Rasa trauma karena mahkotanya direnggut paksa oleh sahabat sendiri membuat Khanza nekat bunuh diri. Namun, percobaannya digagalkan oleh seorang pria bernama Dipta. Pria itu jugalah yang memperkenalkannya kepada Vania, seorang dokter kandungan.
Khanza dan Vania jadi berteman baik. Vania menjadi tempat curhat bagi Khanza yang membuatnya sembuh dari rasa trauma.
Siapa sangka, pertemanan baik mereka tidak bertahan lama disebabkan oleh perasaan yang terbelenggu dalam memilih untuk pergi atau bertahan karena keduanya memiliki perasaan yang sama kepada Dipta. Akhirnya, Vania yang memilih mundur dari medan percintaan karena merasa tidak dicintai. Namun, Khanza merasa bersalah dan tidak sanggup menyakiti hati Vania yang telah baik padanya.
Khanza pun memilih pergi. Dalam pelariannya dia bertemu Ryan, lelaki durjana yang merenggut kesuciannya. Ryan ingin bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu. Antara cinta dan tanggung jawab, siapakah yang akan Khanza pilih?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Lima
Setelah sarapan, Mama Lily pamit. Dia sebenarnya mau ke supermarket. Kerena Vania yang telah lama tak datang ke rumah sehingga dia berinisiatif datang sendiri.
"Vania, Tante pamit dulu. Cobalah pikirkan ucapan Tante. Kamu dan Dipta itu pasangan yang serasi. Seorang pengusaha bersanding dengan seorang dokter. Cinta itu bisa datang jika kita sering bersama. Seperti kata pepatah Jawa, 'Witing tresno jalaran soko kulino artinya cinta hadir karena terbiasa," ucap Mama Lily.
"Tante, aku harap jangan memaksa Dipta untuk menerimaku. Takutnya nanti Dipta salah sangka. Aku dan Dipta sudah seperti saudara kandung. Akan canggung nantinya jika Tante berencana menjodohkan kami," ucap Vania.
Vania takut nanti Tante Lily masih saja membahas ini di rumah. Dia melihat Dipta yang tak suka dan tak nyaman saat mamanya menjodohkan mereka.
Saat keduanya sedang bicara, Khanza keluar dengan menggendong putranya. Sepertinya wanita itu tak menyadari ada tamu, mamanya Dipta.
Dipta yang masih sarapan langsung berdiri melihat Khanza yang keluar dari kamar. Membuat mamanya jadi heran. Mama Lily lalu menatap interaksi keduanya. Dia melihat Dipta yang antusias mendekati wanita itu dan langsung mengambil alih menggendong Mika.
"Apa itu teman kamu, ibunya bayi yang tadi Tante gendong?" tanya Tante Lily sambil matanya terus menatap ke arah Dipta.
"Iya, Tante. Itu Khanza. Ibunya Mika," jawab Vania.
"Dia tinggal di sini atau sekedar melahirkan saja? Dipta sepertinya akrab banget," balas Tante Lily lagi.
"Dia tinggal di sini, Tante. Makanya Dipta juga sangat akrab dengan Khanza," ujar Vania. Dia tak mau mengatakan antara Dipta dan Khanza ada hubungan istimewa. Takutnya Dipta tak mengizinkan.
Bagi Vania itu adalah urusan pribadi Dipta. Biar dia saja nanti menjelaskan pada mamanya siapa Khanza dan ada hubungan apa mereka berdua.
"Apa dia tak memiliki suami? Kenapa tinggal denganmu?" tanya Tante Lily lagi. Sepertinya dia sedikit curiga melihat putranya yang begitu akrab dengan Khanza dan bayinya.
Khanza dan Dipta tak menyadari jika mereka jadi pusat perhatian sang ibu. Dia pikir sang mama telah pergi di antar Vania hingga ke halaman rumahnya.
"Nggak ada, Tante. Aku tak menanyakan itu. Biarlah itu menjadi rahasia pribadinya."
"Kamu harus hati-hati. Dia bisa menjadi duri dalam daging untuk hubungan kamu dan Dipta!" seru Tante Lily.
