Marsya adalah seorang dokter umum yang memiliki masa lalu kelam. Bahkan akibat kejadian masa lalu, Marsya memiliki trauma akan ketakutannya kepada pria tua.
Hingga suatu malam, Marsya mendapatkan pasien yang memaksa masuk ke dalam kliniknya dengan luka tembak di tangannya. Marsya tidak tahu jika pria itu adalah ketua mafia yang paling kejam.
Marsya tidak menyangka jika pertemuan mereka adalah awal dari perjalanan baru Marsya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata ketua mafia yang bernama King itu ada kaitannya dengan masa lalu Marsya.
Akankan Marsya bisa membalaskan dendam masa lalunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Jalan-jalan
Menjelang pukul 13.00 siang, King bersiap-siap karena dia akan menjemput Arsy dan juga Ratu. "Sayang, apa kamu mau ikut menjemput Arsy dan juga Ratu?" seru King.
"Tidak King, aku sedang tidak enak badan," tolak Tessa.
"Ya, sudah kamu istirahat saja lagipula aku tidak mau di hari pernikahan kita, kamu sampai sakit," ucap King.
Tessa terdiam, King menghampiri Tessa dan mencium kepala Tessa. Tidak ada respon apa pun dari Tessa, dan King segera pergi untuk menjemput anak-anak. Sementara itu, Marsya mengajak Arsy dan Ratu untuk jajan di pinggir jalan, mereka tampak bahagia.
"Bu dokter, ini apa? kok rasanya enak," ucap Ratu.
"Itu jajanan Bu dokter saat masih kecil, makan saja karena dijelaskan juga kalian gak bakalan ngerti," sahut Marsya.
Arsy dan Ratu makan dengan lahap, hingga tidak lama kemudian King datang dan tampak marah kala melihat kedua anak itu makan makanan sembarangan. King langsung mengambil makanan itu dan membuangnya membuat ketiganya kaget. "Kenapa kalian memakan makanan seperti itu?" bentak King.
"Itu enak, Daddy," sahut Arsy.
"Enak apanya, bagaimana kalau kalian keracunan atau pun makanan itu sengaja diberi racun oleh dia," seru King sembari menoleh ke arah Marsya.
Marsya yang merasa dituduh sangat tersinggung. "Maaf Tuan, aku tidak pernah punya niat sejahat itu. Lagipula apa untungnya jika aku meracun Arsy dan Ratu," kesal Marsya.
"Tidak ada yang tahu dengan niat kamu, yang jelas untuk ke depannya jangan sampai kamu memberi anak-anak makanan sembarangan!" bentak King.
King menarik tangan Arsy dan Ratu untuk masuk ke dalam mobil. Marsya begitu sangat marah dan kesal kepada King yang dengan seenaknya menuduh Marsya yang macam-macam. Selama dalam perjalanan, semuanya diam tidak ada yang bicara sedikit pun.
King sedikit merasa bersalah. "Apa kalian mau jalan-jalan ke Mall?" ajak King tiba-tiba.
Arsy dan Ratu langsung tersenyum dan bahagia. "Serius, Uncle mau ngajak kita jalan-jalan?" tanya Ratu tidak percaya.
"Iya," sahut King singkat.
"Horeeee....." kedua anak itu sangat bahagia, berbeda dengan Marsya yang masih terlihat kesal kepada King.
Sesampainya di Mall, Arsy dan Ratu sangat kagum membuat Marsya sedikit menyunggingkan senyumannya. "Miris sekali, uang mereka banyak tapi mereka tidak pernah masuk ke dalam Mall," batin Marsya.
Mereka langsung menuju ke time zone, dan membiarkan Arsy dan Ratu memainkan semua mainan yang ada di sana. "Tuan, aku permisi ke toilet dulu," pamit Marsya.
"Jangan berani-berani kabur kamu," ancam King.
"Memangnya aku bisa kabur dari Tuan? walaupun aku kabur, pasti Tuan akan bisa menemukanku," sahut Marsya datar.
"Bagus kalau kamu sadar."
Marsya mendelikan matanya, dia pun dengan cepat mencari toilet karena dia sudah tidak tahan. Sementara itu, Marisa dan Takeda sedang jalan-jalan di Mall itu juga. Tidak lupa, beberapa pengawal mengikuti mereka dari belakang.
"Pa, bukanya itu King," tunjuk Marisa.
"Mana?" tanya Takeda.
"Itu."
