"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Kepergian istri dan anakku membuat perasaan ini tak karuan, pikiran negatip mulai terbayang pada otak kiri. Membuat kaki ingin sekali melangkah menghampiri mereka.
Aku bergegas menganti pakaian, untuk segera mencari keberadaan mereka. Hanya saja pikiran ini kembali termenung, seketika aku merasa bingung sendiri.
Bergumam dalam hati, (Bodoh kamu Rendi, mau cari kemana mereka.)
Memarahi diri sendiri, lupa jika aku tidak mempunyai petunjuk, untuk mencari tahu keberadaan mereka.
Aku berusaha berpikir keras, mengutak ngatik ponsel yang terasa tak karuan. Berusaha tetap tenang, hingga aku mengingat akan satu hal.
"Bukannya Sarah mempunyai sosial media. Ah, aku bisa cari tahu dari sana."
Pas sekali, setelah membuka sosial media yang tak pernah aku buka. Aku menemukan semua yang aku ingin tahu dari sini, terlihat poto Sarah bersama anak-anak sedang bermain di suatu tempat.
Suatu mall besar yang sudah tak pernah aku kunjungi bersama Sarah dan anak-anak, terakhir kali berbelaja di mall besar saat usia Lulu lima bulan. Karena kesibukan pekerjaan membuat aku lupa rasanya berpergian bersama mereka, hanya sekedar jalan jalan menghirup udara segar pun aku tak sempat.
"Apa mungkin mereka ada di mall ini. Tapi tunggu."
Terlihat suatu kejanggalan dari poto yang baru saja aku lihat, sengaja jari tangan ini memperbesar poto yang bergambar istri dan anakku.
"Ini siapa?"
Ada sebuah gambar kepala yang terlihat jelas pada poto istriku, poto yang sengaja di edit dan di buang sebagian.
"Sialnya wajahnya tak terlihat!"
Tak ingin mengeluarkan banyak waktu, aku bergegas pergi untuk segera menemui mereka.
"Semoga saja mereka ada di mall."
Aku bergegas menaiki mobil, menutup pintu mobil dengan keras. Perasaan saat ini benar benar tak karuan, terlebih lagi setelah melihat poto istriku di sosial media.
Menginjak pedal gas, sengaja mengendari mobil dengan kecepatan tinggi agar segera sampai.
Hingga gedung besar sudah terlihat, gedung yang bertuliskan mall mentari.
Memarkirkan mobil, bergegas keluar dari mobil untuk segera masuk ke dalam mall besar itu. Hatiku semakin tak karuan, pikiran negatif terus mengelilingi isi kepala.
"Dimana ya mereka."
Kedua mataku terus memindai kerumunan yang ada di mall, sebari mencari keberadaan Sarah dan anak-anakku. Berkeliling kesana kemari aku tak menemukan keberadaan mereka.
"Kemana mereka."
Aku mulai menatap kembali layar ponsel, melihat poto istri dan anakku, mencari tempat dimana mereka berpose.
"Ini, mereka sempat berpoto di sini."
"Rendi."
Tangan lembut tiba tiba menyentuh bahuku, dengan suaranya yang memanggil namaku. Menoleh ke arah belakang.
Wanita itu tersenyum lebar, kedua matanya berbinar.
"Lidia?"
Wanita berambut panjang berwajah tirus itu menganggukan kepala. Ia kembali memegang lengan tanganku." Ternyata kamu masih ingat namaku. Gimana kabarmu?"
"Baik!" Menjawab dengan singkat, saat ini aku tak ada waktu untuk mengobrol dengan wanita itu. Yang aku butuhkan sekarang mencari keberadaan Sarah.
"Oh ya, Ren. Sudah lama kita nggak ketemu."
Aku hanya tersenyum kecil, saat Lidya memulai kembali obrolan.
"Oh ya, Ren." Wanita itu mulai menoleh ke arah kiri dan kanan, terlihat ia seperti mencari sesuatu.
"Mana anak istrimu, tumben kamu sendirian aja di sini."
Aku ingin cepat-cepat menyudahi percakapan ini, hanya saja aku berusaha menghargainya, karena bagaimanapun dia sahabatku dari kecil.
"Eh, justru itu aku sedang mencari keberadaan istriku, oh ya kamu lihat tidak Lidya?" tanyaku padanya, dengan berharap jika Lidya tak banyak lagi bercakap.
Lidya tampak binggung. " Ehh, aku baru aja datang. Dan nggak tahu keberadaan istrimu!"
"Aku kira kamu lihat, ya sudah aku duluan ya. Aku mau cari istri dan anakku dulu." Melambaikan tangan sambil berjalan pergi.
Tiba-tiba ia menghentikan langkah kakiku." Tunggu, Ren."
Aku berusaha tak mendengarkan teriakannya, berjalan kembali, namun sialnya Lidya malah berlari menghampirku hingga langkah kami berdua sejajar.
"Aku ikut cari istri dan anakmu, udah lama kan aku nggak ketemu kamu, semenjak kamu menikah kita jarang sekali bertemu. "
Menghela napas, lagi-lagi aku merasa tak enak hati menolak keinginannya. Sampai akhirnya aku mengiyakan ucapannya.
"Ya sudah kalau mau ikut cari, sekalian aku perkenalkan istriku dan anak-anakku. Kamu belum kenal mereka kan?"
Aku melirik Lidya yang berjalan di sampingku.
"Ah iya, maaf ya waktu kamu menikah aku nggak datang. Kamu tahukan aku begitu sibuk dengan pekerjaanku."
"Sudah lupakan, aku mengerti kok. Dan sekarang kesempatan aku memperkenalkan istri dan anakku."
"Eh iya."
Langkah kaki Lidya terhenti begitu saja, aku yang menyadari hal itu membalikkan badan ke arahnya. Berjalan mendekat.
"Kenapa, Lidya?"
Lidya terlihat gelisah, sesekali matanya tampak tak fokus menelihat pertanyaanku." Aku lupa Ren, ada urusan. Jadi kapan-kapan aja ya aku ketemu istri dan anakmu."
"Ya sudah kalau begitu."
"Aku pergi dulu ya.*
Lidya terburu-buru pergi, berjalan begitu cepat. Dia menoleh ke arahku dengan tatapan aneh, membuatku merasa ada sesuatu yang tidak beres.
"Ah, lupakan lah. Sebaiknya aku fokus mencari keberadaan Sarah."
Sampai akhirnya aku menemukan keberadaan Sarah dan anak-anakku, mereka berada di lantai ke dua. Terlihat Sarah tertawa gembira sambil menikmati makanan di atas meja.
Begitupun dengan anak-anak yang terlihat senang. Aku bergegas menemui Sarah, menaiki eskalator yang tak jauh dihadapanku.
Hingga di pertengahan eskalator yang sedang berjalan, terlihat jelas, di hadapan Sarah ada seorang laki laki yang begitu menatapnya dalam. Laki-laki itu memiliki rambut yang beruban.
"Siapa dia? kenapa laki laki itu begitu senang ketika menatap istriku. Dan mana mungkin Sarah selingkuh dengan laki-laki tua itu, dimana harga diriku."
Rasanya tak sabar ingin menemui Sarah, menanyakan siapa laki-laki yang duduk berhadapan dengannya.