Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perencanaan yang sesungguhnya
Tubuh wanita dalam dekapan suaminya sudah mengigil kedinginan. "Suamiku, jika mereka mengejar cepatlah pergi membawa anak-anaknya kita. Aku sudah tidak sanggup lagi bergerak terlalu jauh."
"Aku tidak akan meninggalkan mu ataupun anak-anak kita." Pria itu mengeratkan pelukannya agar dapat lebih menghangatkan tubuh istrinya. Namun udara di hutan sudah semakin menusuk kedalam tulang. Di tambah hujan yang terus mengguyur tanpa henti.
Suara derap kaki membuat mereka semua waspada.
Puluhan orang dengan pedang di tangan mereka melangkah penuh niat mematikan. "Tuan Sui, Selir Ming sudah menunggu di istana. Lebih baik kalian ikut kembali bersamaku." Pedang di tangannya menghadang kedepan.
Pria itu bangkit, "Istri dan kedua putraku tidak tahu apa-apa. Biarkan mereka pergi. Aku tidak akan melawan lagi." Dia ingin melangkah maju namun kakinya di tahan tangan istrinya. Senyuman lembut di bibir pucatnya membuat air mata istrinya menetes tanpa henti.
"Aku mohon jangan pergi." Istrinya masih berusaha menahan.
Pria dengan penutup wajah maju perlahan. "Sayang sekali, Selir Ming menginginkan nyawa kalian semua." Berlari cepat menyerang pria tanpa senjata di hadapannya.
Ttreenggg...
Dentuman kuat terdengar di saat dua pedang saling bersinggungan. Tepat di hadapan Tuan Sui, Lei Guiying berdiri menghadang. Tubuh yang sangat gesit itu membuat perlawanan sengit. Pengawal bayangan juga ikut menyerang membuat pertahanan dari bawahan Selir Ming hancur.
"Mundur." Teriakan terdengar dari salah satu pembunuh.
"Kejar. Bunuh mereka semua jangan biarkan lolos," teriak kuat Lei Guiying.
"Baik," jawab serentak semua pengawal bayangan yang langsung berlari mengejar.
Ssreenggg...
Pedang di kembalikan kedalam sarungnya. Gadis itu membalikkan tubuhnya menatap kearah pria yang ada di hadapannya. "Kita harus cepat pergi. Istrimu tidak akan bisa bertahan lama jika di biarkan kehujanan dan kedinginan."
"Kamu?" Tuan Sui masih ragu.
Lei Guiying mengeluarkan tusuk konde yang berhasil dirinya ambil dari ikatan rambut Bibi Sui di saat dia menikamnya.
"Itu tusuk konde ibuku," ujar Tuan Sui dengan menekan hatinya dalam. Setelah menginformasikan jika mereka benar-benar ingin menyelamatkan keluarganya. Tuan Sui setuju untuk ikut dalam pengawalan yang di lakukan orang di balik penutup wajah itu.
Demi menghindari pengejaran yang terus berkelanjutan. Lei Guiying untuk sementara waktu menempatkan keluarga Sui di kediaman adik laki-lakinya. Tempat yang tidak akan terpikirkan oleh Selir Ming.
Di dalam ruangan dengan penerangan lilin mengelilingi setiap sudutnya. Tungku perapian kecil juga ada di kedua sudut ruangan. Agar kehangatan dapat lebih cepat menyebar. Lei Guangyi dengan penuh kehati-hatian memeriksa semua pasiennya. Orang-orang asing yang di bawa kakak perempuannya masuk kedalam kediaman pribadinya. Pemuda itu bangkit dari kursi yang ada di samping tempat tidur. "Nyonya, anda sedang mengandung empat bulan. Jika tubuh anda di biarkan lebih lama lagi dalam keadaan kedinginan. Anda dan janin di dalam kandungan tidak akan terselamatkan. Untung saja kalian bisa segera datang ketempatku. Saya akan menyiapkan obat."
"Tabib terima kasih. Terima kasih banyak," Tuan Sui mendekat kearah istrinya. Dia bahkan tidak tahu jika istrinya sedang hamil anak ketiganya.
Lei Guiying berjalan keluar dari ruangan kamar. Begitu juga Lei Guangyi mengikuti dari belakang. "Untuk beberapa waktu biarkan mereka tinggal di sini. Setelah mereka sembuh dan mendapatkan waktu yang pas. Aku akan mengirim mereka pergi dari Ibu Kota," ujar Lei Guiying menatap kearah adik laki-lakinya. "Jika kamu merasa kurang nyaman. Kakak akan membeli satu lagi kediaman untuk kamu tinggali."
