Mengubah Takdirku

Namun sekarang, saat seluruh tubuhnya gemetar kesakitan, Leon malah keluar. Ini yang membuat Aurel sangat marah. "Seharusnya aku tidak berharap sedikit pun, kamu sama sekali tidak bisa diandalkan!" Aurel berguman sedih dengan berkaca-kaca. Sekarang dia sangat rapuh, seperti anak kucing yang terluka dan mencoba memulihkan lukanya sendirian.

Setelah keluar dari kamar, Leon langsung pergi ke dapur, lalu menyalakan kompor dan memasak air. Kemudian dia membuka kulkas, mengeluarkan sepotong jahe dan mencucinya.

"Tak tak tak!" Tangan kirinya memegang jahe, sedangkan tangan kanannya memegang pisau dapur dan memotong dengan cepat. Tiga tahun sudah dia masuk ke dalam Keluarga Bimasena, jadi dia sangat terampil mencuci pakaian dan memasak.

Pisau dapur kembali diayunkan, potongan jahe di tangan Leon berubah menjadi tumpukan parutan panjang yang ketebalannya sangat seragam.

Dia memasukkan gula merah ke dalam panci lalu mendidihkannya. Setelah itu, dia memasukkan parutan jahe ke dalam panci untuk dimasak.

Di dalam kamar, Aurel menekuk kakinya dan tubuhnya meringkuk seperti bola, wajahnya sudah sangat pucat. Dia menggigit sudut selimut sambil mencoba yang terbaik untuk menahan rasa sakit. Dia semakin kecewa dengan Leon.

Awalnya, dia pikir Leon mungkin keluar untuk menuangkan air panas, tapi sudah begitu lama pria itu tidak kunjung kembali. Meski Leon pergi untuk merebus air, harusnya tidak selama ini, 'kan?

"Dia sama sekali tidak peduli padaku." Aurel sangat kecewa dan merasa lebih menyesal. Kalau dari awal dia tahu akan seperti ini, seharusnya beberapa hari yang lalu dia mendengarkan kata-kata ibunya untuk menggugat cerai Leon.

Tidak masalah meski Leon tidak berguna, tapi setidaknya Leon yang dulu peduli padanya dan Aurel bisa merasakan perhatian yang tulus itu. Jadi, bahkan hanya demi perhatian itu, Aurel tidak bisa mengusir Leon begitu saja dari Keluarga Bimasena.

Namun, sekarang Aurel dapat melihat bahwa Leon sama sekali tidak peduli dengannya. Saat dia sedang sangat lemah, pria itu malah pergi meninggalkannya!

"Klik." Pintu kamar dibuka, lalu Leon pun masuk ke dalam kamar. "Apa kamu sudah merasa lebih baik?" tanya Leon dengan lembut.

"Kamu tidak perlu perduli!" kata Aurel dengan dingin sambil membelakangi Leon. Leon terdiam beberapa saat lalu berkata, "Kalau begitu kamu minum ini dulu."

"Tidak mau! Menuangkan air untukku saja butuh waktu selama itu, kamu kira aku berharap kamu menuangkan air untukku?" Aurel masih keras kepala menjawab Leon.

"Hei, aku memasak ini cukup lama. Aku harus membuangnya kalau kamu tidak mau meminumnya," ujar Leon dengan nada bercanda.

"Buang saja!" balas Aurel dengan marah. Namun, begitu selesai berbicara, Aurel mencium aroma khas. Aromanya manis, ada wangi jahe yang kuat, sepertinya ada aroma manis dari kurma juga.

Aurel membuka matanya sedikit dengan perlahan, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat ke belakang. Dia melihat Leon berdiri di samping tempat tidur sambil tersenyum, juga membawa sebuah mangkuk porselen putih di tangannya.

"Apa yang kamu bawa?" tanya dengan perasaan sambil melihat ke dalam mangkuk porselen. " Resep rahasia, air gula merah parutan jahe." Leon tersenyum sambil meletakkan mangkuk porselen di meja samping tempat tidur Aurel.

Dalam semangkuk air gula merah yang mengepul, terdapat lebih dari selusin jahe parut berwarna keemasan dan beberapa potong kurma merah mengapung di atasnya.

