NovelToon NovelToon
AWAL DARI SEMUANYA

AWAL DARI SEMUANYA

Status: tamat
Genre:Tamat / Manusia Serigala
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: idastars

Cerita awal dari buku Not Human

Awal kisah untuk mengenal masalah kisah manusia serigala yang dihadapi oleh Carriton dan kawan-kawannya. Buku ini juga menampilkan konflik persahabatan, percintaan, harta dan persaudaraan.

Bagaimana keseruan ceritanya? Silakan dibaca!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idastars, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31

Sore hari ia berada di terminal. Ia segera menaiki bus dan mencari kursi untuk ia duduki. Selama perjalanan banyak pemandangan yang terlintas dalam penglihatannya. Perjalanan lalu lintas, macet yang tidak kunjung usai, membuat dirinya tertidur.

Selama delapan jam di tempuh, kini bus berhenti di terminal. Greisy yang mendengarkan sang supir bahwa tujuan telah sampai, langsung turun dari bus. Mencari sana-sini, seseorang yang akan menjemput Mida tidak kunjung mendapatkannya. Tiba-tiba terdengar suara panggilan kea rah Greisy dari jauh

“Kak Grei!!” Panggil seseorang dari kejauhan.

Greisy yang mendengarkan panggilan itu, langsung berlari menuju tempat kursi yang berada di depan terminal.

“Hai adik kakak yang ganteng,” langsung memeluk dengan penuh kerinduan.

“Hai kakakku yang cantik,” balasnya melepas pelukan.

“Bagaimana kabarnya? Sehatkan? Gak jahil lagikan sama adik-adik selama di kampung?”

“Ish, kakak ini, fikirannya buruk terus. Devan gak pernah jail sama adik-adik. Devan orangnya baik ka,” ucapnya cemberut.

Greisy yang mendengarkan anak dari paman dan bibinya langsung tertawa. Karena tidak mungkin Devan itu bisa dipercaya.

Greisy dan Devan keluar dari terminal, dengan menaiki kendaraan. Greisy yang menikmati suasana selama di perjalanan, membuat ia merasa kagum, dan tenangnya di kampung. Tidak ada kebisingan, segarnya udara dihirup menelusuk dalam tubuh, membuat dirinya takjub akan kampungnya sendiri.

Setengah jam perjalanan kini Mida sampai di rumah. Ia langsung mencari paman dan bibinya

Paman! Bibi! Greisy sudah sampai!" teriak mida di teras rumah. Saat ini Greisy memilih singgah dulu di ruman paman dan bibi. Besok dirinya akan kembali ke kontrakan kecilnya, yang berada di samping rumah paman dan bibi.

"Iya nak, bibi di dapur!" sahut bibi

Greisy melangkahkan kakinya, menyusuri ruangan tamu menuju dapur.

“Bibiku yang cantik, Greisy kangen” melilitkan tangannya ke pinggang bibi dari belakang.

“Aduh, ini anak tetap aja manja hufittt,” sibuk mengaduk masakan.

“ish bibi, Greisy pulang bukannya disambut malah diomelin," kata Greisy cemberut sambil melepaskan lilitan tangannya.

“Kamu sih, suara yang begitu barbar membuat mama malu sama tetangga. Kaya telinga bibi yang budek ajah,” ucap bibi mencibir.

“Sini bibi peluk!” kata bibi setelah menghidangkan makanannya di atas meja.

Berlari memeluk bibi tersayang, membuat Greisy tidak mau jauh dari bibi.

“Bibi juga kangen sama kamu sayang. Kakak sehatkan selama disana? Rajin makankan? gak malas masakakan? Terus makan buah dan sayur juga kan?” tanya bibi beruntut, seolah mengintrogasi Greisy.

“Aduh bibi ini ,nanya nya satu satu dong, kan Grei bingung jawabnya apa.”

“Ahkk..sepertinya kamu malas masak di sana?”Melihat tampilan Greisy dari atas sampai bawah dan membolakbalikan tubuh Greisy." Lihat badanmu kurus seperti tidak pernah dikasih makan.”

“Ah udah ah capek bicara sama bibi. Adik-adik yang lain mana ma? Terus paman mana?"

“Kamu lupa, ini masih jadwal mereka sekolah jelaslah adikmu sekolah, sedangkan paman ngajar juga di sekolah,” jawab bibi.

“Eh, maaf bi. Grei lupa ini hari sabtu jadwal sekolahan masih masuk . Greisy fikir sama kaya Greisy Sabtunya libur, nyatanya tidak,” menarik kursi dan mendaratkan bokongnya.

Greisy penasaran pada bibinya, ingin bertanya tentang siapa calon jodohnya. Rasa penasaran itu tetap terbesuk dalam hatinya. Ada yang sepertinya janggal dalam hatinya. Greisy berusaha menepisnya, tapi itu membuat Greisy semakin penasaran.

Ketika hendak bertanya, ia melihat bibi masih sibuk untuk menghidangkan makan siang. Akhirnya, lebih baik ia memilih membantu bibi. Merekapun bergelayut di dapur memasak untuk menghidangkan makan siang, sebelum ayah dan adik-adik pulang dari sekolah.

