Jiro Adrian pernah mencintai wanita begitu dalam namun di hianati, beberapa tahun kemudian setelah bertunangan dengan wanita lain tiba-tiba masa lalunya hadir dan kembali mengacak-acak hatinya.
Pria itu menyayangi tunangannya tapi juga tak bisa melepaskan wanita masa lalunya karena ingin membalas rasa sakit hatinya dahulu.
Lalu siapa yang akan ia pilih, tunangannya yang telah membantunya kembali bangkit atau justru masa lalunya yang banyak menyimpan rahasia yang tak pernah ia duga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~08
"Nona Hanna tolong maafkan rekan-rekanku yang kurang sopan tadi padamu."
Jovan nampak meletakkan sebuah dokumen di hadapan Hanna yang saat ini sedang duduk di kursi depan meja kerjanya.
"Tidak apa-apa tuan Jovan,"
Hanna tak mempermasalahkan hal yang sudah berlalu dan lebih baik ia fokus dengan pekerjaannya ke depannya.
"Baiklah, kamu bisa mempelajari surat kontrak kerjamu dahulu dan jika merasa keberatan jangan sungkan untuk mengatakannya!" ucap pria itu dan Hanna pun langsung mengangguk mengerti lantas segera membuka dokumen di hadapannya itu.
Perihal surat kontrak kerja seperti pada umumnya, seperti perihal gaji, aturan berpakaian, patuh pada peraturan kantor, bekerja dengan loyal, mematuhi peraturan CEO baik yang tertulis maupun tak tertulis.
"Di larang mengundurkan diri tanpa persetujuan CEO jika tidak maka akan menerima konsekuensi berupa denda?"
Hanna nampak menatap Jovan meminta penjelasan, bukankah mengundurkan diri adalah hak setiap karyawan?
Pria itu pun juga terkejut mendengarnya, sejak kapan ada peraturan seperti itu. Apa itu baru di buat oleh kakak sepupunya?
"Oh itu sebenarnya hanya kebijakan umum nona Hanna, bukankah itu lebih menguntungkan karyawan karena jika mengundurkan diri maka tidak akan mendapatkan uang jasa bukan?" tukas Jovan memberikan alasannya.
"CEO kami memang sangat manusiawi dalam menghargai para karyawannya jadi kamu tenang saja," imbuhnya lagi meyakinkan.
Selama ini CEOnya itu memang tidak pernah bersikap semena-mena kepada karyawannya terutama perihal gaji yang mungkin lebih besar daripada perusahaan lain, hanya saja pria itu tidak suka di kecewakan dan untuk itu lebih suka memecat sebelum mereka mengundurkan diri. Tapi perihal aturan baru tersebut ia pun kurang begitu tahu alasan yang sebenarnya, harusnya kakak sepupunya itu merundingkannya dahulu kepadanya.
Hanna mengangguk kecil, kemudian kembali bertanya. "Peraturan tidak tertulis CEO seperti apa?" ucapnya kembali menatap pria itu.
Jovan pun di buat bingung karena ada peraturan baru seperti itu, kakak sepupunya itu benar-benar menyusahkannya. Sejak kapan ada peraturan tidak tertulis dan ia pun bingung peraturan macam apa itu, sepertinya hanya kakaknya dan Tuhan saja yang tahu.
"I-itu seperti perkataan CEO yang harus di patuhi dan ya beliau memang tidak suka di bantah, CEO menyukai karyawan yang patuh dan penurut namun begitu dia cukup baik dan bijak nona Hanna jadi jangan khawatirkan hal itu. Kamu cuma butuh ketelitian dan kerja cepat itu sudah cukup baginya," terang Jovan menjelaskan meskipun ia sendiri ragu dengan hal itu.
Hanna kembali mengangguk kecil, sepertinya CEOnya tipe pria dominan dan ia tak mempermasalahkan hal itu yang penting pekerjaannya beres. Lagipula ini perusahaan besar jadi tidak mungkin ada pelanggaran hak karyawan, toh ia lihat semua karyawan di sini terlihat bahagia bukan tertekan dan ia yakin bosnya sebenarnya baik cuma mungkin sedikit tegas saja.
"Baiklah dan aku tidak keberatan dengan yang lainnya." ucapnya lantas segera membubuhkan tanda tangannya pada dokumen tersebut sebagai persetujuannya patuh pada peraturan yang berlaku di kantornya.
Jovan pun langsung tersenyum senang lalu mengulurkan jabat tangannya. "Terima kasih nona Hanna dan selamat bergabung dengan perusahaan kami, jika mengalami kesulitan jangan sungkan untuk bertanya padaku." ucapnya dan Hanna pun membalas jabat tangan pria itu.
