NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.5k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTARUNGAN

Bhanu Angkara rupanya tidak terkecoh oleh pergerakan Pak Satria dan Bu Harnum. Kemunculannya sempat membuat Arka panik, tetapi hanya sekejap saja.

Meskipun kedua tangannya terbebani oleh sang adik yang tengah pingsan, sebisa mungkin Arka berusaha untuk tetap tenang. Ketenangan berpikir di saat genting memang sangat mujarab, Arka jadi tahu pasti apa yang harus dilakukan. Bergerak segesit yang dia mampu, tanpa ragu Arka berkelit ke samping. Setelah itu, terbang zigzag masuk ke dalam awan hitam. Sesaat kemudian dia ke luar dari awan dan mengambang sebentar untuk melihat keadaan. Begitu mendapati Bhanu Angkara masih masih memutari awan untuk mencarinya, dia segera mengepakkan sayap untuk terbang lebih tinggi.

"Arkaaa!!!" Bhanu Angkara meraung murka sembari melesat ke angkasa untuk menyusul. "Serahkan Diyan padaku, bocah tengik! Jangan memaksaku untuk menyakitimu!" Suaranya semakin lantang di antara dahsyatnya gelegar guntur dan kilauan petir yang menyambar-nyambar.

Langit seperti murka, petir menyambar tiada henti hanya menyerang Bhanu Angkara, tetapi dengan sangat lincah dia selalu bisa berkelit menghindar.

Arka yang tidak mengindahkan teriakan Bhanu Angkara, terus mengepakkan sayap penuh keyakinan. Tidak ada ragu sedikit pun di hati, dia percaya bahwa petir yang menggila itu adalah pertolongan untuknya. Dia terus terbang tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.

Bhanu Angkara pun terus mengejar. Lajunya tidak mudah karena petir-petir yang berseliweran itu terus berusaha menyambarnya. Sekali waktu dia berhasil menghindar dari petir yang menyambar di depan, tetapi ketika dia berjumpalitan menghindar ke belakang, petir yang lain langsung menangkapnya.

"Aaaarrrrggghhh!" Bhanu Angkara meraung kesakitan, tetapi tidak lama kemudian dia sudah punya solusi untuk bisa lepas dari jerat petir itu. Ekornya yang panjang berduri tajam melecut udara, melepaskan lidah api untuk melawan petir-petir yang lain. Sementara itu, dia sendiri berhasil menghancurkan petir yang melilit hanya dengan kedua tangannya yang menyala-nyala.

Dia kembali mengejar Arka yang sudah jauh di depan. Karena frustasi tidak bisa dengan leluasa mendekati target, Bhanu Angkara menyerang Arka menggunakan bola-bola api yang terlontar dari telapak tangan.

"Bedebah kamu Arka!"

Salah satu bola api berhasil menghantam lengan kanan Aka. "Ughf ...." Altair muda itu mengetatkan rahang untuk menahan rasa panas yang luar biasa. Namun, dia tidak sedikit pun mengurangi kecepatan terbangnya.

"Arka! Kamu dan Diyan adalah bagaian dariku! Ayolah, bergabung denganku, kita hancurkan Gaganantara yang telah berbuat tidak adil padamu!" Bhanu Angkara mencoba memprovokasi, tetapi Arka bergeming.

Jika adu kekuatan kemungkinan Arka masih bisa kalah, tetapi bila ketetapan hati yang menjadi acuan, rasanya makhluk tamak seperti Bhanu Angkara itu tidak ada seujung kukunya.

"Yang sudah terjadi padaku adalah kesalahanmu, tapi kamu malah menyalahkan Gaganantara! Dasar pecundang, aku menolak bergabung denganmu! Bahkan jika harus mati, aku pasti lebih memilih mati!"

"Bedebah, sialan besar mulut! Tanpa bantuan mereka, jangan pikir bisa lolos dariku!" Sembari meraung marah kesetanan, Bhanu Angkara mengacungkan tangan ke arah Arka. Kali ini tangan itu tidak mengeluarkan api, tetapi teriakannya menggelegar bagai guruh,

"Datanglah padaku! Datanglah, Arka!"

Saat itu juga Arka merasakan tubuhnya ditarik ke belakang dan sayap-sayap pun susah dikepakkan. Demi Sahen Yang Agung, Arka harus mengerahkan seluruh kekuatan untuk sekadar tetap bisa bertahan mengambang di tempat. Dalam usahanya untuk membuat sayap tetap mengepak wajah Arka sampai mengkerut dan merah padam. Peluh pun mengalir membanjiri hingga menetes-netes di dagu.

Melihat Arka begitu kepayahan, Bhanu Angkara kembali terbahak-bahak mencemoohnya. "Menyerahlah, Arka, saudaraku! Kembalikan adik kecil itu padaku! Jangan melawan lagi, kita bertiga ini saudara, Arka!"

Arka tidak hirau dengan segala cemooh dan provokasi. Dia tetap berjuang untuk melepaskan diri meski kekuatan lawan sangat luar biasa. Ketika dia nyaris hilang kendali atas tubuhnya dan perlahan tertarik ke bawah, pertolongan pun datang. Kilat maha dahsyat tiba-tiba saja menyambar tubuh Bhanu Angkara, melilitnya erat-erat, lalu melemparnya sangat jauh.