Uap panas berubah menjadi kabut putih yang menguapkan aroma khas. Entah karena uap panas ini mengarah ke mata Aurel, yang jelas mata Aurel mulai memerah.

"Kamu yang membuatnya?" Aurel terdiam selama satu menit penuh sebelum menatap Leon. Di kedalaman mata yang indah itu, melintas jejak kehangatan dan emosi yang tak terhitung dalamnya.

"Ya, aku merebusnya agak lama, kamu sudah tidak sabar, ya?" jelas Leon acuh tak acuh. "Tidak, tidak...." Aurel benar-benar tersentuh, pada saat yang sama merasa sedikit bersalah. Dia telah salah paham kepada Leon. Dia kira Leon sedang sibuk dengan urusannya sendiri, tapi ternyata pria itu sedang melakukan sesuatu untuknya.

"Cepat minum selagi hangat. Oya, taruh ini juga di perutmu untuk menghangatkan." Leon mengeluarkan sebuah kantung panas yang suhunya hangat.

Jarang-jarang Aurel menurut pada Leon, dia mengangguk patuh, lalu mengambil mangkuk porselen dengan kedua tangan dan mengangkatnya ke tepi mulutnya.

"Tes, tes...." air matanya menetes ke dalam mangkuk. Aurel menarik nafas dan meminumnya perlahan. Air gula merah yang panas masuk melalui mulutnya lalu mengalir ke semua bagian tubuhnya juga hatinya.

Aurel memegang erat mangkuk itu seolah sedang memegang harta langka. Mungkin baginya sekarang air gula itu adalah makanan terenak di dunia. Dia meminum semuanya habis tanpa menyisakan setetes pun.

Leon hanya menunggu dengan tenang sampai Aurel selesai meminumnya, lalu mencuci mangkuk itu dan kembali menyimpannya. "Kamu sudah jauh lebih baik, 'kan?" tanya Leon saat kembali ke kamar.

"Jauh lebih baik." Aurel mengangguk. Dia menatap Leon dan merasa ragu saat bicara, jadi pada akhirnya dia hanya mendesah dan kembali berbaring dengan tenang.

Kantung air panas dengan suhu yang tepat menempel di perutnya, membuatnya merasa semakin nyaman. Tubuhnya terasa hangat, termasuk hatinya. "Leon," setelah waktu yang lama, Aurel berkata dengan lembut, "Terima Kasih!"

"Tidak usah dipikirkan, sudah cepat tidur. Masih ada hal menanti besok pagi," jawab Leon singkat.

Dalam beberapa hari terakhir, anggota Keluarga Bimasena menjalani hari-hari dengan senang di Kota Golden. Bagaimanapun, kerja sama dengan Group MoonLight berhasil dimenangkan oleh mereka, jadi ke depannya baik status sosial dan keuntungan perusahaan akan meroket.

Selain itu, yang terpenting, dengan memiliki hubungan dengan Group MoonLight, bahkan perusahaan yang awalnya tidak terkenal pun dapat diubah menjadi perusahaan super oleh Group MoonLight.

Sehebat itulah Group MoonLight di Kota Golden. Justru itu sebabnya para gadis di Keluarga Bimasena lebih bahagia dan menantikannya. Hadiah pertunangan senilai dua puluh sembilan miliar dari keluarga Carson juga diletakkan begitu saja, artinya semuanya sudah ditentukan.

Hanya menunggu waktu saja kapan tuan muda misterius Keluarga Carson datang, setelah itu mereka akan menjadi nyonya muda. Ini jelas merupakan hal yang indah!

Tentu saja, gadis-gadis ini semua mengira diri mereka cantik dan seksi. Mereka semua mengira tuan muda Keluarga Carson menyukai mereka. Di antara mereka, sepupu Aurel, Nova adalah yang paling menantikan hari itu tiba. Karena dari semua gadis di Keluarga Bimasena, kecantikkannya yang sebanding dengan Aurel.

Di ruang rapat lantai teratas Group Bimasena. Semua anggota Keluarga Bimasena ada di sana, termasuk Nyonya Besar Bimasena. Hal ini memberi Aurel pengharapan. Apa setelah nenek mendengar masalah ini dia datang untuk menegakkan keadilan untuknya?