"Ayo kita bercerai.." Eiser mengucapkannya dengan suara pelan. Kalea tersenyum, menelan pahitnya keputusan itu.
"Apa begitu menyakitkan, hidup dan tinggal bersama sama denganku?" tanyanya, kemudian menundukkan kepalanya. "Baik, aku akan menyetujui perceraiannya, tapi sebelum aku menyetujuinya, tolong beri aku waktu sebulan lagi, jika dalam waktu sebulan itu tidak ada yang berubah, maka kita resmi menjadi orang asing selamanya.."
Eiser mengangguk, keputusannya sudah bulat. Bagi Eiser, waktu sebulan itu tidak terlalu lama, dia akan melewati hari hari itu seperti biasanya, dan dia yakin tidak ada yang berubah dalam waktu sesingkat itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N. Egaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Kereta kuda dari Celeste akhirnya tiba di depan rumah kediaman keluarga Fransikar. Banyak yang berkunjung untuk mengirimkan belasungkawa atas kepergian Count Fransikar. Suasana di rumah kediaman keluarga Fransikar pun di penuhi rasa duka dan kesedihan.
Kalea turun dari kereta kuda dengan bantuan Eiser, dia merasa sedikit familiar dengan pemandangan disana. Kalea tersenyum. 'Apa tubuh ini merespon tempat asal mereka?'
Eiser memperhatikan Kalea, kemudian berjalan sambil gandengan tangan. Mereka masuk dan mengikuti satu persatu proses pemakaman ayahnya.
"Kau tidak apa apa Kalea?" tanya Eiser.
"Aku baik baik saja.." jawabnya, Kalea tidak mengerti dengan perasaannya sendiri. Ada perasaan sakit tapi dia tak mengerti sakitnya karena apa.
Kemudian dia melihat Ibunya, Countess Fransikar. Dia semakin tidak mengerti dengan perasaannya, air mata pun mulai berjatuhan. Baginya air mata ini bukanlah kesedihan semata, ada rasa kesal, kecewa dan marah yang bercampur aduk di dalamnya.
'Apa yang terjadi?' tanya Kalea pada diri sendiri, Kalea memegang bagian dadanya karena terasa sakit dan cukup menyesakkan.
Tess.. Tess.. Air mata mulai berjatuhan. "Eh..?"
Eiser mengusap belakang tubuhnya pelan.
"Eiser... aku tidak mengerti, aku tidak bisa berhenti menangis.. apa aku benar benar bersedih? aku jadi bingung.."
Eiser pun menyandarkan kepala Kalea ke bahunya yang tegap. Memberinya sandaran untuk meluahkan kesedihannya itu. "Itu sangat wajar Kalea.. Kau sedih karena kau sangat menyayangi ayahmu, tapi satu hal yang perlu kau lakukan sekarang, kau harus tabah dan iklhas atas kepergiannya.."
Air mata itu semakin tak tertahankan. Dadanya juga begitu sesak dengan perasaan yang membingungkan, Kalea menangis dalam pelukan Eiser. "Haaa.. aku tidak mengerti mengapa aku jadi begini.. tapi, ini sungguh menyesakkan dada ku, hikss.. hikss.."
"Kau harus tabah Kalea.."
"Huaaa..." Kalea terus menangis dan kebingungan.
Countess Fransikar menoleh ke arah putrinya, seketika dia langsung mengenali putrinya namun disaat yang sama juga dia merasa sangat asing dengan putrinya sendiri, tapi wajah itu benar benar putrinya.
Dia berjalan mendekati Kalea, kemudian memegang kedua bahu putrinya itu. Menatap dalam ke matanya.
Kalea juga menatap mata ibunya dengan tatapan yang bingung. Mereka saling bertatapan namun disaat itu juga mereka merasa sangat asing antara satu sama lainnya.
"Siapa kau?" tanya Countess.
"Apa?" Kalea semakin bingung, air mata terus jatuh tak tertahankan.
