"Bagaimana aku jadi makmum kamu kalau kamu tak sujud pada tuhanku"
"Namun kupilih jalur langit untuk membuat kita bisa bersatu"
Sulit untuk Inayah atau biasa di panggil Naya untuk bisa bersatu dengan laki-laki yang telah mengisi hatinya, bahkan semakin Naya berusaha untuk menghilangkan perasaannya, perasaan itu justru semakin dalam.
Bisakah keduanya bersama?
Atau justru memang perpisahan jalan terbaik untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Naya, Bang Azka nanya kapan bisa ngobrol?" tanya Anisa sembari berbisik di telinga Naya
"Bagaimana kalau pulang sekolah nanti saja" saran Naya
"Menurutku juga begitu" sahut Anisa
Naya jadi deg-degan, dirinya tak menyangka akan menikah di usia yang menurutnya masih sangat muda. Apalagi menikah dengan laki-laki asing menurutnya, tapi insyaallah demi mencari ridho dan menjalankan sunnah.
Selamat tinggal Samuel, mungkin benar Samuel tidak akan pernah kembali ke dalam hidup Naya. Naya melakukan ini semua demi kedua orang tuanya dan keluarga Pak Azka, jalani semuanya dengan ikhlas dan tulus.
Tanpa terasa bel pulang pun berbunyi, Naya masih terduduk di meja kerjanya. Keringat dingin mulai bercucuran karena sebentar lagi hubungannya dengan Pak Azka akan segera di mulai, berkali-kali Naya menarik napas.
"Ya ampun, Naya. Kupikir kamu kemana, ayo"
Tiba-tiba Anisa datang dan sudah berada di dekat Naya, Anisa segera menarik tangan Naya agar Naya mau beranjak dari duduknya lalu Anisa menggandeng tangan Naya, membawa Naya menuju ruang yayasan.
"Maaf, ya. Buat kamu kelimpungan mencari aku, tadi aku sedang membereskan buku-buku yang udah gak kepakai lagi" ucap Naya sembari tersenyum
"Iya gak apa-apa"
Naya dan Anisa berjalan beriringan menuju ruang yayasan yang tak jauh dari ruang guru, ketika memasuki ruang yayasan suasana jadi terasa panas di tambah Pak Azka sudah terduduk di sofa single menanti mereka.
Terlihat di tempat duduknya Pak Azka juga tampak gugup bahkan tangannya terus menautkan satu sama lain, saat melihat kedatangan Naya dan Anisa Pak Azka langsung memperbaiki posisi duduknya.
"Bagaimana kabarnya, Bu?" tanya Pak Azka sekedar berbasa-basi
"Alhamdulillah sehat, Bapak sendiri?" tanya Naya juga
"Alhamdulillah sehat juga, bagaimana selama libur?"
"Menghabiskan liburan bersama keluarga ke tempat wisata sekitar sini, kalau Bapak?" tanya Naya balik
"Membaca novel milik Ibu sampai selesai"
"Wah udah selesai bacanya?" tanya Naya lagi
Pak Azka mengangguk pelan, setelah itu suasana kembali hening bahkan Anisa yang biasa menyeletuk kini menyimpan suaranya, mungkin Anisa tak sabar mendengar keputusan Naya pada abangnya.
"Sholat istikharahnya bagaimana? Apa sudah membuahkan hasil?" tanya Pak Azka, kini sudah masuk ke pembahasan inti
"Sudah, Pak. Insyaallah"
Jantung Naya terasa berdegup sangat cepat, Anisa tiba-tiba menggenggam tangan Naya seperti tau bahwa Naya saat ini tengah grogi. Mendapat perhatian Anisa, membuat Naya terharu memiliki sahabat seperti Anisa.
"Jadi bagaimana?" tanya Pak Azka lagi
"Hemm, Insyaallah. Aku siap menikah dengan Bapak"
Setelah menjawab Naya langsung menunduk malu, dirinya benar-benar sanggup mengatakan itu pada Pak Azka. Artinya Naya berani menuju hubungan lebih serius, walaupun hatinya sulit untuk terbuka kembali.
Naya memberanikan mendongakkan kepalanya karena tak kunjung mendengar jawaban dari Pak Azka, Naya melihat ekspresi Pak Azka yang tak sesuai, bahkan mungkin pikirannya sama dengan Anisa sekarang.
Lalu Naya melepaskan tangan Anisa dan menggenggam tangan sendiri, Naya berdoa dalam hati pada Allah dan menyerahkan semuanya pada Allah, berharap ini yang terbaik untuk dirinya dan Pak Azka.
"Apa ini kemauan kamu sendiri atau ada pertimbangan lain?" tanya Pak Azka
Deg
Pertanyaan itu hal yang ping sulit untuk Naya jawab, Naya kembali menunduk sembari memikirkan jawaban apa yang di ucapkannya pada Pak Azka, apa dirinya harus kembali berbohong? Tapi Naya takut berbohong lagi.
