The Most Beautiful Revenge

"Mama, tolong aku!" Teriak Cicilia berlari menuju ke Arah Serena berada.

"Cicil, Kenapa kamu berlarian seperti itu nak?" Tanya Serena tersenyum lembut pada anak bungsunya.

"Kakak sangat menyeramkan, dia peluk aku sampai gak bisa nafas Ma!" Teriak Cicil menjelaskan, Serena tertegun hingga matanya kini saling bersitatap dengan Clia.

Mata biru dan rambut putih itu begitu cantik, Serena menutup mulutnya karena merasa bahagia. Clia langsung menunduk dan mengibarkan gaun sederhananya.

"Salam kepada Ratu Atlan yang mulia Ibunda." Ucap Clia, Serena tak tahan diam. Dia langsung berlari memeluk Clia dengan erat.

"Aduh, Bunda tolong saya tidak bisa nafas." Clia berontak, Cicil terkekeh melihat sikap sang Kakak yang sama persis seperti dirinya.

Sedangkan Asura dan dua penyihir lainnya juga tiba dan menuduk memberikan hormat, Mata Serena langsung merasa familiar dengan mata Asura.

Sebagai seorang ibu, dia bisa merasakan adanya getaran aneh. Serena menatap kedua putrinya yang memiliki wajah sangat mirip meski dengan mata dan rambut yang berbeda.

Cicil memiliki rambut kecoklatan dengan mata coklat layaknya Arga, namun memiliki wajah yang hampir mirip dengan Clia, sedangkan Clia memiliki mata biru dengan rambut putih ke perakan sedangkan anak keduanya yang menghilang, memiliki mata coklat dan rambut kecoklatan seperti Cicil.

"Siapa ini?" Tanya Serena langsung menatap Asura lembut.

"Saya Asura yang mulia," Ucap Asura menunduk.

"Dia adik angkat ku, bagaimana menurut ibu?" Tanya Clia dengan senyum lebar di bibirnya.

"Adik angkat? Berarti dia juga putra Bunda bukan?" Tanya Serena dengan senyum di bibirnya.

"Tentu saja," Serena tersenyum lebar, dia juga harus menanyakan mengenai hal aneh yang terjadi pada dirinya dan Asura nanti pada Pemimpin menara sihir.

"Ayah mu sedang menunggu, ayo sayang!" Serena mengajak ketiga orang itu pada sebuah rungan latihan di mana Arga nampak tengah mengisi waktu luangnya dengan latihan.

"Ayah mu gugup karena akan bertemu dengan mu, makanya dia berlatih hari ini." Serena terkekeh, Arga juga penasaran dengan sosok pria tersebut.

Mereka saling bersitatap saat sampai di arena latihan, namun mata Arga justru tertuju pada Asura yang terpaku. Wajah mereka dan mata mereka hampir sama persis mereka saling berkedip karena seolah menatap mereka dalam cermin.

"Siapa ini?" Tanya Arga menatap Asura, Asura juga menyentuh wajahnya sendiri karena merasa bila dia mirip. Di tambah dia bisa melihat pantulan dirinya di balik pedang Arga.

"S-saya Asura, k-kenapa kita?" Serena juga ikut tersenyum, ternyata firasatnya benar bila Arga dan Asura memang memiliki kemiripan.

"Apakah kamu bermain serong di belakang ku sayang?" Tanya Serena menggoda suaminya.

"T-tidak! Mana mungkin aku melakukan itu!" Arga langsung membantah hal itu dengan tegas.

"Dari mana asal mu Nak?" Tanya Arga, matanya berkaca-kaca karena merasa adanya ikatan yang tak dapat dia ungkapkan.

"Underworld." Jawab Asura jujur, dia merasa harus jujur saat itu. Para penyihir langsung tertegun dan menatap Asura dengan hati-hati.

"U-underworld?" Tanya Clia langsung menggenggam tangan Asura kembali.

"Ya, maafkan saya yang berbohong. T-tapi saya sungguh tidak memiliki niat buruk." Asura berusaha mengatakan bila dia tidak akan menjadi musuh mereka.

"Bukan itu maksud ku, kamu serius dari sana?" Tanya lagi Clia, sedangkan kedua orang tuanya nampak telah menangis dan saling berpelukan.