"Kau bukan dia, siapa kau?" tanyanya lagi.
Beberapa pengawal mulai mendekat, menjaga tahanan itu dari membuat keributan.
"Apa maksudmu.. Ibu?" Kalea berusaha mengelak, tapi Countess lebih serius dan kembali berkata.
"Siapa kau? Berani beraninya kau menyerupai wujud putriku!" ucapnya lagi.
Kalea memandang Eiser sebentar, kemudian kembali memandang ibunya. Dia mencoba menggapai tangan Ibunya itu, tapi Countess menepisnya dengan cepat.
"Ibu.."
Sett!! Countess menepis tangannya.
"Jangan memanggilku seperti itu, kau bukan anakku!"
"Apa maksudmu Ibu, ini aku.." jawab Kalea.
"Kau memang terlihat sama sepertinya, tapi kau bukan dia! sebagai orang tuanya, aku bisa membedakan anak yang aku lahirkan sendiri! Dasar penipu!" teriaknya.
Kalea terdiam dan tak bisa berkata kata, air matanya semakin deras tak tertahankan, bendungan kelopak matanya seolah runtuh di depan Ibunya Kalea asli.
"Tenanglah Nyonya Countess." Eiser menjadi penengah antara mereka.
"Dan kau! Kau rela menggunakan sihir pengubah wujud itu demi melihat Kalea lagi? Dimana hati nuranimu itu hah?" Countess semakin tak menentu.
"Apa yang kau katakan Nyonya?" tanya Eiser bingung.
"Mengapa kau begitu kejam padanya?!" teriaknya, dan dia memukul dada Eiser karena kesal. Pengawal mulai bergerak untuk menahan Countess, tapi Eiser segera meminta mereka untuk mundur.
"Dia Kalea, Nyonya.." ucap Eiser.
"Bukan!!" tegasnya.
"Ibu.." Kalea memegang lengan Ibunya, tapi lagi lagi di tepis bahkan nyaris di pukul oleh Countess. Kalea pun memejamkan mata dengan cepat.
"Jangan menyentuhku, dasar penipu!" teriak Countess dan nyaris memukul Kalea, beruntung saat itu Dyroth datang, dia menahan tangan Countess dari memukul Kalea.
Perlahan Kalea membuka matanya, kemudian melihat dua orang pria itu sedang melindunginya. Tangan Ibu ditahan oleh kedua orang itu.
"Cukup nyonya Countess, silahkan kembali ke penjara."
"Brengsek! apa kau juga tau hal ini Dyroth?" tanyanya.
"Apa itu?" tanya Dyroth berpura pura tidak mengerti.
"Dia bukan Kalea asli, kau juga tau kenyataan itu!"
"Apapun itu, aku akan memastikannya sendiri.."
"Kau akan menyesali perbuatanmu Dyroth! Anakku harusnya mati dengan tenang!!" teriak Countess yang mulai dibawa pengawal ke penjara.
Semua orang berpandangan dan berbisik pelan.
"Mengapa Countess begitu yakin anaknya telah mati?"
"Sihir pengubah wujud? Itu kan sangat mahal.."
"Lagipun efeknya seperti ilusi dan sebentar, jika dilihat baik baik, ini bukan sihir melainkan benar benar Kalea anaknya.."
"Apa ada sihir yang lebih kuat dari sihir pengubah wujud?"
"Entahlah.." mereka terus berbisik disana.
Eiser memandangi Kalea, begitu juga Dyroth dia juga memandangi wanita itu. Dia tersenyum kemudian tanpa ragu berkata pada Kalea.
"Mau siapapun kau itu.. bagiku kau ialah orang yang harus ku lindungi, karena kau.. sebagian dari sihirku.. Kalea." ucap Dyroth begitu yakin.
"Apa?" Kalea bingung.
Dyroth ingin mengusap air mata di pipi Kalea, namun dengan cepat Eiser menangkap dan menahannya.
