Belenggu Cinta Kontrak Sekretaris CEO

Sesuai dengan dugaan Aji, ayahnya mulai mempertanyakan alasan Aji menukar tugas dengan stafnya. Aji pun menjelaskan berulang kali bahwa tidak ada keprofesionalan Selena di sini. Aji memiliki banyak tugas pekerjaan lain yang harus segera diselesaikan. Jika hanya mengerjakan proyek papa Selena saja, perusahaan mereka akan mengalami kerugian karena tidak terseleseikannya beberapa proyek yang lainnya.

Tak ada pilihan lain, ayah Aji diam seribu bahasa. Apalagi, langkah yang diambil Aji memberikan keuntungan pada perusahaan karena mereka tetap dapat mengerjakan semua proyek yang masuk. Aji juga menjamin proyek papa Selena tetap akan berjalan meskipun bukan dirinya yang menggarap. Aji pun mempersilakan Selena jika ingin mencabut kerja sama mereka.

Kakek Aji menyetujui langkah yang diambil cucunya, dan meminta ayah Aji untuk mengikutinya.

“Kamu bilang mau memberi kesempatan Aji untuk belajar menjadi CEO, ya begini lah caranya. Ikuti keputusannya, selama tidak menentang dan melanggar perjanjian kerja sama. Toh dalam perjanjian kemarin, tidak ada poin di mana harus Aji lah yang menanganinya ‘kan? Sah-sah saja bila Aji memberikan mandat pada stafnya, yang penting proyek itu selesai tepat waktu,” ungkap kakek Aji.

Ayah Aji enggan untuk meneruskan debat ini jika kakek Aji sudah turun tangan. Dalam kesempatan ini lah, Aji juga ingin memberitahu kakek dan ayahnya tentang pertunangannya dengan Syadira. Ayah Aji menolaknya dengan alasan Syadira belum dianggap setara dengan mereka, walaupun dia tengah berusaha untuk menyetarakan.

Lagi lagi, kakek Aji memberikan pendapatnya. “Ini ‘kan masih tunangan, Syadira juga sedang kuliah, tidak ada masalah ‘kan? Keluarga kita tidak akan malu jika calon istri Aji sedang menempuh pendidikannya. Sesederhana itu, jangan dipikir berlebihan, Yo.”

“Acaranya juga hanya penyematan cincin saja, Kek. Kita tidak mau besar-besaran, karena memang pertunangan ini hanya untuk mengikat saja,” ucap Aji menambahkan.

“Ya sudah, silakan atur kapan waktunya,” sahut kakek Aji.

Aji tersenyum lebar mendengar perkataan sang kakek. Berbeda dengan sang ayah yang tenang tak bersuara namun otaknya sedang berisik. Entah apa yang sedang dipikirkan ayah Aji.

“Ayah akan datang, asal bersama Selena juga papanya. Setidaknya agar mereka tahu bahwa Aji sudah bertunangan dengan wanita lain.” Ayah Aji mengutarakan permintaannya.

Semua setuju dan hari pertunangan akan segera dilasanakan.

###

“Kak Dira!” panggil Elma, adik Syadira yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu kos Syadira sore ini.

Syadira terkejut melihat adiknya sudah berada di Jakarta tanpa memintanya untuk menjemput. Mereka pun berpelukan. “Kenapa tiba-tiba sudah di sini? Kamu tidak tersesat ‘kan?”

Elma menggeleng. “Nenek ‘kan mendidik kita jadi anak-anak mandiri yang hebat dan tidak merepotkan.”

Syadira tersenyum dan memeluk adiknya lagi, kemudian mengajak adiknya masuk ke dalam kamar kosnya. Syadira mulai menceritakan awal mula perkenalannya dengan Aji hingga ada di titik ini, termasuk respon keluarga Aji padanya. Syadira berani menceritakan ini pada Elma karena hanya dia lah yang dapat dipercaya.

“Aku ingin cerita saat pulang kemarin, tapi takut nenek dengar,” ucap Syadira.

Elma mengenggam tangan kakaknya. “Elma sudah bisa tebak. Ada yang aneh saat tau kalau Mas Aji satu kantor sama Kakak. Elma akan selalu mendukung dan menemani Kak Dira. Elma juga yang akan melindungi Kak Dira jika mereka berani menyakiti.”

Syadira terharu mendengar pernyataan adik satu-satunya itu. Mereka memang sudah berjuang bersama sejak kecil dan saling melindungi satu sama lain. Mereka pun berjanji untuk tetap sama-sama, bahkan ketika suatu saat nenek meninggal.

