NovelToon NovelToon
Tawanan Miliarder Posesif

Tawanan Miliarder Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Menantu Pria/matrilokal / Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: ayu andita

follow aku di IG : ayu_andita28

Hutang 10 Milyar yang dimiliki orang tua Serenity Lily membuat gadis itu menjadi korban dari seorang CEO kejam. Dia menjadi tawanan sang CEO yang tampak marah dan dendam pada orang tua Lily.

Akankah Lily mampu terlepas dalam penjara yang dibuat oleh sang CEO atau justru terjerat dalam pesonanya. Sementara pria itu hanya menjadikan Lily sebagai tawanan!

Akankah Lily akan menemukan bahagianya atau justru sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Kekecewaan Bram

Bram menghempaskan pintu kamarnya dengan keras, suara hentakan itu menggema di seluruh rumah. Ia Menghembuskan napas kasar, seolah-olah mencoba mengendalikan amarah yang memuncak. Langit-langit kamar yang putih tampak berputar-putar di matanya yang berkabut oleh emosi.

“Kenapa sih harus mama yang ngatur hidup gue?” gumamnya keras, meski tak ada yang mendengar. Ia mengacak-acak rambutnya sendiri, frustrasi.

Pikiran tentang Lily berputar-putar di kepalanya. Hanya Lily yang ia inginkan. Hanya Lily yang bisa membuat hatinya tenang. Tapi mama Dilla sepertinya tidak mengerti itu.

Dengan langkah tergesa, Bram berjalan menuju jendela besar di kamarnya. Pemandangan taman yang biasanya menenangkan kini tampak kabur di balik lapisan kaca. Ia meninju kaca jendela itu, menyalurkan sebagian kemarahannya yang masih menyala-nyala di dalam dadanya.

“Kenapa harus kencan buta?” katanya lagi, kali ini lebih keras. Kaca itu tidak retak, tapi rasa sakit di tangannya sedikit membuat pikirannya lebih jernih. Ia merasakan denyut di buku-buku jarinya, mengingatkannya pada kenyataan bahwa tindakannya tidak akan mengubah apa pun. Mama Dilla selalu punya rencana, dan kali ini ia merasa terjebak dalam skenario yang bukan miliknya.

Bram merosot ke lantai, bersandar pada dinding dingin di bawah jendela. Pandangannya kosong, menatap lurus ke depan tanpa benar-benar melihat apa-apa. “Gue cuma mau Lily,” bisiknya pelan, seolah-olah mengatakan hal itu kepada dirinya sendiri akan membuat keinginannya lebih nyata.

Sebuah kenangan tentang Lily melintas di benaknya – senyumnya, tawa lembutnya, dan cara dia membuat segala sesuatu terasa lebih baik. Kenapa mama Dilla tidak bisa melihat itu? Kenapa dia terus mencoba menjodohkannya dengan orang yang bahkan tidak dia kenal?

Suara langkah kaki terdengar mendekat, tetapi Bram tidak bergerak. Ia tahu itu mama Dilla. “Bram,” panggilnya lembut dari balik pintu. “Mama tahu kamu marah, tapi tolonglah, coba mengerti. Ini untuk kebaikanmu.”

Bram memejamkan mata, menahan rasa frustrasi yang kembali membuncah. Ia tahu mama Dilla hanya ingin yang terbaik untuknya, tapi kenapa harus dengan cara ini? Kenapa harus ada kencan buta? Dan kenapa harus ada orang lain selain Lily?

Ia menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Mama, gue cuma mau Lily. Tolong, ngerti itu.” Suaranya terdengar lelah, nyaris putus asa.

Ada jeda di balik pintu, lalu suara langkah kaki menjauh. Bram menghela napas berat, merasa sedikit lebih lega setelah mengungkapkan perasaannya. Meski begitu, bayangan tentang kencan buta besok masih menghantui pikirannya. Bagaimanapun juga, ia tahu bahwa ia harus berjuang untuk apa yang ia inginkan – dan yang ia inginkan hanyalah Lily.

Keesokan harinya, Bram bangun dengan perasaan campur aduk. Ia merasa sedikit lega setelah berbicara dengan mama Dilla, tapi bayangan tentang kencan buta itu masih mengganggu pikirannya. Sinar matahari pagi yang hangat masuk melalui jendela kamarnya, tetapi tidak mampu sepenuhnya mengusir kekhawatiran di hatinya.

Dengan enggan, Bram bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi. Ia menatap bayangannya di cermin, melihat lingkaran hitam di bawah matanya akibat kurang tidur. Setelah mencuci muka dan menyikat gigi, ia mengenakan pakaian kasual yang nyaman. Tidak ada alasan untuk berdandan berlebihan, pikirnya.

Saat Bram turun ke bawah, aroma sarapan yang lezat menyambutnya. Mama Dilla sedang menyiapkan roti panggang dan telur di dapur. Ia tersenyum lembut ketika melihat Bram.

"Selamat pagi, Bram. Kamu tidur nyenyak?" tanya mama Dilla dengan suara yang ramah.

Bram hanya mengangguk kecil. "Lumayan, Ma. Aku masih mikirin soal kencan buta itu."

Mama Dilla menghela napas panjang, lalu meletakkan piring sarapan di meja. "Bram, mama paham perasaanmu. Mama hanya ingin yang terbaik untukmu."

"Tapi tolong cobalah nak lebih dulu.jika kamu merasa tidak nyaman, mama tidak akan memaksamu."