"Jaga sikapmu Dyroth." ucapnya dingin.
Dyroth tersenyum kemudian melepaskan tangannya dari Eiser. Dia menatap Eiser dengan tatapan tajam. "Kau juga harus menjaga sikapmu, Eiser. Disini.. tidak ada yang menyukaimu.." ucap Dyroth dengan santai.
Eiser memperhatikan sekitarnya, kebanyakan dari mereka sangat jelas memperlihatkan dirinya tidak menyukai kedatangan Eiser disana.
Kalea menarik pelan ujung pakaian Eiser, mereka pun berpandangan. Kalea menggelengkan kepala dan berkata. "Ayo kita selesaikan pemakamannya.." ucap Kalea pelan.
Eiser bisa melihat mata Kalea yang sayu dan sembab, dia menghapus air mata Kalea. "Ayo.." jawab Eiser, dia menggandeng tangan Kalea lagi dan mengikuti proses pemakaman.
Dyroth tersenyum lagi. 'Ternyata begitu ya..'
Tanpa Dyroth sadar, ada seorang wanita yang sedang memperhatikannya dari jauh. Dia menggunakan jubah penutup kepala bewarna hitam, menutupi rambutnya yang bewarna merah.
'Ini semakin menarik.. melihat semua orang mulai tergila gila dengan sihir, ini membuatnya semakin menarik untuk ditonton.. Lantas, bagaimana akhir dari semua orang orang itu? aku jadi tak sabaran dengan akhirnya..' ucap wanita itu.
Dyroth sedikit curiga, dia menoleh ke arah belakang, dan seperti saat itu juga. Wanita itu menghilang tanpa jejak, Dyroth mengepalkan tangannya. Tidak lama, tapi dia bisa merasakan sesuatu yang gelap mendekat.
'Sihir kegelapan? Itu sihir terkuat yang berbahaya.'
Setelah itu, Dyroth mulai melangkah mengikuti proses pemakamannya. Wanita itu tertawa kecil melihatnya, dia tak menyangka Dyroth sedikit mengesan kehadiran dirinya disana.
"Bagian dari sihir ya, lumayan juga..." ucap wanita itu.
Kemudian dia juga mengikuti proses pemakaman itu tanpa disadari oleh semua orang, dia melihat lihat keadaan disana, kemudian melihat Marquis Era yang sedang berdiri tak jauh darinya. Dia mendekati pria itu dan menggunakan sihirnya untuk melihat ingatan.
Marquis Era, ayahnya Dyroth. Wanita itu tersenyum licik. Dia mengesan orang yang tepat. Kemudian dia menyapa Marquis Era seperti biasa. "Hallo Tuan, aku Selena.." ucapnya kemudian memanipulasi ingatan Marquis Era dengan bertatapan mata.
"Akh!" Marquis merasa seperti disengat oleh sesuatu, tapi kembali normal dan memandang Selena. Dia jadi ingat, Selena ialah wanita yang akan dijodohkan oleh istrinya dengan Dyroth.
"Oh nak Selena ya.."
"Iya.. Tuan Marquis.." jawab Selena dengan senyuman liciknya.
Dyroth merasakan sesuatu yang aneh disekitarnya, tapi dia tidak begitu yakin akan hal itu. 'Mengapa aku merasa aneh, seperti ada sesuatu yang kuat mendekat ke sekitarku, tapi itu hanya sebentar.. apa itu?'
Eiser juga merasakan hal yang sama, dia sangat yakin itu ialah kekuatan penyihir kegelapan. 'Ini kekuatan yang sama seperti dihutan itu.. Dimana dia? Wanita itu.. apa tujuannya?'
Kalea masih menangis dan kebingungan. 'Apa ini.. aku semakin sesak dan gemetar! Perasaan Kalea sangat terguncang karena kematian ayahnya! Bagaimana ini? apa aku bisa mengatasinya?'
.
.
.
Bersambung!