Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20 : Kembali pulang ke rumah
Liana memutuskan untuk pulang dan tidak melanjutkan sesi keduanya dengan Dimas karena merasa adanya perbedaan pendapat dan pikiran, mengenai apa yang sedang ia perjuangkan dan percayai.
Sementara itu Dimas langsung memberi laporan kepada ibunya Liana mengenai pertemuannya hari ini dengan anak dari wanita itu.
"Halo, Nak Dimas, bagaimana tadi setelah bicara sama Liana?" Tanya wanita itu langsung begitu mengetahui Dimas yang menelepon.
"Iya sudah, sepertinya Liana masih begitu berat untuk menerima fakta soal Yudis dan Tiara," balas Dimas menjelaskan hasil pengamatannya.
"Bener 'kan? Anak itu susah sekali untuk dinasehati! Sudah gak bisa!" Wanita itu mengadu perihal sikap keras-kepala anaknya itu.
"Memang susah sih, Bu, apalagi kalau sudah terlanjur sayang dan cinta..., kadang orang bisa lupa segalanya...." Dimas kurang lebih memahami situasi Liana yang kayaknya agak mirip dengan seseorang.
"Lalu, apa Nak Dimas ada cara lain gitu, supaya Liana enggak terus-terusan mikirin Yudis?" Wanita itu terdengar begitu peduli.
"Apa ya...? Untuk saat ini saya masih ingin mengetahui apa yang diinginkan Liana selain keinginannya untuk bersama Yudis...," jawab Dimas yang belum bisa menentukan solusi terbaik untuk Liana saat ini.
"Ibu serahkan masalah Liana ini ke kamu ya, Nak Dimas. Pokoknya saya percaya sama kamu seratus persen," ujar si wanita seakan ia ingin menitipkan Liana di tangan Dimas.
"Baik, Bu. Saya akan mencoba melakukan yang terbaik," ujar Dimas.
Setelah itu telepon pun dimatikan. Dimas kembali duduk di kursinya dan menatap kertas dokumen yang berisi keterangan dari ibunya Liana soal Liana.
"Hah..., kadang orang memang bisa jadi gila karena cinta...," ucapnya seraya menghela napas panjang.
...----------------...
Di kediaman rumah orangtua Risa, Yudis terlihat baru sampai. Mobilnya sempat berhenti sesaat di depan pintu gerbang sebelum seorang pelayan buru-buru berlari dan membukakan pintu untuknya.
Ibunya Liana sempat melihat keluar dan langsung menghela napas kasar begitu melihat Yudis yang datang.
"Mbok, siapkan air dingin untuk Pak Yudis!" Ujarnya langsung berteriak duluan kepada ART-nya.
"Siap, Nya!" Sambut si pelayan yang dengan cekatan pergi ke dapur untuk mengambil air dingin.
Yudis dengan tergesa menghampiri wanita itu yang tengah berdiri di ambang pintu.
"Bu!" Ujarnya yang langsung memberi salam dengan hormat.
"Liana lagi gak ada di rumah," ucap wanita itu dengan nada yang sedikit ketus.
"Saya kemari bukan ingin ketemu Liana, tapi ingin bicara dengan Ibu," balas Yudis tanpa basa-basi.
Wanita itu mengamati Yudis dengan lekat. Ia sedikit berdecak kesal, tapi pada akhirnya menyuruh Yudis untuk masuk mengikutinya.
.
.
Ia mengajak Yudis untuk berbicara di ruangan kerja suaminya yang berada pada bagian belakang area rumah, buat antisipasi kalau Liana pulang jadi gak langsung melihat mereka.
"Duduk." Wanita itu meminta Yudis untuk langsung duduk di dalam ruangan yang persis kantor itu. Luas dan mewah dengan segala fasilitas kantor lengkap, juga lemari berisi buku-buku bisnis dan sejarah.
Yudis mendadak gugup begitu berada di dalam ruangan itu. Tapi sebisa mungkin ia tidak memperlihatkannya di hadapan ibunya Liana.
"Apa yang mau kamu bicarakan?" Tanyanya langsung kepada Yudis.
"Mengenai hubungan saya dengan Liana..., saya ingin menyudahi semua ini dan saya harap anda menepati semua janji anda pada waktu itu." Intonasi suara pria itu berubah. Menjadi lebih datar dan serius.
"Kamu mau meninggalkan anak saya dalam keadaan terpuruk seperti ini?" Wanita itu menatap Yudis dengan kesal.
"Tapi saya gak bisa terus berbohong, wanita yang saya cintai itu Tiara bukan Liana!" Jawab Yudis dengan tegas mengungkapkan isi hatinya.
"Tapi Liana...." Wanita itu ingin berbicara, tapi Yudis sudah memotongnya.
"Tolong, pikirkan juga Tiara. Dia sedang hamil! Sungguh-sungguh hamil! Pikirkan perasaannya!" Yudis menyerang titik terlemah seorang wanita. Meminta ibunya Liana untuk mencoba mengerti sulitnya posisi Tiara saat ini.
"Apa kamu gak bisa mencoba untuk bertahan? Tunggulah beberapa saat lagi...." Wanita itu tampak memohon kepada Yudis demi putrinya.
"Tiara akan segera melahirkan dan saya ingin bisa selalu bersama menemaninya...," jawab Yudis dengan tekad yang sudah bulat.
