Belenggu Cinta Kontrak Sekretaris CEO

Belenggu Cinta Kontrak Sekretaris CEO

Pertemuan Pertama

Meski bukan dalam hitungan hari, tetapi enam bulan bukan termasuk waktu yang lama. Semua rencana pernikahan telah mereka siapkan matang-matang. Dari kartu undangan hingga hidangan yang akan disajikan ketika resepsi. Semua sudah siap, Aji sudah siap. Begitu pula dengan kotak cincin di genggamannya yang telah selesai hari ini. Namun, kotak elegan itu terjatuh keras di lantai kamar hotel.

Awalnya ia tidak percaya, mungkin hanya halusinasi atau mimpi. Tapi, pemandangan di depannya ini terlalu jelas untuk disebut mimpi. Setetes air mata pun membasahi pipinya.

“A-Aji…” lirih Bella, wanita yang sedang mencoba untuk menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Wanita cantik dengan tubuh indah yang dihiasi tanda-tanda kecupan layaknya bunga sakura yang berguguran.

Wanita yang akan resmi menjadi istri Aji dalam enam bulan. Gugur sudah rasa cinta di hati Aji menjadi serpihan-serpihan yang hanyut dalam rasa benci. “Kita selesai! Jangan pernah cari aku lagi!” 

“Aji, tunggu!!” Bella mencoba mengejar Aji tanpa mempedulikan pasangan bercintanya yang terus berteriak memanggil namanya. Namun, ketika tangannya hampir menyentuh Aji, Aji dengan kasar menampiknya. 

“Jangan sentuh!” tegas Aji. Ia menatap tajam Bella seperti akan membunuh wanita ini kalau sampai dia berani menyentuhnya lagi. “Dasar pelacur!” 

Setelah itu, tanpa memperdulikan Bella, Aji pun berangsur pergi. Sesampainya di parkiran mobil, tangannya yang menggenggam pintu mobil seketika melemah. Sekujur tubuhnya lemas hingga ia berlutut dan dengan sekuat tenaga menahan jerit amarahnya. Alhasil, api kemarahan itu hanyut bersama dengan sakit hati yang mendalam dan mengalir melalui tangis yang tertahan.

Kata orang pria itu tidak boleh menangis. Pria itu harus kuat dan menangis berarti lemah. Namun, tiga tahun mencintai Bella hingga berujung pengkhianatan menguras habis hati dan kekuatan Aji untuk terus kuat.

Apa yang kurang? Apa yang salah? Sejak kapan

Semua pertanyaan itu terjawab oleh kesunyian. 

“Selamat tinggal, Bella.”

###

Detik demi detik, menit demi menit, hingga hari demi hari dan bulan pun berganti, Aji berusaha fokus dengan berbagai hal. Pekerjaannya di kantor menjadi pelarian setiap harinya. Makan bersama teman setelah pulang kantor serta bermain golf di akhir pekan, semua itu ia lakukan agar tidak ada sedikitpun waktu untuk mengingat Bella, meski malam selalu membawanya melintasi memori-memori indah dengan sang mantan.

Bohong kalau dia bilang sudah lupa. Tiga tahun mencintai wanita yang sama dan sudah bersiap meminangnya. Bella sudah menempati begitu banyak tempat dalam hidupnya. Di rumah, di kantor dan dimanapun Aji berada, kenangan itu tetap ada hingga perasaan cintanya pada Bella yang bisa tiba-tiba menyerangnya layaknya sebuah penyergapan oleh musuh. Namun, ingatannya juga masih kuat pada kejadian hina yang dilihatnya di hotel waktu itu. Aji sudah tidak sudi! 

Lain dengan Bella yang bermuka tebal, meski tahu kesalahannya, ia tetap merajuk dan menemui Aji demi tetap terlaksananya pernikahan mereka. Seperti hari ini, Aji kembali disergap wanita tidak tahu malu itu di kantornya.

“Aji, aku mohon. Tidak bisakah kita memperbaiki ini? Manusia tidak ada yang sempurna dan mereka rentan terhadap kesalahan. Plis, berikan aku satu kesempatan lagi,” desak Bella dengan mata yang sudah memerah menahan tangis. 