"Kakak, bukan ini yang ingin aku permasalahkan." Lei Guangyi menatap dengan kedua alis yang telah menyatu.
Lei Guiying mengangguk mengerti. "Guangyi, jika aku pergi sekarang dari negara ini. Orang-orang yang ada di perbatasan akan semakin menderita. Penguasa negara Menghua masih saja membuat perang berkelanjutan tanpa dapat di hentikan. Jika kita terus menyerang membabi buta tanpa memperdulikan penderitaan rakyat di kedua negara. Bukankah ini sama saja kakak telah gagal menjadi seorang Jenderal. Yang seharusnya melindungi rakyat bukan justru menambah penderitaan rakyat."
"Guangyi mengerti. Tapi bagaimana kakak bisa membebaskan diri dari Pangeran kesembilan?" Pemuda itu menatap pasti kearah kakak perempuannya. "Kakak sudah menyukainya." Melepaskan jubah tebalnya memberikannya kepada kakak perempuannya.
Pandangan mata Lei Guiying beralih kearah derasnya air hujan yang masih turun tanpa henti. "Jika waktunya telah tiba. Di saat negara Dingxi dapat di kendalikan Kekaisaran Yun. Kakak pasti akan pergi."
Lei Guangyi menatap kearah pohon jeruk yang tertanam kuat di halaman depan. "Kakak melakukan ini bukan semata-mata untuk membuat perjanjian. Namun merubah kebijakan di negara ini." Menatap kakak perempuannya yang berada tepat di sampingnya. "Kakak ingin membantu Kaisar baru naik tahta?"
"Jika memungkinkan tahun depan kebijakan baru dapat di jalankan." Lei Guiying melangkah pergi di ikuti adik laki-lakinya.
Gadis itu hanya tidur selama satu jam dan memutuskan pergi dari kediaman adik laki-lakinya di saat menjelang pagi. Di halaman depan kediaman, Lei Guiying di hentikan Tuan Sui.
Pria itu menatap dengan perasan tidak enak. "Selir Li." Pria itu berlutut di tengah genangan air yang telah memenuhi halaman depan. "Terima kasih telah bersedia menyelamatkan kami."
"Tuan tidak membenciku karena telah membunuh ibu mu?" ujar Lei Guiying menatap binggung.
"Sebelum Ibu meracuni Selir Li. Beliau sudah mengatakan semua yang terjadi. Dan saya tahu anda juga kasihan dengan Ibuku sehingga memberikan akhir yang di inginkannya." Tuan Sui bersujud. " Terima kasih karena telah memberikan jalan keluar untuk kami."
Lei Guiying membantu pria itu untuk bangkit.
Tuan Sui mengeluarkan surat rahasia yang ada di dalam lapisan bajunya. Surat itu terbuat dari kulit domba dan tulisan terukir sempurna. "Ibu memintaku memberikan surat ini."
Gadis itu mengambilnya. Saat dia melihat tulisan di dalamnya nafasnya terasa sangat berat.
"Mungkin surat itu dapat membantu Selir Li menghadang bahaya yang akan segera terjadi," ujar Tuan Sui.
Lei Guiying memberikan hormatnya lalu pergi keluar dari kediaman tempat adik laki-lakinya tinggal. Dia menaiki kuda yang sudah di siapkan di depan pintu masuk kediaman. "Ciahhhh..." Kuda melaju kencang menuju kediaman pengeran kesembilan. Sesampainya di depan pintu masuk kediaman dengan papan nama terukir nama Pangeran kesembilan. Dia terdiam untuk waktu yang lama terus memperhatikan papan nama.
Krekkkekk...
Pintu utama di buka, dari dalam kediaman Pangeran kesembilan keluar dengan jubah tebal berwarna hitam menyelimuti tubuhnya. "Jika sudah pulang kenapa tidak masuk kedalam?"
Kedua pandangan mata mereka bertemu untuk beberapa saat. Lalu Lei Guiying melangkah perlahan masuk kedalam kediaman. Tidak selang lama setelah gadis itu melangkahi ambang pintu. Pintu utama di tutup kembali. Dia berjalan di depan sedangkan suaminya mengikutinya dari belakang.
lanjut up lagi thor