Sistem Reinkarnasi Lucia

Keesokan harinya Lucia diperintahkan Duke untuk mengajari 100.000 lebih Prajurit Khusus. Lucia sudah berbaikan dengan Duke mengingat kepercayaan yang Duke berikan pada Lucia.

Lagi pula Lucia dicerita ini inginkan adalah agar keluarganya bebas dari hukuman gantung. Tentu saja Lucia harus lebih dekat pada keluarga untuk mengetahui kejadian dari penyebab tergantungnya kepala mereka.

Menurut Lucia yang ada dicerita seluruh keluarganya dijebak oleh Damian yang saat itu telah jadi Raja. Maka tujuan Lucia sekarang adalah menggagalkan usaha Damian untuk menjadi putra mahkota.

Clair tetap harus menjadi Putra Mahkota. Meski pun dia agak kejam tapi dia menjunjung tinggi kesetiaan pada kerajaan dan tidak pernah berkhianat dengan kerajaan lain tak seperti Damian yang akan menghalalkan segala cara untuk menjadi Raja.

Lucia tiba di gunung belakang kediaman Lamboerge. Ternyata terdapat banyak bangunan-bangunan yang menjulang agak tinggi menjadi tempat tinggal para prajurit biasa.

Tidak jauh dari sana ada lebih dari sepuluh ribu tenda yang berdiri. Di sana pastilah tempat tinggal sementara untuk Prajurit Khusus Lamboerge.

Lucia tiba di sana dan langsung di sambut oleh Dawson untuk diarahkan ke lapangan latihan Prajurit Khusus yang perjalanan mencapai 1 jam berjalan kaki.

Dari kejauhan Lucia melihat lautan manusia yang sedang latihan bersama di pimpin oleh Danny secara langsung sementara Lion membetulkan gerakan-gerakan prajurit yang salah.

"Dawson. Berapa lama mereka akan di sini?"

"Mungkin sekitar 3 bulan Nona. Tuan Duke ingin Nona melatih mereka dengan pertarungan tangan kosong untuk meningkatkan kemampuan mereka."

Lucia mengangguk ringan kemudian Dawson bertanya kembali. "Apakah waktunya cukup Nona untuk belajar pertarungan hanya dalam waktu 3 bulan?"

"Waktunya cukup. Aku akan memberikan mereka pelatihan mematikan dan pertarungan tangan kosong paling berbahaya sehingga meningkatkan kemampuan mereka."

"Eh, Nona. Bisakah saya belajar juga? Sayang sekali saat itu saya tidak bisa melihat keterampilan Nona. TAN sangat kagum pada Nona, dari kemarin mereka tidak berhenti bercerita pada Prajurit Khusus lainnya betapa hebatnya pukulan dan tendangan Nona."

"Tentu saja boleh."

1000 Prajurit berderet dengan setiap 100 Prajurit di belakang mereka. "Seperti ini apakah efisien untuk belajar pertarungan. Bukankah lebih baik dibagi jadi 2?"

Lion berhenti mengajar dan menghampiri Lucia. "Bagaimana membagi mereka?"

"500 orang di kiri dan 500 orang di kanan di ikut oleh 100 orang di belakangnya. Bukankah itu lebih efisien?" Danny dan Lion setuju mereka membagi Prajurit menjadi 2 bagian seperti yang Lucia katakan.

"Kak bisakah saya ambil alih?"

Lucia sudah melupakan amarahnya pada Lion, lagi pula dia dan kakaknya yang lain juga datang dan ingin melindunginya. Lucia hanya berharap Lucia yang ada di novel ini bisa melihat bahwa keluarganya begitu mencintai dan menyayanginya.

Lucia mengambil sebuah alat dari jubahnya dan menempatkan bagian bawahnya di tanah agar bisa berdiri tegak. Alat kecil itu kemudian dengan otomatis memanjang sekitar 2 meter.

Bentuk bagian paling atas seperti toa atau pengeras suara yang memiliki 2 sisi. Masing-masing mengarah ke Prajurit yang saling berhadapan.

Dengan sebuah benda kecil yang Lucia pasang di dadanya saat dia berkata maka suara tersebut juga keluar dari pengeras suara dan menjangkau seluruh pendengaran Prajurit dari yang paling depan hingga belakang.

"Tes, tes, apakah suaraku terdengar oleh semua prajurit?"

"Ya, terdengar," ucap mereka serempak.

"Baiklah semuanya saya adalah putri bungsu dari Duke Lamboerge. Hari ini dan seterusnya dalam tiga bulan ke depan saya akan memberikan kalian pelatihan untuk pertarungan tangan kosong."

"Seperti yang kalian ketahui saya sudah mengalahkan Pangeran Damian. Tapi mungkin dari kalian masih belum percaya tentang kekuatan saya."

"Jika begitu saya minta seseorang yang paling kuat dari kalian untuk melawan saya. Kali ini saya akan menunjukkan sedikit ilmu pertarungan tangan kosong yang mungkin bisa membuat pingsan seketika."