"I-iya, saya tidak tahu sejak kapan saya di sana. Karena seingat saya, saw telah berada di sana sejak kecil. Saya takut mengungkapkan ini karena mungkin kalian akan berwaspada dan membenci saya." Asura berusaha menjelaskan situasinya.

"Jadi, itulah kenapa kau tahu kaki tangan Raja Iblis?" Tanya penyihir yang dapat mengimpikan segalanya sekarang.

"B-benar, tapi saya s-aungguh tidak memiliki niat buruk pada kalian." Asura menundukkan kepalanya.

"Astaga, kamu bodoh sekali!" Clia agaknya mempelajari bahasa Pemimpin menara sihir dengan baik saat dirinya dalam emosi yang tak terbayang.

"Ayo ikut aku!" Clia membuat ukirandalambatu sihir dan memberikan dua jalur sihir yang berbeda. Para penyihir membantu Clia untuk menyelesaikan tugasnya. Sedangkan Asura yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya memperhatikan tingkah mereka.

"Pegang ini!" Clia menyerahkan sebuah batu kecil dengan ukiran di dalamnya, Asura menuruti perintah Clia.

"Masuk ke sana dan lihat perubahannya." Clia menunjuk sebuah ruang perpindahan dimensi dan akhirnya Asura menuruti perintah Clia, dia berpindah dan kembali dari sisi ruang yang lainnya.

"Perlihatkan tangan mu!" Clia ak sabar melihat hasil yang akan ada, mata semua orang langsung terbelalak saat melihat batu sihir yang belum menghilang.

"Cloa!" Teriak Clia yang langsung menerjang tubuh Cloa dan memeluknya erat, dia menangis memeluk adiknya itu.

"Putra ku." Ucap Arga yang juga ikut memeluk, begitupun dengan serena dan Cicilia.

Cloa menatap mereka semua dan tersentak kaget saat menyaksikan mereka yang menangis dan menumpahkan rasa kebahagiaan mereka. Sudah sejak awal Clia merasa curiga dengan identitas pemuda bernama Asura ini.

Bagaimana mungkin seseorang memiliki keterikatan yang begitu besar, bahkan menciptakan sihir fusi yang begitu sempurna. Namun jawabannya akhirnya muncul saat batu sihir yang di pegang Asura masih utuh, dia adalah Cloaus.

"Terima kasih telah mengembalikan Putra kami, Cloa selamat datang!" Ucap Arga memeluk Cloa dengan hangat.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepada mu Nak?" Tanya Serena membawa keluarga mereka ke arah meja makan.

"Kau tinggal di Underworld, apa saja yang terjadi?" Clia merasa penasaran, akhirnya Cloa menceritakan segala hal yang pernah terjadi kepadanya.

Serena bahkan sampai menangis mendengar perjuangan putranya, secara diam-diam para penyihir juga mengirimkan kabar tersebut pada menara sihir. Mereka tak ingin menganggu kehangatan keluarga yang semula terpecah.

Malam itu agaknya seperti mimpi bagi semua orang di Istana, sosok yang mereka cari selama 18 tahun kini muncul di hadapan mereka dengan keadaan utuh namun dalam keadaan tanpa sengaja.

Kehadiran Cloa tak langsung di umumkan ke masyarakat luas, karena Arga takut bila para penyihir hitam akan kembali beraksi dan kembali menculik putranya.

Selain Cicilia, kedua Kakaknya tak pernah belajar tatakrama kebangsawanan. Beberapa hari lamanya Cicilia mengajarkan Cloaus dan Cliaus untuk melakukan tatakrama seperti bangsawan.

Hingga suatu ketika Cicilia memilih untuk menyerah dan mengeluh kepada kedua orang tuanya. Di saat sarapan, Cicilia datang dengan wajah muram.

"Kenapa Nak?" Tanya Serena yang melihat ketidak baikan menghampiri anak bungsunya.

"Kedua Kakak ku gak bisa belajar Ma, mereka sangat kaku dan membuat ku lelah." Cicilia menghela nafas berat.

"Maafkan aku Dik, aku memang kaku." Ucap Clia mengakui kelemahannya sendiri.

"Ck, aku maafin." Cicilia mendengus kesal, tapi mau bagaimana lagi karena selama ini hana dialah yang memiliki pendidikan bangsawan.