulu, apa disini hanya tinggal seorang art saja? Lantas ayahmu mana?" Tanya Romi pada Hanifah. 

"Tunggu sebentar, jam segini biasanya ayah ku lagi sibuk dibelakang, dan nggak bisa diganggu. Tunggu lima menit lagi biar ku panggilkan" Kata Hanifah menjawab. 

Kemudian Hanifah meninggalkan Romi menuju dapur, dan membuatkan Romi minuman. Setelah itu Hanifah menyajikannya untuk Romi, selang satu menit bisa surti juga mengikuti Hanifah dengan membawakan kudapan untuk Romi dan Hanifah. 

"Bi, boleh minta tolong panggilkan ayah" Kata Hanifah meminta tolong pada bi surti. 

"Oh, baik non" Kata bi surti dengan mengangguk lalu pergi melenggang meninggalkan mereka berdua. 

Di halaman belakang, tepatnya di sebuah kandang kuda. Seorang laki laki bertubuh tinggi tegap, dengan postur tubuh berisi dan perut yang terlihat buncit. Tatapan matanya tajam, dengan postur wajah yang tegas, serta kumisnya yang tebal membuat siapa saja yang bertemu pasti akan merasa takut. 

"Maaf Pak, non Hanifah sudah pulang" Kata bi surti memanggil ayah Hanifah yang tengah sibuk memberi makan kuda. 

"Dengan siapa dia pulang?" Tanya ayah Hanifah pada bi surti, dengan masih fokus memberi makan dan mengelus elus kudanya. 

"Saya kurang tau tuan, non Hanifah pulang dengan laki laki" Jawab bi surti pada tuannya. 

"Baiklah, saya akan temui dia" Kata ayah Hanifah. 

Kemudian bi surti pergi meninggalkan ayah Hanifah, setelah itu laki laki berusia lima puluh sembilan tahun itu beranjak dari kandang kudanya. Kaki jenjangnya melangkah dengan begitu santainya, sampai di sebuah ruang tengah dimana  Hanifah berada disana. 

Berdiri mengamati laki laki yang bersama anaknya itu, Romi dan Hanifah belum menyadari kedatangan ayahnya. Pak Indra, itulah nama ayah Hanifah tengah berdiri dengan mengusap kumis tebalnya itu. Kemudian pak Indra berdehem, membuat Romi tersentak kaget sampai bahunya naik sekejap. 

"Ayah, asalamualaikum ayah" Kata Hanifah mengucap salam, kemudian beranjak dari tempat duduknya dan menghambur memeluk sang ayah. 

Pak Indra menyambut anaknya dengan pelukan hangat, Pak Indra memeluk serta mencium pucuk kepala anaknya. Anak semata wayangnya yang ditunggu tunggu kepulangannya kini berada dalam pelukannya. 

"Ayah apa kabar" Hanifah menanyakan kabar pada ayahnya itu. 

"Ayah sehat, kenapa kamu baru pulang sekarang" Tanya pak Indra pada Hanifah sang anak. 

Kemudian mengarahkan pandangan matanya tertuju pada Romi. Dengan tatapan tajam pak Indra, Romi malah gugup dan agak takut jika menghadapi ayah Hanifah itu. Tatapan tajam itu seolah menghujam mata Romi hingga keulu hati, Romi mencoba mengulas senyum ramah. Namun pak Indra tak membalas senyuman itu, pak Indra memang terlihat galak. Akan tetapi sebenarnya beliau tidaklah galak, merasa jika Romi takut pada ayahnya. Hanifah kini menuntun sang ayah untuk ikut duduk dan meminta Romi untuk bersalaman. 

"Asalammualaikum om" Kata Romi menyapa dan mengalami pak Indra dengan takzim. 

"Walaikumsalam" Jawab pak Indra kemudian menarik tangannya dengan cepat. 

"Ayah, kenalin. Namanya Romi" Kata Hanifah memperkenalkan Romi pada ayahnya. 

"Saya Romi om" Kata Romi yang memperjelas, seraya menunduk dengan sopan. 

Dalam hati pak Indra ingin sekali tertawa melihat wajah Romi yang seperti orang takut. 

"Saya Indra, dimana rumahmu?" Tanya pak Indra kepada Romi. 

"Rumah saya, di kawasan perumahan kamboja om, tapi karna saya dipindah tugaskan, saya sekarang nengontrak dekat kantor" Kata Romi menjawab dengan jujur. 

"Oh, jadi kamu rekan kerja anak saya?" Tanya pak Indra lagi pada Romi. 

"Iya om, kebetulan kami berdua satu instansi" Jawab Romi tak berani menatap pak Indra. 

"Kamu kenapa bicara nggak menatap mata saya, malah nenunduk seperti itu. Laki laki kok mental tempe" Kata Pak Indra yang nenegur Romi dengan tegas. 

Deeegg.. 

Jantung Romi seakan berhenti sejenak, ia bingun mau beralasan apa. Ia sebenarnya takut menatap mata pak Indra. 

"Emm, maaf om. Saya segan nenatap mata orang tua, rasanya kurang sopan" Kata Romi mencoba beralasan. 

