NovelToon NovelToon
Wajah Tersembunyi

Wajah Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Pengganti / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Mafia
Popularitas:73
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

Dara, seorang detektif yang menangani kasus pembunuhan berantai harus menelan kenyataan pahit. Pasalnya semua bukti dan saksi mengarah padanya. Padahal Dara tidak kenal sama sekali dengan korban maupun pelaku, begitu juga dengan anggota keluarga dan saksi-saksi yang lain.


Dalam keadaan yang terpojok dan tanpa bantuan dari siapapun, Dara harus berusaha membuktikan bahwa dirinya tidak terlibat dalam aksi pembunuhan keji tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Saat Dara hendak membuka pintu mobil, segera dia mengurungkan niatnya, karena mendapati Amelia baru saja keluar dari kantor polisi. "Kenapa dia bisa menjalani hidup sedingin itu?" gumam Dara seraya menatap wajah kakaknya yang datar dan nampak kaku.

Dara terus memperhatikan kakaknya yang berjalan masuk ke mobil, hingga mobil kakaknya keluar dari parkiran polisi, barulah Dara turun. 

***

Setibanya di ruangan, Dara melihat sudah banyak sekali orang, Dara pun segera melihat ke arah Dani seraya mengisyaratkan meminta penjelasan. Dani segera beranjak dari duduknya dan mendekatinya Dara. "Mereka semua adalah juri inti yang diundang oleh perusahaan kakakmu," bisik Dani. 

Dara pun segera mengerti dan berjalan ke arah mejanya. Setiap anggota tim segera meminta keterangan pada mereka semua terkait kematian putri Pak Bagas. 

"Apa yang terjadi setelah acara juri selesai?" tanya Dara pada Arum.

"Kami mampir ke restoran cepat saji, milik salah satu juri inti," jawab Arum.

"Siapa?" tanya Dara.

"Fara, dia memiliki restoran cepat saji yang dekat dengan perusahaan," jawab Arum.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Dara.

"Kami hanya makan bersama, tapi... " Arum menghentikan ucapannya. Dara pun juga terdiam, menunggu Arum siap untuk menyampaikan.

Arum menyatukan kedua tangannya yang saat ini ada di atas meja, dia juga mencengkeramnya dengan gelisah, hal itu tentu saja tidak luput dari penglihatan Dara. 

Grep.

Dara pun segera memegang tangan Arum. "Tidak apa, katakan saja, aku pastikan keamanan untukmu," ucap Dara mencoba memberi keyakinan pada Arum.

Arum segera menarik nafas dalam. "Kami bertiga. Aku, Dita, dan juga Bu Yuri pulang dengan menumpang taxi milik Pak Dion. Bu Yuri turun lebih dulu, karena memang rumah Bu Yuri adalah yang terdekat. Lalu... " Arum menatap meja dengan tatapan kosong, seakan dia tengah kembali pada kejadian malam itu.

Malam Itu.

"Siapa yang turun berikutnya?" tanya Pak Dion.

"Dia," Jawab Arum dan Dita bersamaan sembari saling menunjuk.

"Arum, aku lihat sejak tadi Pak Dion selalu mengambil celah dan menatapmu melalui kaca spion, jadi lebih baik kamu saja yang turun lebih dulu," bisik Dita.

"Tapi aku merasa bahwa Pak Dion menatap anda bukan menatapku," sanggah Arum. Rupanya mereka berdua sama-sama merasakan gelagat yang aneh dari Pak Dion.

"Lebih baik anda yang turun lebih dulu," ucap Arum.

"Tidak, kamu saja, aku bisa menjaga diri," ucap Dita.

"Kalau begitu kita turun sama-sama, nanti aku akan panggil taxi yang lain," ucap Arum.

"Tenang saja, ayahku adalah seorang kepala polisi, jadi tidak akan terjadi apapun padaku," ucap Dita.

"Benarkah?" tanya Arum memastikan.

"Hmb, tentu saja," jawab Dita.

"Dari situlah aku baru tenang meninggalkannya sendirian di taxi," ucap Arum pada Dara, setelah dia menceritakan kejadian malam itu di dalam taxi.

"Jadi kamu mencurigai Pak Dion?" tanya Dara.

"Bukan seperti itu, aku hanya mengatakan kalau Pak Dion adalah orang terakhir yang bersama Dita malam itu," jelas Arum.

"Oke, aku mengerti, tapi ada kalanya kamu juga harus berhati-hati, karena kamu pasti juga tahu, bahwa salah satu penjahat telah kabur, sebelum adanya pembunuhan ini,"

"Karena korbannya adalah salah satu anggota juri inti, maka ada baiknya kamu juga terus waspada," ucap Dara.

"Hmb, baik," jawab Arum.

***

Di luar ruang detektif.

