NovelToon NovelToon
Happy Ending

Happy Ending

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Bullying di Tempat Kerja / Kehidupan di Kantor / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Dendam Kesumat
Popularitas:40.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Charlie percaya adiknya mati bukan karena bunuh diri. Tetapi, seseorang berada di belakangnya. Setelah Charlie masuk dalam lingkup kehidupan sang adik, Charlie jadi tahu ternyata pelaku tak hanya satu orang tetapi beberapa orang yang terlibat, termasuk Bos dan juga ketua mafia yang beroperasi pada bagian bisnis ilegal.

Charlie berjanji siapapun yang terlibat pada kasus kematian sang adik, Charlie akan memberikan hukuman yang setimpal untuk pelaku.

Penasaran? Yuk, simak kisahnya di Happy Ending!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Happy Ending-31

Pagi itu, di gedung Florist Entertainment, langkah kaki Pak David terdengar dengan jelas ketika dia berjalan menuju ruang rapat. Setiap karyawan yang melintas di hadapannya merasa gugup, mengetahui ada sesuatu yang penting yang akan dibahas. Pak David kemudian membuka pintu ruang rapat dan mengarahkan tatapan tajamnya kepada para karyawan yang telah berkumpul di sana.

Sherli, yang duduk di salah satu kursi, menatap serius ke depan, sedangkan Nico duduk di sampingnya dengan ekspresi tegang. Rifki dan Charlie juga hadir, berdiri di belakang mereka dengan rasa penasaran yang terpancar dari wajah mereka. Mereka semua merasa ada yang kurang, sesuatu yang seharusnya ada di sana.

"Kita tunggu sebentar lagi," ujar Pak David dengan nada ketus. Semua karyawan hanya bisa mengangguk dan diam, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Beberapa menit berlalu dan suasana ruang rapat semakin tegang. Nico, yang merasa gelisah, tak henti-hentinya melihat ponselnya. Ia sudah mengirim pesan kepada Juwita, memintanya datang ke perusahaan, tetapi belum ada jawaban darinya. Keberadaan Juwita sangat penting dalam rapat ini, dan ketidakhadirannya membuat semuanya semakin tidak menentu.

 "Apa Juwita belum datang?" tanya Pak David dengan suara keras, membuat beberapa karyawan tersentak. Nico langsung menjawab.

"Belum, Pak. Saya sudah mengirim pesan kepadanya, tetapi belum ada balasan." Pak David menghela napas dengan berat dan mengacak rambutnya yang mulai memutih.

 "Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Rapat ini sangat penting dan harus segera kita mulai," ujarnya dengan tegas. Para karyawan saling berpandangan, merasa cemas dengan keputusan Pak David. Mereka menyadari bahwa ketidakhadiran Juwita akan membawa dampak buruk bagi perusahaan dan juga bagi mereka sendiri. Namun, dengan berat hati, mereka harus menerima kenyataan ini dan melanjutkan rapat tanpa kehadiran Juwita.

Rapat pun usai, Pak David telah menjelaskan semua apa yang terjadi setelah pembatalan pembuat iklan di villa bersama dengan model mereka Wilson. Karena kejadian itu. Pak David dan rekan tim lain mengalami kerugian yang banyak sehingga pada rapat pagi ini dia terlihat begitu marah.

Charlie di panggil ke depan, dan Pak David memberikan sebuah amplop kepada Charlie. Pria itu segera membukanya.

"Kenapa Saya di PHK? Apa salah saya?"Charlie bertanya kepada Pak David. Pria itu membubarkan semua orang. Lalu, baru menyuruh Charlie untuk duduk kembali setelah yang lain keluar meninggalkan ruangan rapat.

Charlie berdiri tegak di depan ruang rapat, wajahnya yang biasanya penuh semangat dan percaya diri kini terlihat muram dan lesu. Pak David, bosnya, menatapnya dengan mata yang dingin dan tanpa rasa empati. Suasana di ruangan tersebut terasa begitu tegang dan menakutkan.

Charlie kembali bertanya. "Kenapa saya harus dipecat, Pak?" tanya Charlie dengan suara yang bergetar, mencoba menahan rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam. Pak David menghela napas sejenak, kemudian dengan tangan gemetar, dia memberikan selembar kertas kepada Charlie. Charlie menerima kertas tersebut dan membacanya dengan seksama. Isinya mengungkapkan bahwa Charlie ternyata adalah seorang detektif yang bekerja di luar negeri. Rasa kecewa dan marah bercampur aduk dalam hati Charlie.

"Ini alasannya, Charlie. Kamu telah memasukkan identitas palsumu ke dalam perusahaan ini. Saya merasa dikhianati dan ditipu olehmu," ujar Pak David dengan suara yang tegas dan penuh kemarahan. Charlie menggenggam erat kertas itu, Charlie tahu jika apa yang dilakukannya salah.

"Saya tahu saya salah. Tetapi, kenapa Anda tak mau bekerja sama dengan Saya untuk mengungkapkan kasus Alia, belum lagi Kang Dadang. Tidak kah Anda tahu jika karyawan Anda terlibat?"tanya Charlie. Pak David menghela napas.

