Kupikir aku akan bahagia menikah dengan seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo. Wajahnya yang sangat tampan dengan tubuh atletis tenyata tak bisa memberikan kenikmatan di ranjang.
Pria itu impoten dan mempunyai keanehan lain saat berada di ranjang.
Aku merasa kecantikan dan kemolekan tubuhku tak berguna. Hanya saja ia sangat baik dan loyal padaku. Semua hartanya yang banyak itu bebas aku gunakan yang penting ia puas menyiksaku.
Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau memilih mencari kebahagiaan lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 Carikan Aku Obat!
Arjuna dan Vincent telah selesai bersiap. Dua pria tampan itu segera berangkat ke alun-alun setelah selesai makan makanan buatan Bu Siti.
Mereka akan membicarakan tentang perampokan bahan-bahan bangunan itu dengan Dimas dengan cara kekeluargaan terlebih dahulu. Setelah itu barulah mereka menempuh jalur hukum jika pria paruh baya itu tidak bisa diajak kerjasama.
Pak Jono, sang sopir langsung membuka pintu mobil untuk mereka dan membawa dua orang itu menuju alun-alun.
"Kenapa harus pilih alun-alun sih Jun?" tanya Vincent saat mobil mereka tiba di tempat tujuan yang jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah kontrakan mereka.
"Ya, aku asal aja sih, gak ingat ada tempat ramai yang bisa kita kunjungi sembari melihat keramaian kota ini selain di sini," jawab Arjuna tersenyum tipis.
"Halah, kirain ada maksud lain."
"Ada juga."
"Apa?"
"Tempatnya dekat dengan kantor polisi. Jadi kalau om Dimas berani macam-macam, kita langsung bawa saja kesana, beres 'kan?"
Vincent tersenyum. Ia tahu kalau Arjuna memang tipikal orang yang kelihatan santai tapi sangat hebat dalam merencanakan strategi.
"Okeh, itu adalah jawaban yang bagus. Dan ya, tempat ini ternyata banyak cewek cantiknya juga Jun," ucap Vincent masih dengan senyum diwajahnya. Nampak sekali kalau matanya langsung berbinar saat melihat gadis-gadis muda dan seksi sedang lewat di depan mereka.
"Kalau yang itu sih bonus. Aku gak ikutan. Mayang bisa-bisa mengamuk kalau tahu aku lihat perempuan lain selain dirinya."
"Iyaa deh yang sangat setia," ucap Vincent tersenyum.
"Iya lah. Istriku itu wanita tercantik kedua setelah mama. Jadi aku tak akan membuka mata dan hati yang lain."
"Humm, aku juga gak mau tergoda ah, aku lebih pilih Bu Siti aja. Masakannya enak dan pastinya ia bisa berubah menjadi bidadari sewaktu-waktu."
"Hahaha. Ternyata kamu masih penasaran dengan Bu Siti ya, baguslah. Itu artinya kamu termasuk tipe cowok setia juga."
Vincent langsung tersenyum seraya menepuk dadanya dengan bangga sampai terbatuk-batuk.
"Ya udah, lupakan Bu Siti dulu. Disana Om Dimas sudah menunggu kita," ucap Arjuna seraya melangkahkan kakinya ke arah barat alun-alun. Dari jauh ia bisa melihat posisi Dimas yang sedang duduk sendirian dengan rokok di sela-sela jarinya.
"Selamat sore Om," salam Arjuna saat mereka tiba di tempat itu.
"Selamat sore. Duduklah." Dimas menjawab seraya mempersilahkan dua orang pria muda itu duduk. Arjuna dan Vincent pun mendudukkan tubuhnya di depan meja pria paruh baya itu.
"Apa ada hal penting yang ingin kamu sampaikan sehingga kamu ingin menemui aku di tempat ini Jun?" tanya Dimas dengan tatapan lurus pada wajah sang ponakan.
Arjuna tersenyum tipis kemudian menjawab," Ada om. Bahkan sangat banyak. Bersiap saja untuk bertanggung jawab."
"Apa itu?" tanya Dimas dengan wajah penasarannya. Rokoknya ia hisap lagi dengan sangat dalam untuk menutupi hatinya yang tiba-tiba saja berdebar tak nyaman.
Arjuna memalingkan wajahnya saat pria itu menghembuskan asap rokoknya ke udara.
"Katakan saja dengan jelas apa yang kamu maksudkan! Jangan membuat teka-teki yang tak lucu."
"Ya ya ya. Ini memang tidak lucu om. Ini tentang hilangnya bahan-bahan bangunan di lokasi proyek. Aku ingin om menjelaskan apa saja yang om ketahui."