Takeda mengikuti arah tunjuk putri bungsunya. "Akhirnya aku bisa menemukan dia," gumam Takeda dengan senyumannya.
Takeda pun segera menghampiri King. "Wow, langka sekali bisa melihat kamu jalan-jalan di Mall seperti ini," ucap Takeda dengan senyumannya.
King terkejut, tapi dia tidak membalikkan tubuhnya untuk melihat karena dari suaranya dia tahu jika itu Takeda. King melihat ke arah anak-anak yang sedang asyik bermain trampolin tidak jauh dari dirinya berdiri. "Sial, ini yang aku takutkan membawa anak-anak jalan-jalan keluar. Jangan sampai dia tahu kalau Arsy anak aku dan juga Tessa," batin King.
"Ya ampun King, aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Ternyata kamu semakin tampan saja," ucap Marisa sembari merangkul lengan King dengan centilnya.
King dengan cepat menghempaskan tangan Marisa membuat Marisa kesal. "Di mana kamu menyembunyikan putriku?" tanya Takeda.
King lagi-lagi hanya mengangkat ujung bibirnya tanpa mau menjawab pertanyaan Takeda. Pria paruh baya itu geram, dia pun mencengkram jas King dengan amarah yang memuncak. "Jangan main-main denganku, cepat katakan di mana kamu menyembunyikan Tessa?" bentak Takeda.
"Buat apa aku memberitahukanmu? anak kamu sendiri kabur dari rumahmu, itu tandanya dia tidak mau hidup denganmu," sahut King dengan senyumannya.
"Kurang ajar, kembalikan Tessa kepadaku atau jalur perdagangan kelompokmu akan aku tutup sehingga kamu tidak akan bisa melakukan transaksi antar negara lagi," ancam Takeda.
King menghempaskan tangan Takeda. "Aku tidak takut denganmu, lagi pula bukanya Tessa sudah lama mati? bukanya kalian lihat jika mobil yang dikendarai Tessa jatuh ke jurang dan hancur?" sahut King dengan tatapan tajamnya.
Takeda tertawa. "Memangnya kamu pikir aku bodoh? mobil Tessa memang jatuh dan hancur tapi setelah diselidiki tidak ada tubuh Tessa di dalam mobil itu dan aku yakin jika Tessa masih hidup dan kamu menyembunyikannya," ucap Takeda.
King terus saja melirik ke arah anak-anak, dia takut tiba-tiba anak-anak memanggilnya dan Takeda akan tahu. King tidak mau sampai Takeda mengetahuinya karena kalau sampai Takeda tahu nyawa anak-anak dalam bahaya. "Marsya ke mana, kenapa dia lama sekali?" batin King.
"Cari saja sampai ketemu, dan buktikan jika Tessa berada denganku," ucap King sembari pergi meninggalkan Takeda.
Takeda sudah memerintahkan anak buahnya untuk menangkap King namun Marisa menahannya. "Jangan Pa, ini tempat umum jangan macam-macam Papa bisa ditangkap oleh polisi mana sekarang Papa adalah seorang buronan," bisik Marisa.
Takeda hanya bisa menahan amarahnya. King sudah berada di depan matanya tapi dia sama sekali tidak bisa menangkapnya. Marisa pun mengajak Takeda untuk pulang, namun Takeda tidak sengaja melihat Arsy dan Ratu yang masih asyik bermain.
"Cantik sekali anak-anak itu, aku mau mereka," ucap Takeda.
"Papa, stop! ayo kita pergi," paksa Marisa.
"Kalian harus bisa membawa anak-anak itu kepadaku," perintah Takeda.
"Baik, Tuan."
Anak buah Takeda memutuskan untuk memantau Arsy dan juga Ratu atas perintah Takeda. Sedangkan Takeda dipaksa untuk pulang oleh Marissa. Di tempat lain, Marsya terduduk di lantai sembari memeluk kedua lututnya bahkan tubuhnya bergetar hebat dan keringat sudah keluar dari seluruh tubuh Marsya.
"Ternyata Tuan King mengenal pria biadab itu," batin Marsya.
Tadi selesai dari toilet, Marsya cepat-cepat kembali karena dia tidak mau King menuduhnya yang lain-lain lagi. Tapi, pada saat hendak mendekat dari kejauhan Marsya melihat King sedang berbicara dengan pria paruh baya yang selama ini sedang Marsya cari. Traumanya kembali kambuh, tubuh Marsya lemas dan menggigil dia masih merasakan takut yang luar biasa melihat pria paruh baya yang sudah menghancurkan masa depannya itu.