Langit menandakan kehitamannya. Bulan dan bintang seakan memancarkan sinarnya. Angin menandakan kedinginnya pada tubuh. Kini semua orang harus berhenti melaksanakan kegiatannya.

Di rumah keluarga Wardana, begitu ramai memenuhi ruangan keluarga. Mulai dari orang tua, Greisy, hingga ke tiga anak paman dan bibi. Ruangan tamu yang disambut dengan televisi, seakan menghipnotis untuk ditonton.

Apalagi Greisy dan kedua anak perempuan, menujukkan tertawa ria pada layar kaca. Siaran yang di televisi malam ini adalah komedi. Sementara Devan sibuk dengan game onlinenya di salah satu sofa kecil.

Soal perjodohan Greisy sudah dibahas tadi sore. Paman dan bibi tidak memaksakan kehendak mereka pada Greisy. Perjodohannya bisa dibatalkan jika salah satu dan kedua-duanya tidak menyetujui. Hanya saja menyangkut piutang paman, pada orang kaya yang berada di kota, membuat Greisy semakin tidak enak hati. Greisy perlu memikirkan hal ini secara matang. Ia tidak ingin mengambil resiko, yang berujung fatal ke depannya.

Apa lagi hubungannya dengan Ashton, tentu ini akan menghalangi kisah cinta mereka. Satu cara yang Greisy dapatkan adalah bekerja paru waktu. Ia akan membantu piutang pamannya dengan pendapatan yang diterimanya selama bekerja. Greisy akan memulai dengan mencari lowongan kerja nantinya.

Siang hari di hutan, tepat di daerah Dalbert yang sedang penataan tempat bagi pengikut Fero. Mereka sudah sah menjadi bagian Dalbert. Ashton, dan Falton turut membagikan rumah kecil bagi mereka. Semuanya terbagi rata dan tidak mempermasalahkan kedatangan pengikut baru. Semua yakin raja Dalbert sudah memikirkan hal ini matang tanpa ada rasa curiga sedikit pun.

Ashton memberikan pangan seperti daging untuk mereka sebagai bentuk tanda terima mereka menjadi pengikut. Falton memberikan tanda merah pekat berupa bendera yang berkibar di wilayah itu. Logo serigala saling merangkul terlihat jelas pada bendera itu.

Fero tidak menyangka akan mendapatkan hal yang tidak pernah ia pikirkan. Begitu baiknya mereka disambut. Padahal mengingat apa yang diperbuatnya kemarin sungguh sangat fatal. Tidak kebencian tersirat pada mereka, melainkan saling terbuka.

Fero meyakinkan dirinya agar menjadi pengikut setia dari Dalbert saja. Bukan seperti orang tuanya yang selalu serakah akan namanya kekuasaan.

Fero termenung sejenak. Ada hal yang mengganggu pikirannya. Tentang perasaan yang tidak kunjung ia dapatkan.

“Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Falton menepuk bahunya spontan. Fero tersadar menggeleng kepala. “Tidak ada,” jawabnya singkat.

“Tidak usah berbohong, kau tidak berbakat,” ujar Falton dengan mendengus.

Fero tidak menanggapi perkataan Falton. Baginya cukup ia tahu sendiri apa ya g menjadi masalahnya.

“Ya, sudah kalau tidak mau cerita,” ujar Falton meninggalkan Fero di salah satu rumah yang dicek kondisinya.

Falton menghampiri Ashton yang sedang duduk di pohon yang sudah tumbang. Lagi, ia mendapati Ashton yang juga termenung. Falton merasa jengah dengan dua pria yang sepertinya akan selalu memikirkan masalahnya tanpa mau terbuka kepadanya. Falton duduk di samping Ashton.

“Kamu pasti memikirkan wanitaku bukan? Ck, entah hari ini hari kekesalan buat aku. Kalian berdua sama saja berpikir. Sementara aku, sama sekali tidak ada yang kupikirkan,” kata Falton kesal dengan kehidupan yang dijalani, padahal ia memang ingin kedua pria itu terbuka dengannya. Lebih baik didiskusikan bersama dari pada dipendam terus, yang ada semakin tidak terselesaikan.

“Makanya ciptakan sendiri masalahmu, agar kau ada pekerjaan,” cibir Ashton dengan nada tidak suka. Falton tidak tahu saja kehidupan yang dijalani Ashton sedang jarak jauh sama kekasihnya.

“Aku selalu menghindar dari masalah dari pada menciptakan masalah. Pikiran kalian masih muda, tetapi otak sudah mau tua, masih saja mau berpikir. Kalian memang bodoh!” balas Fero dengan santainya.

“Ck, ada apa kau ke sini? Lagian maksud kamu, siapa lagi orang selain aku?" tanya Ashton.

“Tuh, si Fero. Dia juga sedang memikirkan sesuatu, termenung juga sama sepertimu. Hanya saja aku tidak tahu apa yang dipikirkan, beda dengan dirimu yang sudah jelas karena cintamu yang jauh,” kata Falton mengejek. Falton akan menggunakan kesempatan ini untuk menjadi bahan candaan Ashton. Mumpung masalahnya galau kerena cinta, jelas Falton akan terus meledek Ashton.

