"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerinduan Yang Dalam
"Apa om teman mamaku ?" pertanyaan itu terdengar dari sebelah kiri kaki Devan yang saat ini tengah duduk disofa ruang tengah apartemen Zafira, dilihatnya anak kecil itu matanya berkedip lucu khas anak kecil.
Devan tersenyum dan duduk di bawa sofa beralaskan karpet bulu yang lembut "ya aku teman mamamu" Elvano ikut duduk di samping Devan sembari menatap Devan dengan intens.
"Kita belum berkenalan bukan, nama om Devan Danendra Alvaro kau bisa memanggilku om Devan" jabatan tangan Devan yang besar itu disambut hangat oleh anak Zafira dan dia tersenyum senang.
"Namaku Elvano Ranendio, teman - temanku memanggilku Vano" ucap anak kecil itu dengan aksen cadelnya karena dia belum bisa mengucapkan huruf R yang jelas.
Devan menganggumi ketampanan anak Zafira, dia akui Zafira memang cantik dan sepertinya suaminya Zafira juga tampan jadi anaknya perpaduan kedua orang tuanya "hey apa papamu belum pulang ?" pertanyaan itu keluar dari mulut Devan.
"Kata mama papaku kerjanya jauh sekali jadi dia tidak bisa pulang, nanti kalo aku sudah sebesar om papaku akan pulang" jawaban Elvano membuat Devan mengeryitkan dahi.
sebelum Devan bertanya kembali kepada Elvano, Zafira datang dengan membawa secangkir teh hangat untuk dia suguhkan kepda Devan "silahkan diminum teh nya pak, sebaiknya pak Devan makan malam disini saja karena ini sudah waktunya untuk makan malam mohon ditunggu akan saya buatkan makan malam" ucapan Zafira seperti perintah bagi Devan yag tidak dapat dibantah.
Devan hanya mengangguk tersenyum dan menyeruput tehnya "Zaf dimana suamimu ?" pertanyaan itu seakan menghantam lubuk hati Zafira "dia sedang diluar kota tuan" jawab Zafira dengan cuek kemudian kakinya melangkah menuju dapur untuk segera memasak.
Mata Devan mengeliat kesetiap sudut ruang apartement Zafira, disana dia tidak menemukan satupun foto pernikahan milik Zafira tetapi dia melihat foto seorang wanita yang berada duduk di atas kursi roda.
Devan berjalan perlahan melihat foto wanita itu dan benar saja, Devan mengenal wanita itu dan sedetik kemudian matanya melotot terkejut sambil bergumam "Dia" dari belakang punggung Devan ada Vano yang memandangi setiap gerak gerik lelaki dewasa itu.
Vano menghampiri Devan tepat berada di bawa kaki Devan yang jenjang itu dan menarik celana jins yang Devan pakai "om, om sedang apa?" tanya Vano dengan mengerutkan dahinya.
"Apa kau mengenal wanita ini ?" pertanyaan yang membuat Vano tertawa "tentu saja" jawab Vano denhan senyum khas anak kecilnya "Dia kan kakak dari mama" ucapan Vano sukses membuat Devan bak disambar petir.
terdengar pintu kamar yang tak jauh dari ruang tengah apartement terbuka, disana ada seorang wanita yang memakai kursi roda dengan paras cantinya sama ssperti Zafira.
Bukan hanya Devan yang terkejut melihat wanita itu, namun wanita itu juga terkejut melihat Devan sedang berada di dalam apartement milik adik kandungnya "ka..kau" ucap Erina dengan terbata dan menunjuk ke arah Devan.
Tanpa babibu Devan segera menghampiri wanita tersebut dan memeluknya dengan erat "kemana saja kau selama ini ?" tanya Devan masih memeluk Erina dengan intens.
"aku sudah mencarimu dimana - mana tetapi mereka tidak menemukanmu" ucap Devan masih dengan memeluk erat Erina, bukan hanya Devan yang menginginkan pelukan itu tetapi juga Erina.
Erina memeluk Devan dengan erat pula, ada terlihat banyak sekali kerinduan disana yang mereka pendam selama bertahun - tahun.