"Apa kalian mau mampir lagi?" tanya Fara saat baru saja Arum memberikan keterangan. Dilihatnya di luar ruang ada Fara, Putri, Lara, Bu Yuri, dan Pak Didik.

"Arum, mari kita mampir ke tempat Fara, kami tadi sengaja menunggumu hingga selesai," ajak Bu Yuri.

"Kemana yang lain?" tanya Arum.

"Mereka pulang, karena ada urusan," jawab Pak Didik.

"Ya sudah, ayo kalau begitu," ucap Arum sembari mengulas senyum.

Mereka pun segera pergi ke restoran cepat saji milik Fara dan mengobrol di sana.

***

"Menurut kalian siapa pembunuhnya?" tanya Bu Yuri yang mulai membuka suara.

"Apa mungkin si Jena? Kalian lihat sendiri kemarin dia begitu frontal," ucap Lara.

"Arum, kemarin yang turun paling terakhir dari taxi Pak Dion siapa?" tanya Bu Yuri, semua orang pun segera menatap Arum dan menunggunya berbicara.

"Dita yang turun paling terakhir," jawab Arum sesuai fakta.

"Pak Dion memang juga mencurigakan, dia tidak begitu banyak berbicara dan tatapannya juga sedikit aneh," sahut Lara. Sementara Fara dan Putri hanya diam saja mendengar yang lain saling bertukar pendapat.

"Kenapa dia bisa meninggal dengan mengenaskan seperti itu?" ucap Bu Yuri dengan bergidik ngeri.

"Siapapun itu, semoga saja pelakunya segera ditemukan," ucap Arum dengan wajah yang menyesal.

"Seandainya kemarin aku tidak meninggalkannya di taxi sendirian," gumam Arum.

"Kenapa kamu seperti itu, belum tentu juga Pak Dion pelakunya," ucap Putri.

"Hmb, benar juga, semua belum terbukti," sahut Arum.

"Sepertinya kita akan sering bertemu untuk kedepannya," sahut Jena.

"Benar juga, sepertinya pertemuan kita sudah dirancang," ucap Lara.

"Bukan dirancang, tapi pertemuan kita adalah sebuah takdir," sahut Bu Yuri.

"Kalau begitu mari kita jadikan tempat Fara ini sebagai tempat pertemuan," ucap Pak Didik yang sedari tadi tidak berargumen sama sekali.

Mereka pun segera makan. Meskipun mereka baru saja bertemu, tetap saja kejadian itu membuat trauma tersendiri untuk beberapa orang yang ada disana.

***

Di kantor.

Mendapat keterangan dari Arum mengenai Pak Dion. Dara dan Dani pun melakukan pengintaian pada juri-juri tersebut, dan pengintaian khusus pada Pak Dion. 

Dara dan Dani langsung mengikuti semua juri yang tadi baru selesai memberikan kesaksian, setelah memastikan tidak ada hal yang aneh. Dara dan Dani pun memutuskan untuk mengintai Pak Dion.

Dengan singkat mereka berdua sudah sampai di perusahaan taxi tempat Pak Dion bekerja. Tentu saja mereka melakukan pengintaian dari jarak jauh menggunakan teropong. Terlihat saat itu Pak Dion sedang bersiap untuk berangkat kerja, beliau meletakkan segala sesuatu yang beliau butuhkan di bagasi mobil.

"Apa itu mantel hitam?" tanya Dani yang terus fokus menggunakan teropong.

"Mana?" tanya Dara.

"Yang baru saja Pak Dion letakkan di bagasi mobil," jawab Dani.

"Ayo," ajak Dara yang segera beranjak.

Mereka berdua pun segera meletakkan teropong mereka dan Dani segera melajukan mobilnya.

Ciiiit.

Tepat saat Pak Dion keluar dari gerbang perusahaan, Dara dan Dani juga baru sampai, sehingga mereka hampir saja bertabrakan.

"Hais," kesal Pak Dion.

Namun saat menyadari yang keluar dari mobil adalah dua detektif yang beliau temui saat memberikan keterangan tadi, Pak Dion pun berusaha meredakan emosinya dengan cepat.

"Ada apa lagi mereka ini," gumam Pak Dion sembari membuka kaca mobilnya.

"Ada apa? Aku mau bekerja," ucap Pak Dion.

"Buka bagasi mobilmu," ucap Dani.

Huft.

Pak Dion menghembuskan nafas kasar, beliau bersiap menekan tombol untuk membuka bagasi mobil. Namun hal lain yang malah terjadi, Pak Dion segera memundurkan mobilnya dan melajukannya lagi dengan kencang.

"WOY !!!" teriak Dani.

Dara dan Dani pun segera berlari lagi ke mobilnya dan berusaha secepat mungkin mengejar Pak Dion, tapi karena mobilnya menghadap ke arah yang berlawanan, hal itu membuat Dani tertinggal sangat jauh, karena dia harus memutar mobilnya terlebih dahulu.