Mendengar penjelasan sang mantan, Aji tertawa mengejek. “Rentan kesalahan? Tapi, bukan berarti tidak bisa berpikir hingga tidak bisa menghindari kesalahan itu, ‘kan?”

Bella terdiam. Ia bingung harus menjawab apa. Tidak pernah terpikirkan olehnya Aji akan sedingin ini dan secerdik itu merespon. “Bukankah sebuah kesalahan pertama berhak atas kesempatan kedua?” ucapnya seolah terus memohon.

“Tsk! Berhenti dengan omong kosongmu. Apa yang kamu perbuat itu bukan sebuah kesalahan, Bella. Yang telah kamu lakukan adalah memilih untuk selingkuh!” 

Aji pun kembali berjalan menuju lobi kantor. Tapi, Bella tidak pantang menyerah. Ia terus mengikuti Aji dan memohon meski tak dihiraukan Aji. Sampai akhirnya, Bella dengan lantang menangkap pergelangan tangan Aji dan menahannya.

“Lepas!” Tatapan Aji langsung berubah tajam. Sayang, pria tidak boleh memukul. Kalau tidak, Aji pasti sudah menendang parasit ini. 

“Ji, aku mohon. Kemarin Papa kenalin aku sama anak temannya. Papa mau pernikahan aku tetap berjalan karena dia malu kalau aku batal nikah apalagi semua relasi dan karyawannya sudah dengar kalau aku akan menikah 3 bulan lagi. Apalagi, undangan yang belum disebar, sehingga memungkinkan nama kamu masih bisa diganti. Tapi, aku nggak mau nikah sama dia, Ji. Aku cuman cinta sama kamu! Jadi Papa mau aku nikah sama anak temennya karena kamu sudah membatalkan semuanya,” ucap Bella menyesali perbuatannya.

“Lalu, apa urusannya denganku?” tanya Aji dengan ekspresi datar dan suara tanpa perasaan. 

Bella terkejut melihat tidak adanya reaksi dari Aji ketika mendengar Bella akan dinikahi oleh pria lain. Sudah tidak ada lagikah perasaan cinta untuknya? Tiga tahun mereka menjalin hubungan, namun semudah itu Aji melupakannya?

“Kalau kamu memang tidak mau menikahi anak teman papa kamu…” 

Bella seketika bersemangat kembali saat mendengarkan kalimat itu. Dia pikir Aji akan luluh, tapi detik berikutnya, kenyataan menampar Bella.

“Nikahi saja teman bercintamu yang kemarin itu,” Aji melanjutkan kata-katanya.

Wajah Bella langsung memerah mendengar perkataan vulgar Aji. “Aji! Dia bukan teman…”

“Aku nggak peduli siapa dia yang sudah tidur denganmu! Intinya, jangan ganggu aku lagi. Kita sudah selesai. Tolong punya malu sedikit!” Aji langsung menghempaskan tangan Bella.

Bella yang kesal pun berbalik menyerang Aji. “Jangan hanya menyalahkan aku! Kamu sendiri bagimana? Begitu cepat melupakan cinta kita. Tiga tahun, Aji! Kalau kamu bisa semudah itu melepaskan aku, maka sudah pasti kamu juga berselingkuh, iya ‘kan?!”

Suara Bella meninggi hingga menarik perhatian orang-orang di lobi kantor. Begitu juga dengan Syadira, salah satu staf resepsionis di kantor Aji, yang sedang melewati keduanya sambil membawa paket. Suara Bella mengagetkannya hingga mematung di tempat.

Dahi Aji berkerut dan ekspresinya semakin mendingin. “Terserah kamu mau bicara apa. Sekarang pergi!”

Bella kembali terkejut dengan ketidakpedulian Aji. Dia pikir tuduhannya bisa membuat Aji panik karena takut nama baiknya tercemar. Itu juga alasan mengapa dia meninggikan suaranya. Namun, kenyataannya, Aji benar-benar tidak peduli. 

