#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 - Persimpangan Dilema
Hari telah berganti, bahkan mereka berdua sudah melewati makan malam dan kecanggungan di antara keduanya semakin menjadi, tepatnya Devanka yang canggung. Permintaan secara tak langsung dari Zeshan yang memaksanya untuk putus dari Hero masih terngiang-ngiang dalam benaknya.
"Akhiri jika benar ingin memulai kehidupan bersamaku ... mau bagaimanapun, saat ini kamu istriku, Devanka," gumam Devanka menirukan ucapan Zeshan yang di dapur.
Sebuah kalimat yang cukup membingungkan bagi Devanka. Bukan karena dia bodoh atau loading lama, tapi memang ucapan Zeshan agak tidak konsisten hingga dirinya terjebak di persimpangan dilema. Terlebih lagi jika dia mengingat apa yang Zeshan ucapkan di malam pertama mereka sebagai suami istri.
Begitu jelas Zeshan menegaskan padanya agar tidak berharap lebih, pernikahan mereka hanya demi Nadeo dan Zeshan pula yang mengatakan jika dia alergi bocah bau ingus. Ya, semua yang Zeshan katakan masih amat sangat jelas terekam di memori Devanka.
Dia wanita, memorinya amatlah tajam dan mana mungkin bisa lupa. Janji Hero dua tahun lalu saja dia ingat, apalagi ucapan Zeshan beberapa hari lalu, jelas lebih ingat.
Cukup lama Devanka mengurung diri di toilet dan bertukar pikiran bersama Anggita, sahabatnya. Dia yang biasanya menjadi pendengar cerita sahabat bucin-nya itu, kini berbalik karena sebagai seorang wanita dia benar-benar butuh masukan agar tidak kehilangan arah.
"Jadi aku harus gimana, Git?" tanya Devanka lagi-lagi menghela napas kasar.
"Masih tanya, itu artinya kamu diminta putusin Hero dan fokus dengan kehidupan kamu sekarang, Deva."
"Fokus dengan kehidupan sekarang? Jadi istri maksudnya?" tanya Devanka begitu serius sampai keningnya berkerut.
"Iya begitu ... aku yakin kamu sebenarnya paham."
Devanka bergeming sesaat, dia paham sebenarnya. Akan tetapi, ada satu hal yang cukup mengganggu bagi Devanka. "Iya paham, tapi_"
"Tapi apa?" Anggita menimpali sembari dimbangi suara berisik yang Devanka tidak tahu juga dari mana asalnya.
"Kak Zeshan membingungkan, Git."
"Bingung kenapa lagi? Sudah jelas banget dia ingin memulai semuanya sama kamu ... gitu aja nggak paham, atau kalau kamu keberatan aku aja yang jadi istri kak Zeshan gimana?"
"Keberatan sih enggak, cuma aku merasa kak Zeshan aneh saja."
"Aneh? Aneh gimana?"
"Ya gimana nggak aneh, dia sendiri yang bilang jangan berharap lebih karena pernikahan kami cuma demi Nadeo, dan lebih parahnya lagi dia sampai bilang kalau alergi bocah bau ingus ... coba pikir, aneh banget, 'kan?" Devanka mengusap kasar wajahnya, mencoba menjelaskan dan berharap Anggita akan sependapat dengannya.
"Yaelah, itu bercanda aja kali, mana mungkin serius."
"Bercanda gimana? Orang mukanya serius banget pas bilang itu sama aku," seloroh Devanka tidak mau kalah, dia merasa yang kini disampaikan benar adanya dan memang benar Zeshan tidak bercanda saat itu.
"Sekarang aku tanya, kamu ngerasa bocah bukan?"
"Dih enak saja, aku sudah dewasa ... mata dia saja yang kicer anggep aku bocah," timpal Devanka benar-benar tidak terima dianggap bocah karena pada faktanya, dia memang sudah beranjak dewasa.
"Terus bau ingus nggak?" tanya Anggita lagi.
"Sorry ya, walau jarang mandi begini, tapi bisa dijamin badanku wangi!!"