"Sama-sama tuan Jovan tapi panggil saja Hanna, ya hanya Hanna," mohonnya.
"Baiklah Hanna, ayo aku antara menemui beliau sekaligus ku tunjukkan di mana ruang kerjamu!" ajak Jovan seraya beranjak dari duduknya.
Hanna pun mengikuti pria itu meninggalkan ruangannya dan berlalu masuk ke dalam lift, ada perasaan gugup dan penasaran menjadi satu. Ia penasaran bagaimana wajah CEOnya, bagaimana perangainya, sifatnya dan juga masih banyak lagi. Harusnya ia mencari tahu dahulu sebelumnya.
Rasanya lift terasa begitu lama hingga membuat tangannya rasanya sangat dingin padahal biasanya ia selalu bisa menguasai dirinya dalam situasi apapun apalagi kerjaannya sebelumnya juga banyak menghadapi banyak orang dari berbagai kasta tapi entah kenapa kali ini ada perasaan tidak enak di hatinya yang ia sendiri pun tak mengerti.
Ting
Bunyi lift terbuka dan mereka pun segera berlalu keluar, hanya ada dua ruangan di sana dan bisa ia tebak ruangan paling luas adalah milik CEOnya.
"Ini ruangan tuan Hayes asisten tuan CEO dan yang sebelah itu ruangan CEO,"
Jovan menunjukkan ruangan yang mereka lewati dan Hanna hanya memperhatikannya, wanita itu nampak melihat sebuah meja kerja tepat berada di depan ruangan CEO apakah itu meja kerjanya nanti?
"Baiklah Hanna, apakah kamu sudah siap untuk bertemu dengan CEO?" Jovan menatapnya setelah mereka berhenti tepat di depan pintu ruangan CEO.
Hanna mengangguk kecil, kemudian pria itu pun segera mengetuknya sejenak lantas di buka pintunya meskipun belum ada sahutan dari dalam. Sedikit lancang pikir Hanna tapi mungkin sudah biasa bagi pria itu atau memang hubungannya dengan bosnya yang lumayan dekat.
"Hai kak aku mengantar sekretaris barumu," ucap pria itu setelah melangkah masuk.
"Kakak?"
Hanna nampak bertanya-tanya dalam hati, apa jangan-jangan pemuda itu adalah adik dari CEOnya? Belum usai dengan keterkejutannya tiba-tiba pandangan wanita itu terpaku kepada pria yang baru saja berbalik badan ke arah mereka.
Deg!
"Kau?" ucapnya tak percaya.
Jiro yang sebelumnya sedang mengawasi pemandangan kota melalui jendela ruangannya seketika berbalik badan ketika adik sepupunya itu masuk. Wajahnya nampak datar melihat sekretaris barunya namun tidak dengan wanita itu yang sangat terkejut ketika menatapnya.
"Kalian saling kenal?"
Jovan menatap aneh keduanya terlebih ketika melihat Hanna yang nampak terkejut ketika melihat kakak sepupunya tersebut.
"Tidak," tegas Jiro dan itu membuat Jovan nampak lega mendengarnya.
"Oh ya Jo, bisa tinggalkan kami karena aku harus menjelaskan beberapa pekerjaan penting padanya!" Jiro menatap tegas pemuda itu.
"Ya, tentu saja."
Jovan tak mempermasalahkannya, kemudian pandangannya beralih ke arah Hanna yang masih berdiri mematung di tempatnya, wajahnya sedikit pucat dan pria itu pun menyadarinya.
"Jangan gugup Hanna, kak Jiro adalah kakak sepupuku dan dia tak segalak yang kamu duga. Dia sebenarnya baik asal kamu patuh padanya dan jangan sungkan hubungi aku jika ada yang tak di mengerti, oke?"
Jovan mencoba menenangkan wanita itu agar bisa sedikit lebih santai.
"Ini kantor Jo, jika ingin bersenang-senang bersabarlah sampai jam kerja selesai!" potong Jiro menatap tajam pemuda itu.
Jovan hanya terkekeh menanggapi, kemudian segera meninggalkan ruangan tersebut namun sebelumnya nampak mengacungkan jempolnya kepada Hanna untuk memberikannya semangat.
Kini setelah pintu di tutup dari luar tinggallah mereka berdua, Hanna yang tak menyangka jika calon CEOnya adalah mantan kekasihnya dulu tanpa sadar nampak me re mas roknya sendiri. Ia menyesal kenapa tak mencari tahu dulu sebelumnya, jika tahu mungkin ia takkan melamar pekerjaan di sini.