"Cepatlah!" geram Dara sembari menggertakkan giginya. Dani tidak menyahuti, dia lebih memilih untuk terus fokus pada kemudinya, agar bisa cepat menyusul Pak Dion.

Sirine polisi pun dibunyikan dan mereka berdua melakukan pengejaran. Cukup lihai juga Pak Dion dalam mengemudikan mobilnya hingga di jalan sempit sekalipun, sehingga Dara dan Dani sedikit kesulitan untuk mendapatkan beliau.

Pak Dion juga menerobos trotoar, sehingga harus membuat Dara turun dari mobil dan mengejarnya lewat jalan memotong. Dengan kekuatan fisik Dara yang luar biasa, Dara terus berlari dengan kencang dan akhirnya dia pun sampai di persimpangan jalan lebih dulu. Dara segera menodongkan pistol dengan kedua tangannya ke arah mobil Pak Dion. Namun bukannya segera berhenti, Pak Dion malah menancap gas mobilnya semakin kencang, sehingga membuat semua orang yang ada di sekitar mereka berteriak histeris dan menyuruh Dara agar cepat minggir. 

Dara yang sudah berpengalaman pun tidak gentar dengan ancaman Pak Dion yang seakan hendak menabrak nya. Pak Dion pun juga demikian, beliau pun juga tidak gentar dengan Dara yang tengah menodongkan pistol padanya. 

Tap.

Tap.

Tap.

Saat mobil tersebut semakin dekat dan dekat, Dara sudah memasang kuda-kuda pada kakinya. Dara pun melompat, hingga melewati atap mobil Pak Dion, lalu dia segera berbalik badan dan membidik.

Dor!

Dor!

BRUUUAAAK!!

Dara segera menembak ban mobil Pak Dion, sehingga Pak Dion pun oleng dan menabrak pohon-pohon di sekitar trotoar.

"Kenapa dia harus membuat kerusuhan seperti ini!" kesal Dara yang sudah tahu, bahwa sebentar lagi dirinya akan mendapatkan omelan dari Pak Tedi.

"Good job," ucap Dani yang baru saja tiba di lokasi.

"Good job gundulmu!" kesal Dara sembari berjalan ke arah taxi yang dikendarai Pak Dion. Dani pun hanya bisa tertawa melihat temperamen partnernya yang tidak pernah berubah, tapi disisi lain Dani sangat bangga, mempunyai senior yang sangat gigih seperti Dara.

"Kenapa kamu malah kabur?" tanya Dara saat baru saja membuka pintu taxi. Pak Dion tidak menjawab, mengetahui posisinya yang sudah terjepit dan beliau juga tidak ada persiapan, akhirnya Pak Dion pun pasrah saat diborgol oleh Dara.

Setelah Pak Dion aman. Dani pun segera membuka bagasi taxi dan mengambil setiap benda yang ada di sana, tentu saja menggunakan sarung tangan. Dara juga sudah menghubungi tim untuk menjemput Pak Dion, karena Dara akan memeriksa setiap sudut taxi tersebut.

***

"KENAPA BISA SEPERTI INI!!!" Benar saja, baru saja Pak Tedi sampai di lokasi, beliau segera mengeluarkan kodamnya dengan suara menggema. Dara dan Dani yang saat ini sedang berada di dalam taxi pun hanya bisa saling bertukar pandang dengan  perasaan was-was.

BRAAK, BRAAK, BRAAAK !!!

"KELUAR!" teriak Pak Tedi sembari menggebrak taxi.

Glek.

Dara dan Dani hanya bisa menelan saliva mereka dengan gugup. "Kuharap kalian bisa bertanggung jawab dengan kekacauan ini," ucap Pak Tedi saat mereka berdua baru keluar dari taxi.

"Kami melihat dia memasukkan mantel hitam di bagasi, saat kami ingin bertanya dia kabur, maka dari itu kami mengejarnya," jelas Dani, sementara Dara membuang muka sembari memainkan bibirnya.

"Bawa dia ke kantor," ucap Pak Tedi pada Tara, menyuruh agar Tara membawa Pak Dion lebih dulu.

"Lanjutkan yang kalian lakukan dan segeralah kembali ke kantor, aku akan menghubungi perusahaan taxi," ucap Pak Tedi.

Seketika Dara dan Dani saling menoleh dan bertukar pandang. "Tumben cuman gitu doang," bisik Dani.

"Tumben kita gak di rujak di depan warga," imbuh Dara. 

"BERGERAKLAH!" teriak Pak Tedi yang melihat Dara dan Dani masih mematung. Mereka berdua pun segera masuk lagi ke taxi dan memeriksa setiap sudut, seperti rencana semula.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!