Padahal hanya bicara pada Anggita, tapi emosi Devanka seolah meluap-luap, persis seperti ketika Zeshan mengatakan jika dirinya bocah bau ingus.
"Ya udah kalau enggak, besar kemungkinan dia cuma bercanda ... atau bisa jadi dia baru sadar kalau istrinya secantik itu, makanya berubah pendirian iya kan?"
Devanka menatap pantulan wajahnya di kaca, jika Anggita mengatakan Zeshan mungkin berubah pendirian karena dirinya cantik, agaknya salah besar. "Kak Talita seribu kali lebih cantik, mustahil kalau dia berubah pikiran hanya karena itu, Gita."
"Devanka, berapa kali aku katakan ... jangan pernah membandingkan dirimu dengan yang lain, siapapun itu."
"Bukan membandingkan, tapi fakta_"
"Aduh, Sayang ih pelan-pelan."
Ucapan Devanka terhenti tatkala mendengar suara Gita semakin aneh. "Ih kamu lagi ngapain sih? Messum ya kalian berdua?" tuduh Devanka yang tahu betul jika saat ini Anggita tengah bersama kekasihnya.
"Aduh, mikirnya kemana? Mindahin anak kucing woy!! Ini bahayanya ngomong sama pengantin baru, otaknya travelling melulu," ucap Anggita disertai gelak tawa yang membuat Devanka sebal sendiri dan mengakhiri panggilan teleponnya.
Tak ingin kesalnya semakin menjadi, Devanka bergegas keluar kamar mandi. Khawatir Zeshan justru menuduhnya yang tidak-tidak karena sudah dua kali pintu diketuk sang suami.
.
.
"Kamu sedang apa?"
Sesuai dugaan, begitu pintu terbuka Zeshan sudah menyambutnya dengan pertanyaan beserta tatapan curiga. Pria itu bersedekap dada dan memandangi Devanka dari atas sampai bawah, hingga tatapannya terhenti tepat pada ponsel yang kini dia genggam.
"Telpon pacarnya?" tanya Zeshan singkat, Devanka yang merasa sama sekali tidak merasa sontak menggeleng tentu saja.
"Terus?"
"Gita, temen SMA ... kakak kenal kok sama orangnya," jawab Devanka jujur, tapi Zeshan masih terus melayangkan tatapan curiga ke arahnya. "Kakak periksa sendiri kalau tidak percaya."
Sembari memberikan ponselnya untuk diperiksa, Devanka berucap demikian, dan Zeshan tanggapi dengan senyuman. Devanka pikir, Zeshan akan menolak, tahunya benar-benar diperiksa dan ya memang tidak ada yang aneh di sana.
Namun, baru saja Zeshan mengembalikan ponselnya, tiba-tiba Bi Rosmana lancang masuk usai mengetuk pintu beberapa kali, beruntung saja posisi mereka aman-aman saja.
"Den Zeshan gawaaaaaat!!"
"Kenapa, Bi?"
"Ada gerombolan anak motor di depan, mereka seperti mau tawuran dan bikin keributan di depan pintu gerbang," jelas Bi Rosmana dengan wajah panik, sepanik Devanka yang kali ini mulai bisa menerka siapa dalang di balik keributan di depan sana.
Saat itu, dia menatap ke arah Zeshan dan wajah sang suami kembali terlihat menyeramkan. Rahang Zeshan mengeras dan seketika menarik pergelangan tangan Devanka hingga wanita itu terlonjak seketika.
"Bagus, kamu memberikan alamat rumah kita pada mereka, Devanka?" tanya Zeshan dengan suara dingin dan sontak Devanka bantah.
"Tidak, Kak, demi apapun aku tid_"
"Fine, kamu belum tahu bagaimana kakak marah sepertinya," gumam Zeshan kemudian menarik tangan Devanka sembari melangkah panjang.
.
.
- To Be Continued -
Pada penasaran sama kue cubit, nih Author spill ... kuenya kecil-kecil, manis kayak Zeshan.