Tidak lama kemudian Pak Satria muncul dengan wajah pucat pasi yang basah oleh keringat, terbang menghampiri Arka. Dialah si pemilik kilat.

"Cepat pergi! Biar aku yang menghadapinya!"

"Ibu! Di mana ibu?" Arka mengedar pandang untuk mencari Bu Harnum.

"Dia di rumah, sedang mengobati seorang gadis yang dijadikan Bhanu Angkara sebagai umpan untuk mengecoh kami! Cepatlah pergi sebelum baj*ngan itu kembali." Baru saja mulut Pak Satria terkatup, sosok membara sudah melesat datang.

"Berhati-hatilah, Ayah!" Arka segera mengepakkan sayap lebih kencang. Tubuhnya melesat secepat meteor menembus pekat awan dan malam yang sesekali terang karena kilat yang menyambar-nyambar.

"Altair rendahan! Berani-beraninya kamu menyerangku!" Sambil meraung marah, Bhanu Angkara melontarkan bola-bola api dari telapak tangan kiri untuk menyerang Pak Satria, dan dengan tangan kanan berusaha menyedot kembali tubuh Arka.

Akan tetapi, usaha Bhanu Angkara gagal total. Selain karena Pak Satria mampu menghindari serangan, ternyata juga berhasil menendang tangan kanannya sehinga serangan pada Arka pun meleset.

"Kamu akan hancur oleh kesombonganmu sendiri, Bhanu Angkara! Aku memang rendahan, tapi bukan noda Sahen Gaganantara sepertimu!" teriak Pak Satria sambil mengambang dengan posisi berdiri. Tinju tangan kanannya yang terkepal memancarakan cahaya kebiruan, berpendar-pendar terang.

Amarah Bhanu Angkara pun terakumulasi di mata membara yang menatap tajam. Dia hendak menyerang bagian dalam tubuh Pak Satria karena pertarungan fisik hanya akan membuang-buang waktu dan menguras tenaga. Namun, sebelum niatnya terlaksana, seutas pita cahaya tiba-tiba melilit pinggangnya. Dalam keadaan tidak siap, Bhanu Angkara tidak bisa melawan ketika tubuhnya ditarik ke bawah oleh altair perempuan yang tiba-tiba muncul. Dia adalah Bu Harnum.

"Jangan remehkan kami, bocah geblek! Dan jangan mimpi bisa menyentuh anak-anakku!" Bu Harnum berteriak lantang mencemooh sambil mengibaskan pita cahaya di tangannya, membuat Bhanu Angkara terombang-ambing liar.

"Aaarrrhhhggg! Kalian harus membayarnya! Aku bersumpah nggak akan ada satu pun dari kalian yang akan kembali ke Sahen Gaganantara!"

Bhanu Angkara mengamuk. Dia menarik pita cahaya Bu Harnum, lalu balas menyerang membabi-buta dengan bola-bola api. Namun, Pak Satria dan Bu Harnum bisa menghindarinya dengan mudah

Dengan petir dan pita cahaya sebagai senjata, keduanya mampu mengimbangi keberingasan Bhanu Angkara. Bahkan ada saat di mana mereka menjadikan bola-bola api Bhanu Angkara menyerang balik dirinya.

Satu lawan dua memang sangat merepotkan. Namun, Bhanu Angkara yang tidak rela kehilangan kesempatan untuk mendapatkan Diyan, tidak ingin membuang-buang waktu. Dia mengamuk seperti gila. Api dari tubuhnya memerahkan angkasa, mendesak Pak Satria dan Bu Harnum hingga terperangkap dalam pusaran api yang tidak memberi mereka kesempatan untuk leluasa mengayun senjata. Mereka digulung dalam api hingga menyerupai kepompong, lalu dihempaskan oleh angin dahsyat dari telapak tangan Bhanu Angkara.

"Kalian bukan tandinganku! Enyahlah kalian para rendahan!!!"

Sementara itu, berkat bantuan langit dan Pak Satria, Arka akhirnya sudah semakin dekat pada tujuan. Dia bisa melihat keberadaan ketiga malaikat agung, bercahaya sangat terang di dalam pekat, berdiri di atas hamparan putih Mega Dipta.

Akan tetapi, di saat Arka sudah merasa lega, berpikir bahwa ayahnya mampu menghentikan Bhanu Angkara, tidak di sangka-sangka tubuhnya yang sudah mulai menukik turun, tersedot lagi oleh pusaran angin dari belakang.

"Ughf! Bhanu Angkara sialan ...." Wajah Arka menegang dan hatinya sekatika menjadi cemas. Kehadiran Bhanu Angkara hanya berarti satu hal, ayahnya berhasil ditaklukan.

Suara gelak tawa Bhanu Angkara menggelar bagai guruh. "Bodoh sekali! Kamu pikir altair rendahan seperti mereka bisa menghalangiku, hah?!"

Celaka! Arka panik, berusaha mempertahankan diri dengan terus mengepakkan sayap meski terasa sangat berat.

Waktu yang tersisa sudah tidak banyak lagi, tetapi dia masih belum mampu mengatasi Bhanu Angkara. Sekarang, makhluk berkulit merah dengan mata menyala itu malah sedang melilit pinggangnya menggunakan ekor yang bergerigi dan berujung runcing.

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!