Ashton sudah membaca gelagat aneh Falton. Tentu ini balas dendam yang selama ini, ia lakukan pada Falton. Ashton tentu membuang muka dengan sombongnya. Pasti Falton akan terus berbicara jika menyangkut Ashton yang berujung bahan candaan.

Ashton sekelibat mengingat tentang perjodohannya. Ia tidak tahu harus bagaimana untuk membatalkan perjodohannya dengan Via. Via sepertinya juga tidak menyukai dirinya, hanya saja ia bingung jika orang tuanya malah berpikir macam-macam tentangnya.

Via adalah anak dari Zark Mahendra dan Nindya Mahendra. Mereka adalah keluarga yang hangat dan memiliki pengikut setia juga. Selama ini hubungan secara keluarga antara Dalbert dengan Mahendra sangat baik. Tidak ada rasa ambisi saling menguasai, atau saling menjatuhkan. Keduanya berprinsip untuk tidak membuat masalah atau saling berperang hingga ada korban antar sesama bangsa serigala. Lebih baik hidup saling harmonis, menghargai satu sama lain.

Falton kembali melirik Ashton. Ingin rasanya merobek mulut Ashton dan mengeluarkan isi bola matanya. Tidakkah Ashton menganggapnya saudara? Lalu, mengapa mulutmu tidak bisa mengelus apa yang di dalam isi hatinya, dan lihatlah wajahnya yang selalu termenung. Bug...

Satu pukulan mendarat sempurna di pipi tirus Ashton. Ashton terjatuh ke tanah, lalu memegang pipinya yang kesakitan. Sedikit heran dengan pukulan Falton yang seenaknya memukul dirinya. Salahnya apa? Tersirat dari bola matanya untuk Falton.

“Apa ha? Mau membalasku?" tanya Falton menantang. Falton berdiri dan membantu Ashton untuk bangkit. Ashton tidak membalas sedikit pun. Walau ada rasa kesal pada Falton yang selalu seenaknya memukul.

Ashton menatap tidak suka dan memilih diam. Untung dirinya tidak mode emosi, kalau saja emosinya membuncah maka akan terjadi saling menghajar habis-habisan.

“Kau suka kali kekerasan denganku. Dan lagi aku saja yang kau sakiti, cari orang sana untuk berkelahi denganmu!" ucap Ashton mencibir. Ashton kembali duduk begitu Falton.

“Sayangnya cuman kau yang tidak berani membalasku,” balas Falton mengelak. Ashton malah mendelik.

“Katakan!” desak Falton supaya Ashton bercerita terbuka padanya.

Ashton menghela nafas, memang benar Falton tidak akan menyerah sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya.

“Aku ingin bertemu dengannya," kata Ashton merajut rindu pada kekasihnya. Kembali ke desa tidak mungkin lagi, karena Greisy sudah berada di kota.

“Susul saja apa salahnya coba?" tanya Falton.

“Perjodohanku dengan Via, bagaimana membatalkannya. Aku juga bingung bagaimana cara mendapatkan izin untuk pergi ke kota.”

“Sulit juga, dan kepalaku serasa pecah. Memang pria akan terliy lemah jika menyangkut asmara, dan salah satunya adalah kau.”

“Kau juga begitu. Jangan mencoba meledekku. Kau lebih berpengalaman dari pada aku,” sarkas Ashton, tidak mau dikatakan sendiri lemah.

Malam hari, Falton sedang berlatih bersama para pengikutnya. Ia sedang meratapi nasibnya yang tidak bisa bersama dengan kekasihnya. Andai dirinya sadar waktu itu, maka Feny tidak akan mati. Andai dirinya yang sebenarnya mati bukan Feny. Semua beralaskan andai, dan Falton menjadikan penyelesalan.

“Lihatlah, dia begitu menyesali setelah meninggalnya adikmu!" ucap Ashton pada Fero yang sedang melihat Falton.

“Ternyata dia terlalu menyayangi adikku, ketimbang diriku."

“Itu benar. Dia sudah menggila sendiri selama lima tahun. Aku berharap perempuan lain, biar tidak menggila seperti itu,” cibir Ashton memancing perhatian Falton.

Falton menjadikan pelampiasan salah satu pohon besar. Ia meninju secara berulang-ulang. Ashton merasakan tinjunya semakin kuat dan berusaha menyakiti diri sendiri, ini tidak bisa dibiarkan.

“Tadi dia katakan kita yang lemah dalam hubungan asmara, tetapi ada yang lebih parah hingga membuat kekerasan pada diri sendiri," seru Ashton berusaha menguatkan nada suara hingga bisa didengar Falton.

Ashton juga memberikan kode pada Fero agar mengikutinya.

“Tidak apalah lemah, tetapi jangan terlalu bodh!” seru Fero membalas.

“Lebih parah dari bodoh, memang sudah gila saja jadi pria.” Mereka sekongkol untuk menghentikan Falton.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!