"Maksud Bapak?" tanya Naya berusaha memperlambat jawabannya
"Pertanyaanku cukup jelas dan tentu bisa kamu mengerti" sahut Pak Azka sembari menatap Naya
Untuk pertama kalinya Pak Azka dan Naya bertatapan dengan waktu cukup lama, dengan masih menatap Naya menjawab bahwa ini semua keinginannya sendiri, meski ada penyesalan karena berbohong lagi.
Setelah itu Naya beristighfar dan memohon ampun pada Allah karena lagi-lagi berbohong, Naya tentu tak tega menjelaskan bahwa dirinya menerima Pak Azka karena memikirkan keluarga mereka.
Apalagi ketika rapat tadi pagi Naya merasa mulai menaruh rasa suka pada Pak Azka, yang bisa saja sebentar lagi Naya akan melupakan Samuel dan berganti mulai mencintai Pak Azka.
Tentu Naya tak akan sia-siakan semua keputusannya ini, karena dirinya orang yang sangat bertanggung jawab, Pak Azka menghela napas panjang lalu memalingkan wajahnya dari Naya.
Naya mengerutkan keningnya melihat sikap Pak Azka barusan, ada apa sebenarnya? Naya benar-benar tak mengerti jika keadaan akan menjadi seperti ini, Naya pikir setelah memberikan jawaban semuanya selesai.
Dan Pak Azka juga akan mengatakan hal yang sama seperti yang Naya katakan untuk siap menikah, sehingga hubungan mereka berlanjut ke tahap lebih serius tapi semua benar-benar tak sesuai ekspektasi.
"Kamu dengan laki-laki di dalam novel itu, apa tidak pernah komunikasi lagi?" tanya Pak Azka
Pertanyaan barusan sebenarnya sangat lah tidak penting lagi di bahas, tapi entah mengapa Pak Azka kembali membahas laki-laki dalam novelnya siapa lagi kalau bukan Samuel yang di maksud.
"Tidak pernah! Memangnya kenapa, Pak?"
"Kamu tidak ingin menemuinya untuk mengatakan soal perjodohan ini?" tanya Pak Azka lagi
"Aku rasa tidak perlu, karena sebelum dia pergi Abiku sudah memberi waktu buat dia selama enam bulan untuk mualaf dan mempelajari tentang Islam. Hingga kini dan hampir satu tahun lamanya dia tak kunjung kembali"
Kenangan bersama Samuel sedikit bermunculan mengganggu pikiran Naya, namun sebisa mungkin Naya hilangkan dan lebih fokus pada masalah yang lebih rumit di hadapannya saat ini.
"Kamu tidak mencarinya?" selidik Pak Azka
"Maaf, Pak. Kurasa tidak perlu lagi, karena Abiku sudah memberi dia kesempatan. Jika dia sungguh-sungguh menginginkan aku tak mungkin dia hilang tanpa jejak sampai detik ini, hingga aku tak bisa mengetahui apa-apa tentangnya"
"Maaf, Bang. Ada baiknya obrolannya di fokuskan sama hubungan Abang sama Naya, itu semua hanya masa lalu Naya. Setiap orang memiliki cerita masa lalu masing-masing tidak kecuali Abang, maaf ikut menasehati" ucap Anisa yang serius menegur abangnya, ini kali pertama Naya melihat Anisa seperti itu
Biasanya kedua saudara itu akan selalu bercanda, namun Pak Azka tak merespon nasehat adiknya, beliau mengangkat tangan pertanda minta di tunggu lalu beliau menghubungi seseorang.
"Hallo, Abi. Sudah sampai mana?" tanya Pak Azka
Naya menautkan alisnya mengapa Pak Azka melibatkan Ustad Ilyas dalam pembicaraan kali ini, apa mungkin Pak Azka tau sebenarnya Naya belum bisa melupakan masa lalunya dan tadi berbohong.
"Kita tunggu Abi sebentar ya, gak apa-apa kan?" tanya Pak Azka pada Naya
Naya mengangguk lalu matanya menatap sekeliling ruang yayasan yang tertata sangat rapi.
Terima kasih banyak ya Tor atas cerita yang sudah dibuat
tetaplah semangat dan terus berkarya
semoga selalu sehat , sukses , dan bahagia
nara sm rendi aja kk, rendi agamanya bagus. ibadahnya bagus.
samuel trnyta jg msih ingat sm naya. mengharukan bngt. selamat brbahagia naya. untuk anisa yg caktik dn baik hati mudah2an dpt jodoh yg lebih baik lg dr samuel. masyaAllah... anisa baik bngt...