Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Menolak
Terdengar suara tangisan bayi di sebuah basecamp motor, Dara berhasil melahirkan bayi laki-laki yang sehat.
Dokter Lala yang membantu proses melahirkan begitu miris karena melihat kondisi Dara yang melahirkan dengan seragam sekolah.
"Apa kalian sudah membeli keperluan bayi?" tanya dokter perempuan itu.
Galang bergegas mengambil sebuah kotak yang sudah dia persiapkan, kotak itu berisi keperluan bayi yang dia beli secara online.
"Kenapa tidak dicuci dulu," protes dokter Lala karena semua baju bayi masih dalam bungkus plastik.
"Aku tidak tahu kalau harus dicuci," balas Galang.
Tidak mau berdebat, dokter Lala segera membersihkan bayi dan memotong tali pusatnya. Lalu bayi itu diberi popok dan dipakaikan baju serta bedong bayi.
Galang terus memperhatikan dokter Lala supaya dia mengerti cara mengurus bayinya nanti.
"Mau menggendongnya?" tanya dokter Lala.
Dokter itu memberitahu cara menggendong bayi pada Galang. "Buat bayinya nyaman pasti tidak akan menangis!"
Dengan canggung pemuda itu menggendong bayinya. Wajah bayi itu mirip dengannya dan Dara.
"Bibu, ini papa," ucap Galang seraya mencium bayi yang masih merah itu.
Galang mendekatkan pada Dara yang masih lemas, gadis itu menangis karena tidak percaya sudah melahirkan bayi dengan kondisinya yang masih sekolah.
Sembilan bulan yang tidak mudah, Dara mengalami banyak hal dan mentalnya begitu dipermainkan. Namun, setelah melihat Bibu lahir rasanya sudah terbayarkan walaupun setelah ini tidak akan mudah.
"Tugasku sampai di sini, sesuai perjanjian aku tidak ingin terlibat lebih jauh," ucap dokter Lala berpamitan.
Galang menganggukkan kepalanya, bagaimanapun dia tetap berterima kasih pada dokter itu.
"Tidak apa-apa, sebentar lagi anak-anak pasti akan datang. Aku akan membersihkan semuanya dan mengubur ari-ari Bibu, semua akan baik-baik saja," ucap Galang berusaha membuat Dara tidak berpikir terlalu berat supaya tidak setres.
Selagi menunggu teman-temannya, Galang mencari baju ganti untuk Dara lalu membersihkan kasur tempat untuk melahirkan sebelumnya.
Setelah semua bersih, Dara istirahat dengan memeluk Bibu di sampingnya.
Galang mengusap wajahnya kasar, sungguh hari yang berat tapi dia harus segera membereskan kekacauan yang ada.
Di luar basecamp, dokter Lala berpapasan dengan Adam yang baru saja datang.
Lelaki itu baru diberitahu oleh asistennya setelah keluar dari ruangan rapat. Adam langsung bergegas mendatangi basecamp karena takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Namun, Adam justru mendapati dokter Lala yang masih belum meninggalkan basecamp.
"Aku benar-benar tidak mau terlibat dengan masalah ini, anggap bantuanku ini untuk menebus kesalahanku di masa lalu. Aku akan pindah praktek dan tidak akan mengganggu keluargamu lagi," ucap dokter Lala. Dia sudah memikirkan hal ini semenjak pertama kali Galang mendatanginya.
Adam mendengus kasar, dia sangat membenci perempuan itu.
"Aku tidak mau melihatmu lagi jadi jangan sampai memperlihatkan wajahmu di depanku setelah ini," balas Adam penuh penekanan.
Tidak mau terlibat dengan keluarga Bamantara lagi, dokter Lala memilih mundur teratur. Keluarga itu akan menghadapi masalah lebih serius ke depannya.
Sebelum masuk ke basecamp, Adam diam sejenak karena kali ini masalah Galang cukup serius, adiknya membawa kehidupan baru. Bayi tidak berdosa yang akan menjadi konflik besar dalam keluarga Bamantara.
"Buka pintunya!" perintah Adam pada asistennya.
Asisten Adam membuka pintu seperti garasi itu dan Adam langsung masuk ke dalam.
Di dalam sana, Galang masih sibuk membersihkan bekas-bekas yang dipakai untuk kelahiran bayinya.
Rencananya Galang akan membuang semua itu termasuk baju seragam Dara. Pasti gadis itu masih mempunyai seragam cadangan.
Galang tidak sadar kalau diperhatikan oleh kakaknya yang baru datang.
"Ke mana kau akan menguburnya?" tanya Adam.
Mendengar suara Adam, Galang terkejut setengah mati.
"Kau!" kesal Galang. "Kenapa bisa ada di sini?"
"Kali ini kau sungguh keterlaluan, kau hampir menghilangkan dua nyawa sekaligus," ucap Adam. Dia ingin marah tapi waktunya tidak tepat. "Tinggallah di tempatku, Dara dan bayinya butuh tempat yang nyaman!"
"Aku tidak memerlukan bantuanmu!" tolak Galang. Dia masih saja keras kepala.