Bram menatap mama Dilla dengan rasa terima kasih. "Terima kasih, Ma. Tapi aku akan pergi. Mungkin ini kesempatan untuk menunjukkan bahwa hatiku benar-benar hanya untuk Lily."

Setelah sarapan, Bram mengambil kunci mobilnya dan bersiap untuk berangkat. Ia merasakan detak jantungnya semakin cepat saat memikirkan pertemuan yang akan datang. Namun, ia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan.

Saat ia sampai di kafe tempat kencan buta itu diatur, Bram merasa sedikit gugup. Ia melihat ke sekeliling, mencari seseorang yang mungkin menjadi pasangan kencannya. Di sudut kafe, ia melihat seorang gadis duduk sendirian, tampak gelisah. Bram menghela napas dalam-dalam dan mendekatinya.

"Hai, kamu pasti Bram," sapa gadis itu dengan senyum ragu.

"Aku Dina."

Bram tersenyum kecil dan duduk di hadapannya. "Hai, Dina. Maaf kalau aku terlihat gugup."

Dina tertawa kecil. "Sama, aku juga gugup. Jujur saja, aku juga tidak terlalu suka kencan buta."

Percakapan mereka mengalir pelan. Dina ternyata sangat ramah dan mudah diajak bicara, tetapi pikiran Bram terus kembali pada Lily meski perasaan itu salah. Ia berusaha fokus pada obrolan mereka, tetapi hatinya tidak bisa berhenti memikirkan seseorang yang lain.

Setelah sekitar satu jam, Bram memutuskan untuk jujur kepada Dina.

"Dina, aku harus bilang sesuatu. Aku sebenarnya sudah punya seseorang di hati aku. Aku datang ke sini karena mama aku memaksaku. Aku nggak ingin membuat kamu merasa tidak nyaman atau tertipu."

Dina tersenyum memahami. "Bram, aku menghargai kejujuranmu. Sebenarnya, aku juga ada seseorang yang aku suka. Mungkin kita bisa sepakat bahwa kita berdua tidak perlu melanjutkan ini."

Bram merasa lega. "Terima kasih, Dina. Aku senang kita bisa bicara jujur satu sama lain."

Mereka berdua menghabiskan sisa waktu di kafe dengan obrolan ringan dan tawa, menyadari bahwa mereka bisa menjadi teman baik tanpa tekanan kencan buta. Setelah itu, Bram pulang dengan perasaan lebih ringan. Ia tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Sesampainya di rumah, Bram segera mengambil teleponnya dan menelepon Lily. Namun sambungan tak dijawab oleh wanita itu.Bram tampak mengumpat pelan kala nomor dirinya telah diblokir.

"Dia memblokir nomorku!" gumam Bram frustrasi.

"Tidak, aku tak akan menyerah begitu saja."

Bram menghubungi Alina dan mengajaknya ketemuan.Dia lekas bangkit, keluar dari penthouse dan masuk ke mobilnya.

brum

pria itu melajukan roda empat nya dengan kencang.

Di sisi lain Lily tampak sangat kesal dengan sikap Bram yang semakin lama membuatnya risih.Untungnya dia memblokir Bram jauh jauh hari.Wanita itu benar benar tak ingin berurusan dengan Bram atau Alina.

"Ya Tuhan kenapa aku harus mengenal orang orang gila seperti mereka." gumam Lily.

"Lagipula kenapa bisa Bram menyukaiku sementara aku hanya orang miskin?"

"Ini bukan suka lagi tapi obsesi."

Lily memilih memikirkan hal lain agar tak pusing.

1
mbok Darmi
xander oon egois knp ngga mati aja sekalian saat kecelakaan bikin emosi
mbok Darmi
xander udah amnesia bikin kesel aja itu malah bikin masalah baru saat alina ada di mansion, lebih baik lily pergi saja biar kan xander hidup dgn alina yg ada kamu malah stress aku jamin xander akan lebih memperhatikan alina krn yg diingat hanya masa lalunya
Bivendra
lbh baik qm pergi ly jika dy mmg untukmu dy akan kembali dgn caranya sndri sdh ckup bertahan dlm kesulitan
kdg qt hrus pergi agar mengerti rasa kehilangan
Bivendra
aq kasihan bgt sm lily sllu menderita
merry jen
apa xanderr berubhh dingin gr gr Alina mnggllknn xanderr
Miss Apple 🍎
seru lanjut kak
Miss Apple 🍎
lanjut
Yanti Gunawan
gmn si ya sampe detik ini msh ga nyambung ktnya gak boleh jatuh cinta dn ada perjanjian trs knp tetiba ada kata mencintai oy
mbok Darmi
ternyata bram pecundang
Bivendra
enak aja ud sama2 bobo terus malah ninggalin gt aja
otak lu dmn bram
mbok Darmi
semoga alina hamil anak bram biar seru mau tdk mau alana hrs nikah sama bram demi anak yg dikandung nya
Miss Apple 🍎
nikah aja Bram dan Alina
Miss Apple 🍎
lanjut
Miss Apple 🍎
jangan tengok masa lalu
Bivendra
aq rada bingung sm xander n lily sllu
jwbn aq sayang cinta xander
kita akan melewati ini smw
tp lht lah
mading² sndri
Miss Apple 🍎: sama masih terbayang masa lalu keknya
total 1 replies
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
kasihan Lilu
Miss Apple 🍎
seru
Miss Apple 🍎
lamjut
Miss Apple 🍎
lanjutlah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!