"Charlie, saya percaya ini pekerjaanmu dan ini tugasmu. Tetapi, kamu tak bisa menuduh karyawan ku begitu saja. Karena, kamu tak memiliki bukti apapun,"ujar Pak David.

'Jika aku mengatakan Rifki yang membunuh Juwita, pasti Pak David takkan percaya apalagi setelah ku tunjukkan foto ini. Dia pasti akan berpikir jika aku dalang dibalik kematian Juwita. Pak David, akan berpikir aku yang merekayasa semuanya,'Charlie menatap Pak David dengan raut wajah yang sedikit susah di tebak. Pak David merasa dirinya di perhatikan oleh Charlie langsung menyuruh Charlie untuk meninggalkan ruangannya.

"Jika tak ada kepentingan lain, silakan keluar!"titah Pak David.

"Baiklah. Tapi, ingat satu hal! Aku akan menemukan siapa pelaku pembunuhan Kang Dadang dan Alia. Aku takkan melepaskan pelaku yang telah merenggut nyawa adikku, Alia!"Charlie berkata dengan tegas yang membuat Pak David terkejut dan terduduk langsung pada kursi.

"Jadi, kamu Kakak Alia?"

"Iya. Aku kakak Alia. Anda tahu bagaimana perasaanku saat melihat adikku lompat dari lantai apartemen yang begitu tinggi dan mati tepat di depanku. Pak, Anda harus ingat ini! Aku bersumpah takkan membiarkan siapapun lolos dari kasus ini, termasuk Anda!"Charlie berkata dengan lantang dan setelah itu dia pergi meninggalkan ruangan rapat. Charlie membanting pintu ruangan itu dengan keras. Setelah kepergian Charlie, Pak David mengusap kasar rambutnya yang nampak begitu frustrasi.

"Aku harus bagaimana? Aku tak mau terlibat dengan kasus apapun. Belum lagi kasus Kang Dadang, Alia? Semuanya membuat aku frustrasi!"teriak Pak David di dalam ruangan kedap suara itu.

Di tempat lain. Nico, Sherli dan Rifki menunggu Charlie keluar dari ruangan rapat.

"Apa yang terjadi? Apa Pak David memarahi kamu karena menuduh Wilson tempo hari?"tanya Sherli. Charlie langsung menoleh dan melihat ke arah Sherli.

"Tidak. Dia memecat aku karena aku mendukung kasus Alia dibuka kembali,"jawab Charlie. Jawaban Charlie membuat semua orang terkejut.

"Kamu apa-apaan sih Charlie? Suka sekali ikut campur masalah orang lain. Urus saja urusan sendiri,"ketus Nico yang kesal dengan Charlie yang terus menerus membahas kasus Alia.

"Tau nih, kayak nggak ada pembahasan lain saja. Demi kasus itu rela kehilangan pekerjaan,"sambung Sherli menatap sinis ke arah Charlie. Hanya Rifki yang diam memperhatikan semua orang layaknya orang cupu.

"Kamu boleh bicara sembarangan sekarang. Tetapi, setelah kamu tahu fakta kamu akan terkejut!"Charlie langsung pergi dan meninggalkan rekan kerjanya itu.

Charlie berlari keluar dari kantor, langkahnya tergesa-gesa, dadanya berdebar kencang. Pikirannya terus melayang pada masalah yang baru saja ia hadapi. Ketika Charlie sampai di tepi jalan, ia melambaikan tangannya mencoba mencari taksi yang lewat. Tanpa diduga, suara teriakan Clarisa yang tiba-tiba muncul membuat Charlie terkejut.

"Charlie, hati-hati!" teriak Clarisa dengan wajah pucat. Sebuah motor sport melaju kencang, hampir saja menabrak Charlie yang hendak menyeberang jalan. Angin kencang melintir rambut Charlie saat motor itu melesat tepat di depan hidungnya. Charlie berdiri tegak, tubuhnya gemetar dan jantung berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Ia menoleh ke arah Clarisa yang berlari mendekatinya, raut wajahnya mencerminkan kekhawatiran yang mendalam.

"Charlie, kamu baik-baik saja?" tanya Clarisa dengan nafas terengah-engah. Charlie mengangguk, masih mencoba menenangkan dirinya.

"Terima kasih, Clarisa. Kamu menyelamatkan hidupku," ucapnya dengan suara yang masih gemetar. Clarisa memeluk Charlie, menepuk punggungnya untuk menenangkannya. Keduanya saling menatap, bersyukur tak ada yang terjadi pada mereka.

"Apa yang terjadi? Kenapa kamu berjalan kaki? Di mana mobil mu?"tanya Clarisa kemudian.

"Mobil aku mogok. Aku terpaksa harus naik taxi ke sini. Sampai di sini aku malah dipecat. Clarisa, indentitas aku terbongkar,"ujar Charlie dengan raut wajah yang kecewa dan juga kesal.

"Bagaimana bisa? Ayo, kita ke mobil aku dulu!"Clarisa mengajak Charlie pergi bersama dan menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat itu.

1
Tati Hayati
lanjut
Tati Hayati
serius tegang thor
Herlina Lina
seru nih lanjut thor
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!