“Aji, kamu–” 

“Mohon maaf, Mbak.” Kalimat Bella terpotong oleh Syadira. “Apapun permasalahannya, saya harap anda bisa menyelesaikannya secara pribadi dan tidak membuat kegaduhan di kantor ini. Suara anda sudah merusak suasana kondusif kami sehingga mohon maaf, tapi saya harus meminta anda untuk meninggalkan tempat ini.” 

Bella yang masih menggebu-gebu pun tidak bisa membendung amarahnya ketika ditegur oleh Syadira. Dia merasa dipermalukan sehingga membalasnya dengan mendorong tubuh Bella. Paket di genggaman Syadira pun langsung terjatuh bersamaan dengan dirinya.

“Bella!” Aji yang kaget berteriak dan berangsur membantu Syadira, begitu pula dengan karyawan lainnya yang lewat. Keributan ini juga menarik perhatian satpam di lobi yang langsung menghampiri Bella.

“Benar ‘kan kamu selingkuh! Dia ‘kan j*l*ng yang merebutmu dariku?! Pantas saja dia ikut campur! Dasar tidak tahu malu, merebut sesuatu yang bukan milikmu. Kamu goda tunanganku dengan tubuhmu…”

Belum sempat Bella menyelesaikan kalimatnya, Syadira sudah menamparnya. “Jaga mulut anda ya Mbak. Anda yang berselingkuh tapi malah menuduh orang. Saya memang hanya karyawan biasa di sini tapi saya tidak sehina itu!” 

Lalu, Syadira menatap pak satpam dan berkata, “Tolong bawa dia, Pak.”

Aji melihat Bella yang masih mencoba melawan saat diseret keluar lalu melirik Syadira. “Saya minta maaf atas kekacauan tadi dan apa yang sudah diperbuat mantan saya.”

“Tidak apa-apa, Pak. Saya mengerti.” Syadira hanya tersenyum kecil, menganggukkan kepalanya dan meninggalkan Aji.

Namun, baru satu langkah, langkah Syadira langsung dihentikan lagi oleh Aji. Syadira pun melihat tangannya yang digenggam Aji. Aji spontan melepasnya.

“Maaf, saya hanya ingin meminta tolong kepada kamu. Oh ya, siapa namamu?” tanya Aji.

“Syadira, Pak,” jawab Syadira tegas namun sopan.

“Salam kenal, Syadira. Saya Aji.” Aji tersenyum. Wajahnya semakin terlihat tampan hingga membuat pipi Syadira memerah.

“Sebelumnya, terima kasih ya atas bantuanmu tadi. Lalu, maaf kalau saya agak lancang, tapi saya benar-benar butuh bantuan.” Aji melanjutkan pembicaraannya.

Aji menatap lurus ke arah Syadira dengan ekspresi penuh keseriusan. “Maukah kamu berpacaran denganku?”

Syadira tersedak. “Maaf??” 

“Ah! Maksudku bukan macam-macam. Hanya saja kejadian tadi membuatku mengerti kalau Bella tidak akan menyerah andai kamu tidak menengahi kami. Jadi, saya pikir dengan berpacaran kontrak, Bella akan meninggalkan saya. Kontrak dalam arti kamu bisa mengajukan beberapa syarat sebagai timbal balik kamu sudah membantu saya. Bagaimana?” Aji membujuk Syadira agar mau membantunya.

Syadira mengangguk mengerti meski merasa ini sangat aneh. Tiba-tiba diminta menjadi kekasih kontrak oleh seorang Sekretaris CEO, yang juga merupakan anak dari CEO tempat ia bekerja. Ini terasa bukan seperti kekasih tapi hanya seperti tameng untuk melawan mantan. Namun, melihat Aji yang tak berdaya di hadapan Bella yang tebal muka, Syadira merasa iba.

Akhirnya, Syadira dengan ragu menerima permintaan Aji. “Boleh, tapi mari kita diskusikan dulu syaratnya ya, Pak, agar tak merugikan saya di kemudian hari.”

Aji merasa lega mendengar jawaban Syadira dan langsung menarik Syadira menuju ruangannya. Sementara itu, Syadira menatap malu tangannya yang masih digenggam Aji. 

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!