Hanifah sendiri malah mengulum senyum, melihat Romi nyang nampak takut dengan ayahnya. 

Selama lima belas menit, mereka malah saling diam dan tak saling mengobrol. Hanya pak Indra yang sesekali menanyakan suatu hal pada Hanifah. 

"Ayah, mau buang air kecil dulu. Kalian ngobrol dulu berdua" Kata pak Indra yang berpamitan hendak je toilet. 

Selepas pak Indra pergi, Romi menggeser duduknya mendekat pada Hanifah. 

"Fah, gimana ini?" Kata Romi yang sudah keringat dingin. 

"Gimana apanya, ya kamu ngomong lah. Jauh jauh kesini tujuannya kan memang kamu mau ngomong sama ayah ku" Kata Hanifah seraya mengerutkan dahi. 

"Gimana cara ngomongnya, aku gugup. Ayahmu kelihatannya galak" Kata Romi sedikit berbisik pada Hanifah. 

Sialnya, saat Romi berkata seperti itu pada Hanifah. Pak Indra nampaknya mendengar apa yang Romi katakan, sampai saat pak Indra muncul dari balik pintu masuk ruang tengah. 

"Siapa yang galak?" Tanya pak Indra menginterupsi dengan suara yang tegas. 

Romi terke siap, keringat dingin sudah merambah turun kearea pelipisnya. Ia menelan ludah susah payah  kemudian kembali ke tempat duduknya. 

"Emm tidak om, tidak ada yang galak" Kata Romi membantah. 

Pak Indra kini kembali mendaratkan pantatnya duduk di kursinya semula. Romi nenggoyang goyangkan kakinya karna merasa gugup. Kemudian Romi berusaha mengumpulkan semua nyalinya, dan mulai membuka suara. 

"Emm, maaf om. Jika kedatangan saya kesini menggangu aktivitas om, jadi kedatangan saya kemari ada hal yang ingin saya sampaikan. Saya rasa saya dan Hanifah sudah sama sama cocok, jadi saya mau meminta izin untuk meminang Hanifah menjadi istri saya" Kata Romi yang mulai memberanikan diri melamar Hanifah. 

"Heemm, jadi kamu suka dengan anak saya?" Tanya pak Indra oada Romi. 

Romi hanya mengangguk yakin, lalu melempar pandangan pada Hanifah. 

"Apa kamu sudah yakin untuk menikahi anak saya?" Tanya pak Indra pada Romi. 

"Yakin om" Jawab Romi dengan mantap. 

Pak Indra mencoba menelisik dari penampilan Romi, mendengar jawaban dari Romi yang tegas bahwa ia memang yakin untuk menikahi anaknya. 

"Saya tidak melarang Hanifah dekat dengan siapapun, termasuk dengan kamu. Beberapa laki laki yang dekat dengan Hanifah. Mereka tak ada yang bisa menjawab dengan kalimat yang mantap seperti kamu. Kalau memang kamu benar benar menginginkan anak saya, apa kamu bersedia berjanji pada saya?" Kata Pak Indra seraya melipat keua tangannya didepan dada. 

"Saya siap berjanji om" Jawab Romi yakin. 

"Janji apa?"

"Saya jani akan bertanggung jawab atas Hanifah om" Jawab Romi lagi. 

"Selain itu" Kata Pak Indra yang kini malah membuat Romi bingung. 

"Apa kamu bisa berjanji dengan saya, kalau kamu akan membahagiakan anak saya?" Kata pak Indra. 

"Saya jani akan bahagiakan Hanifah om" Jawab Romi. 

"Apa kamu bisa berjanji tidak akan menyakiti anak saya, baik secara fisik maupun batin?"

"Saya janji om, akan membahagiakan Hanifah, dan tidak menyakiti secara fisik ataupun batin" Jawab Romi dengan tegas dan yakin. 

"Baiklah, lusa kamu ajak orang tuamu untuk datang kemari. Dan saya restui kalian untuk menikah, dan asal kamu tau, saya menafkahi Hanifah dengan sepenuh hati. Saya menyayangi Hanifah dengan ikhlas, bahkan semua kebutuhannya saya selalu penuhi, dan saya menjamin kebahagiaannya disaat ia kecil dan remaja. Dan sekarang sudah saya rawat dengan baik, kamu datang memintanya dari saya. Kamu harus menjamin kebahagiaannya, menjamin kebutuhannya, bukan hanya makannya, ataupun pakaiannya. Tapi kamu juga harus menjamin tempat tinggalnya, serta kebahagiaan hatinya. Jika suatu saat nanti kamu tidak mencintai anak saya lagi, saya harap kamu kembalikan pada saya dalam keadaan baik baik saja" Kata pak Indra memberi pesan pada Romi. 

"Baik om, saya akan membahagiakan Hanifah, menjamin semua yang ia butuhkan" Jawab Romi, kemudian menyalami pak Indra dan berterimakasih. 

1
TheNihilist
Bukan hanya cerita yang membuatku senang, tapi juga cara penulisan yang luar biasa! 🤩
Kurnia Sari: terimakasih 🙏
total 1 replies
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Kereeeen!
Beerus
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!