"Apa ada yang mau berkorban?"

Pertanyaan dilontarkan tapi belum ada yang maju. Seorang pria besar melihat ke kiri dan ke kanan bahwa tidak ada yang maju dia berinisiatif menunjuk tangan dan berteriak. "Saya bersedia."

Pria bertubuh besar berotot dengan kulit sangat gelap dan wajahnya cukup seram. Ada bekas luka di pelipisnya. Rambutnya juga gimbal sebahu menambah kesan gelap dan mengerikan.

"Saya tidak percaya gadis sekecil anda bisa merubuhkan pertahanan tubuh saya yang kuat,"ucap pria besar itu dengan percaya diri. "Nama saya adalah Asoka," lanjutnya lagi.

Lucia yang saat itu mengenakan kemeja dan celana panjang serta rambut panjangnya diikat jadi leluasa untuk bergerak.

Pria itu memasang kuda-kuda saat Lucia mulai menyerang. Sapuan kuat ke arah pelipis pria itu membuatnya merasa pening dan pandangannya menggelap.

Suara dentuman keras akibat pingsannya Asoka membuat semua Prajurit Khusus yang melihatnya terpaku tak bergerak. Mata mereka membesar dan mulut mereka ingin mengatakan sesuatu tapi suara mereka berhenti begitu saja.

"Teknik tadi menggunakan kekuatan pada pukulan tangan. Sebenarnya bukan hanya teknik saja yang penting, tapi titik lemah pada manusia itu juga penting."

"Ada beberapa titik lemah pada manusia yang ketika diserang mereka akan pingsan dan keadaan paling buruk adalah kematian."

"Sebelumnya bangunkan dulu Asoka agar pengajaran kita bisa berlanjut dengan dia sebagai modelnya." Beberapa Prajurit mulai menyadarkan Asoka. Dia pun segera bangun dan menghampiri Lucia. Sekali lagi dia tidak bisa percaya bahwa dia kalah pada gadis kecil itu.

"Kali ini tidak usah bertarung, kau diam saja karena aku akan mengajarkan yang lain tentang titik lemah pada tubuh manusia."

"Baik Nona."

Lucia yang entah mendapatkan dari mana sebuah kayu kecil panjang yang berguna untuk menunjukkan titik-titik di tubuh Asoka.

"Bagian paling lemah manusia terletak pada pelipis, mata, dagu, tepi leher, jakun, ulu hati, ********."

"Jika kalian menyerang bagian tubuh tersebut dengan tepat sasaran maka mereka yang terkena serangan bisa pingsan atau berakhir koma. Bisa juga berakhir dengan kematian."

Lucia terus mengajarkan banyak hal. Dia bahkan mengambil sebuah alat seperti televisi yang memiliki layar yang sangat panjang sehingga semua orang bisa melihat isi video di dalamnya. Lucia memerintahkan mereka untuk menonton video beladiri di dalam selama 3 jam.

Lucia juga membagi mereka dalam beberapa kelompok. Prajurit Khusus terbagi atas 1.052 regu dengan anggota tiap regu ada 100 orang. Tiap regu memiliki 3 pemimpin seperti Prajurit Khusus 123 yang memiliki TEN (Tan,Erick, dan North) sebagai pemimpinnya.

1.052 regu itu memiliki pemimpin sebanyak 3.156 orang. Prajurit inti itulah yang Lucia ajari beberapa jurus pertarungan tangan kosong. Kemudian prajurit-prajurit itu akan mengajarkan jurusnya pada kelompok mereka.

Tiba-tiba saja seorang remaja menghampiri Lucia. Wajahnya tampak akrab tapi Lucia tidak mengingatnya.

"Kau siapa?"

Wajah pria muda itu nampak sedih karena Lucia melupakannya. "Saya Valley, Nona."

Lucia langsung tercerahkan. "Ah, bocah 10 tahun yang belajar pedang waktu itu kan? Apa yang kau lakukan di sini?"

"Saya sudah masuk menjadi Prajurit Khusus pada usia 13 tahun dan saya menjadi Prajurit Khusus termuda dengan nilai terbaik."

Lucia tak henti memuji kehebatan Valley tapi Valley mulai mengingatkan janji Lucia yang akan menjadikannya Ksatria.

"Valley, untuk menjadi ksatriaku tidak cukup hanya menjadi prajurit dengan nilai terbaik saja. Aku akan memberimu satu ujian lagi yaitu kau harus mengalahkan mereka semua." Lucia menunjuk semua Prajurit Khusus. "Setelah kau mengalahkan mereka semua, datanglah padaku. Aku akan mengajarimu berbagai jurus ilmu beladiri."

"Jadi setelah itu apa aku bisa menjadi Ksatria Nona?"

Lucia meletakkan tangannya dan mengelus kepala Valley. "Tentu saja, aku akan membawamu kemana pun aku pergi. Kita akan menjelajahi dunia ini."

"Apa Nona berjanji?"

"Baiklah, aku berjanji padamu." Valley tersenyum sedikit dan kembali ke barisan untuk berlatih.