###

Tiba di hari yang ditunggu-tunggu, pertemuan antara Aji dan ayah juga kakeknya, dengan Syadira dan adiknya. Tak lupa, Selena dan papanya hadir sebagai tamu undangan. Acara itu hanya digelar secara sederhana di sebuah restoran mewah dengan dekor cantik yang tak berlebihan, dengan tulisan terbesarnya A&S.

Aji sengaja tak berangkat bersama keluarganya, melainkan akan menjemput Syadira dan adiknya. Sampai di kos, Aji begitu terpuku melihat penampilan Syadira pagi ini. Kekasih Aji itu tampak cantik dan anggun. Elma memecah fokus Aji, dengan memintanya untuk segera berangkat.

Tak berselang lama, mobil Aji tiba di depan restoran, tempat semua orang telah menunggunya. Mereka pun memasuki restoran bersama-sama setelah Syadira menjabat tangan kakek dan ayah Aji untuk pertama kalinya. Selena memandang Syadira dan Elma dengan tatapan sinis dan merendahkan.

Saat memasuki ruangan VIP di dalam restoran yang dipesan khusus untuk acara pertunangan mereka, betapa terkejutnya Aji dan Syadira bahwa dekor yang seharusnya tertulis nama Aji dan Syadira, namun justru bertuliskan Aji dan Selena. Berbeda dengan ekspresi ayah Aji, Selena, dan juga papanya yang tampak sumringah melihat tulisan itu. Aji yang tak terima dengan hal ini, memanggil pihak restoran untuk menanyakan hal ini.

“Maaf, Pak, tapi sesuai dengan instruksi yang masuk ke pihak kami memang seperti ini perintahnya," jelas manajer restoran.

Aji pun kebingungan mengapa bisa seperti ini. Syadira yang merasa dipermainkan pun berlari keluar ruangan. Aji terus memanggil-manggil kekasihnya.

“Mas Aji, biar aku saja yang bicara,” cegah Elma pada Aji yang akan mengejar Syadira. “Mas Aji urus saja mereka.”

Elma kemudian mengejar kakaknya dan berusaha menenangkannya.

“Kak, kita pulang ya, kita bicara di kos. Elma yakin pasti ada kesalahpahaman karena Mas Aji tidak mungkin melakukan ini. Kita pulang ya, Kak, biar Mas Aji yang mengurus kesalahan ini,” bujuk Elma pada Syadira yang masih terus menangis.

Sementara itu, di dalam resoran, Aji benar-benar mengamuk. Ia mengancam akan memperkarakan ini jika terbukti ada yang sengaja merusak hari bahagianya. Kakek Aji terus menenangkan cucunya, karena hanya kakek lah yang dapat memahami Aji.

Aji terus mencerca pihak restoran dan meminta mereka menunjukkan siapa yang sudah memberikan perintah. Manajer restoran menunjukkan bahwa ada pesan singkat yang mengatasnamakan Aji untuk mengubah nama dalam dekor. Aji pun kembali menyalahkan pihak restoran karena tak melakukan konfirmasi dengannya dan mudah terpercaya dengan nomor baru yang mengatasnamakan dirinya.

“Ini restoran ternama tapi pelayanannya sangat buruk! Saya bisa tuntut kalian!” ancam Aji.

“Sudah, Ji, sudah,” rayu kakek Aji ingin agar cucunya tak bertingkah seperti ini.

Mata Aji sontak tertuju pada Selena. Aji menghampiri Selena dan membentaknya. “Pasti kamu di balik semua ini! Kamu memang wanita perusak, tak berkelas! Percuma papamu menyekolahkanmu sampai S2 ke luar negri, tapi otakmu kosong!”

Papa Selena yang tak terima dengan hinaan Aji, membalas menegurnya dan mencaci Aji bahwa dirinya juga tak beretika meski telah mengenyam pendidikan tinggi dan menjabat sebagai calon CEO.

Ayah Aji dan Selena berusaha melerai perdebatan itu, sementara kakek Aji terus memegangi cucunya agar tak main tangan, dan terus membisikkan kata-kata agar Aji tenang.

“Kami tidak tahu siapa yang telah tega melakukan ini tapi aku yakin kalian lah yang sudah berniat merusak kebahagiaan cucuku! Sudah ku peringatkan agar kalian tak membangunkan singaku, tapi justru kalian yang mengajaknya berperang! Aku pun akan turun tangan jika ada yang mencari gara-gara pada cucuku! Kamu Selena, tak akan pernah aku izinkan kamu mendekati cucuku juga keluargaku!” bela Kakek Aji yang mendekap cucu kesayangannya itu.

...****************...