Deg
Dimas merasakan dadanya bagai terhimpit sebuah batu besar. Seketika ia tak bisa bernafas dengan baik. Ia pun terbatuk-batuk.
"Aku tidak tahu Jun. Aku juga baru sampai di area proyek ini. Jadi jangan tanyakan padaku tentang masalah itu."
"Oh ya? Bukankah tadi siang om mengatakan kalau om telah banyak meluangkan waktu untuk keamanan proyek besar ini?"
Dimas langsung terhenyak. Ia menggigit lidahnya karena telah salah bicara.
"Tanyakan semua itu pada pimpinan proyekmu Jun. Jangan tanyakan itu padaku. karena Aku tidak tahu apa yang sedang kamu bicarakan."
"Justru karena aku sudah mengumpulkan informasi dari Vincent makanya aku ingin om menjelaskan apa yang om ketahui atau lebih tepatnya apa yang om sudah ambil dari proyek itu."
"Jadi kamu menuduh aku Jun?" ucap Dimas dengan wajah merah padam. Sisa puntung rokoknya ia injak dengan ujung sepatunya karena marah.
"Kamu tidak tahu sopan santun ya? Berani kamu berkata seperti itu padaku yang merupakan om kamu sendiri?!" Dimas meradang. Ia bahkan menunjuk wajah Arjuna dengan jari telunjuknya.
"Tenanglah Om. Jangan terlalu marah seperti ini. Kalau om merasa tidak bersalah maka santai saja." Arjuna tersenyum kemudian membuka tutup botol air mineral yang ia bawa. Setelah itu ia meminumnya dengan sangat santai.
"Bagaimana aku bisa santai jika keponakan yang aku anggap seperti anakku sendiri ternyata berani menuduh aku dengan sangat kejam seperti ini."
"Apakah Om belum mau mengakui perbuatan om yang sudah jelas-jelas ada buktinya itu?"
"Arjuna! Kamu semakin kurang ajar ya!" bentak pria paruh baya itu dengan wajah memerah karena semakin tersudut.
"Dengarkan aku ya Jun. Aku ini adalah ibarat pengganti papamu. Seharusnya akulah yang kamu patuhi dan hormati. Jangan asal percaya dengan informasi dari orang yang tidak ada hubungan denganmu seperti Vincent!"
"Baiklah, sepertinya om semakin berusaha menghindari tanggung jawab. Kalau begitu aku akan bawakan saksi yang akan memaksa om untuk mengakui perbuatan om itu."
"Mari kita lihat ini ya Om. Beberapa video saat perampokan bahan-bahan bangunan itu sudah ada di dalam handphone aku," ucap Arjuna masih menunjukkan wajah tenang dan juga sabar.
Handphone yang ada ditangannya pun ia perlihatkan pada pria paruh baya itu. Dimas terbelalak tak percaya kalau ternyata perbuatannya saat memberikan instruksi pada orang-orangnya mencuri ternyata direkam oleh seseorang.
"Apa-apaan ini?! Ini adalah pembohongan publik!" teriak pria itu dan langsung melempar handphone Arjuna ke lantai dengan sangat keras hingga menimbulkan bunyi yang sangat keras.
Brakk!
"Om Dimas!" teriak Arjuna dengan wajah yang sangat marah. Pria itu dengan cepat langsung meraih kerah kemeja Dimas dan mencengkeramnya kuat.
"Apakah Om mau menghilangkan barang bukti?" tanya Arjuna kemudian memukul wajah pria itu dengan sangat keras.
"Bugh!'
Ia sudah cukup bersabar menghadapi pria paruh baya itu dan sekarang, ia sudah tidak ingin menyimpan kekesalannya itu.
Vincent yang melihat kejadian di hadapannya tak ingin merelai Arjuna. Ia cukup senang karena Dimas sebentar lagi akan mendapatkan hal yang seharusnya sudah lama ia dapatkan.
Pria itu hanya menyelamatkan handphone sahabatnya yang sedang tergeletak di lantai.
"Sudah cukup aku memberikanmu kesempatan untuk merubah dan memperbaiki dirimu om!" teriak Arjuna dan kembali memukul wajah pria paruh baya itu.
Dimas berusaha melawan tapi tubuh Arjuna yang sangat kuat dan tinggi itu tak bisa ia lawan.
"Dan satu lagi yang harus kamu pertanggung-jawabkan adalah kamu telah membuat aku disfungsi ereksi!"
Bugh!
Satu lagi pukulan telak langsung mendarat di perut Dimas.
"Carikan aku obat dan aku akan memaafkan kamu brengsek!"
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?