"Liana sangat mencintai mu, Yudis! Apa kamu gak bisa merasakan itu? Kenapa Tiara?" Pada akhirnya wanita itu mengeluhkan keputusan Yudis yang masih saja tetap memilih Tiara.
"Sejak awal, gak seharusnya saya melakukan pernikahan ini kepada Liana kalau bukan karena perjanjian yang anda tawarkan kepada saya," ucap Yudis akhirnya berterus-terang mengenai alasannya menerima pernikahan itu.
"Perjanjian apa maksudmu, Mas?" Liana tiba-tiba saja sudah ada di sana. Ia berada di ambang pintu menatap tajam ke arah sang suami.
"Li-Liana? Sejak kapan kamu pulang?" Ibunya terlihat panik.
"Baru saja," jawab Liana cuek. "Tolong jelaskan ke Liana, apa maksud mas Yudis tadi?? Perjanjian apa yang kalian lakukan?" Liana menuntut sebuah jawaban. Ia mencium ada sesuatu yang mereka sembunyikan lagi darinya.
"Gak ada perjanjian apa-apa kok, Li!" Sang ibu seperti cepat-cepat langsung menutupi.
"Bu, kenapa sih bohong? Aku gak tuli! Liana dengar kalian punya perjanjian! Kenapa semua orang suka banget menyimpan rahasia dari Liana sih?" Liana mendadak skeptis kepada ibunya sendiri. Ia masih trauma dengan semua pengkhianatan yang terjadi. Yudis dan Tiara, semua teman-temannya, keluarga besar Yudis, dan sekarang ibunya sendiri?
"Ibu gak bohong, Li! Itu hanya perjanjian kecil, iya 'kan Yudis?" Wanita itu melirik ke arah Yudis seolah meminta pembelaan.
Tapi pria itu hanya mendengus kecil, seolah ia tak ingin lagi terlibat dengan apapun yang terjadi di keluarga Liana.
"Yudis, kamu apa-apaan sih?!" Wanita itu menegur Yudis dengan hati gusar.
"Aku dan Ibumu memang ada perjanjian," ucap Yudis yang malah melakukan tindakan yang sebaliknya dari permintaan ibunya Yudis.
"Yudis! Astaga, kamu!" Ibunya Liana langsung terlihat panik dan marah. Wajahnya itu memerah karena kesal.
"Perjanjian apa yang kamu lakukan sama Ibuku, Mas?" Liana dengan cepat beralih fokus ke arah Yudis.
"Ibu kamu menjanjikan saham perusahaan," jawab Yudis secara terang-terangan.
"Bu?! Apa maksud semua ini?" Jelas saja Liana langsung terkejut dan tak percaya setelah mendengar ucapan dari Yudis. Liana merasa tak memiliki harga diri lagi sebagai perempuan.
"Jadi kamu, mau nikah sama aku karena itu, Mas?" Liana menarik pakaian pria itu kuat-kuat. Wajahnya sudah memerah akibat emosi yang sudah sampai di ujung kepalanya.
"An, aku cinta sama Tiara...."
Pengakuan Yudis mengenai perasaannya membuat Liana seperti ditampar keras. Dia gak menyangka kalau Yudis masih mengatakan hal itu di depan hidungnya sendiri, bahkan ketika sang ibu bersamanya.
"Kamu benar-benar gak tau malu, Mas!" Sebuah tamparan keras akhirnya mendarat di wajah tampan pria itu. "Selama ini kita pacaran, menjalin hubungan dan kamu nikah sama aku buat apa!?" Ia berteriak keras dan memukul-mukul tubuh pria itu sekencang dan sekeras yang ia bisa.
"Makanya aku datang kemari ingin mengajukan perpisahan! Aku gak mau membuat kamu menderita lebih lama lagi, An!" Balas Yudis yang entah kenapa dia saat ini terlihat cukup peduli.
"Enggak Mas! Demi Tuhan aku gak bakal biarin kamu bersatu sama Tiara! Aku lebih baik mati!" Ujar Liana berkeras.
"Yudis, kamu pulang dulu! Cepat, sana!" Wanita itu memegangi Liana dan meminta Yudis pulang.
"Gak, Mas Yudis gak boleh pulang!" Liana menarik lengan baju pria itu kuat-kuat. "Aku mau pulang...," ucapnya dengan sikap yang berubah tenang.
"Li, kamu benar-benar mau pulang?" Sang ibu menatap anaknya dengan wajah khawatir. Apalagi tadi sempat ada ancaman tersirat.
"Iya, aku harus pulang jadi aku bisa mengawasi mereka." Liana memandang Yudis dengan tajam.
"Hmph, terserah kalau kamu mau ikut pulang." Pria itu mendengus pelan, "aku tunggu di luar," ucapnya kemudian yang segera berjalan keluar rumah untuk menunggu Liana di dalam mobil.
"Li...?" Sang ibu menepuk pelan pundak Liana dengan kekhawatiran.
"Liana bisa, Bu. Aku gak bakal biarin mereka bahagia di atas penderitaan ku!" Balas Liana dengan tangan mengepal.
Bagaimana selanjutnya kisah Liana? Apa dia sanggup menghadapi semuanya? Kenapa dia begitu keras kepala?
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...