"Tante, aku tak ada hubungan apa pun dengan Dipta kecuali sebagai sahabat," ucap Vania, dia ingin ibu dari Dipta itu paham.
Tanpa di duga, Tante Lily berjalan mendekati kedua orang itu. Vania terpaksa mengikuti. Dadanya berdetak lebih cepat, takut Tante Lily curiga dan akhirnya memarahi Khanza.
"Tante, mau apa?" tanya Vania. Dia takut Khanza akan jadi stres jika dimarahi.
Namun, Tante Lily tak mendengar pertanyaan Vania. Terus saja berjalan menuju dapur. Kali ini dia melihat Dipta yang duduk di samping Khanza, sambil menggendong bayinya wanita itu, Dipta menemani sarapan.
"Hhmmmm ...." Tante Lily sepertinya sengaja berdehem untuk menyadari Dipta jika masih ada orang lain di dekatnya.
Dipta dan Khanza memandang serempak ke arah mamanya pria itu. Dipta tampak terkejut ketika menyadari kalau mamanya masih berada di rumah Vania. Sedangkan, Khanza yang tak mengetahui siapa wanita itu, memberikan senyuman semringahnya.
"Sarapan, Mbak, Bu," ucap Khanza.
"Siapa kamu sebenarnya?" tanya Mama Lily.
"Aku ...?" tanya Khanza dengan wajah keheranan. Dia tentu saja tak paham apa maksud dari pertanyaan wanita itu.
"Ya, siapa kamu? Kenapa begitu akrabnya dengan Dipta?" Kembali Mama Lily bertanya.
Dipta yang merasa keadaan tak kondusif berdiri dari duduknya. Dia menatap wajah Vania minta penjelasan. Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu.
"Tante, tadi sudah aku jelaskan, kalau Khanza ini sahabatku. Dia tinggal di sini untuk menemaniku. Sekarang sebaiknya kita ke ruang keluarga saja. Biar Khanza sarapan," ajak Vania.
Khanza masih belum mengerti dan paham siapa wanita itu. Dia masih memandangi satu persatu dari mereka untuk meminta penjelasan.
"Khanza, ini mamaku," ucap Dipta menjelaskan. Dia tak mau wanita itu terus bertanya-tanya ada apa sebenarnya ini. Dipta lalu meminta bibi untuk membawa Mika ke kamar. Bayi itu memang telah terlelap karena tadi Dipta memberinya susu formula.
Khanza lalu berdiri dan mengulurkan tangannya, tapi mama Lily mengacuhkan. Dia membiarkan uluran tangan itu mengambang di udara. Dipta yang melihat itu jadi tak enak hati dengan wanitanya.
"Ma, itu Khanza mengulurkan tangannya!" seru Dipta dengan penuh penekanan.
Mama Lily akhirnya menyambut uluran tangan Khanza. Wanita itu lalu tersenyum sambil menyebut namanya.
"Khanza ...," ucap Khanza.
"Di mana suamimu? Kenapa kamu tinggal dengan Vania?" tanya Mama Lily.
Pertanyaan Mama Lily membuat Khanza terkejut. Wajahnya tampak berubah. Vania yang menyadari itu, menarik tangan Tante Lily untuk menjauh dari dapur, walau itu membuat mamanya Dipta itu menjadi heran. Dia membawa Tante Lily langsung menuju teras rumahnya.
"Kenapa kamu memaksa Tante pergi? Apa salahnya Tante bertanya begitu?" tanya Tante Lily.
Vania tampak menarik napas dalam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Dipta yang mengikuti mereka juga melakukan hal yang sama. Menarik napas untuk meredakan amarah di dadanya. Tak mungkin dia marah dengan mamanya itu.
"Ma, itu privasi seseorang. Tak pantas Mama tanyakan pada orang yang baru dikenal!" ujar Dipta berusaha berucap senormal mungkin agar tak terlihat emosi dalam setiap perkataannya.
"Apa salahnya Mama bertanya begitu? Vania ini terlalu baik. Dia tak akan mau menanyakan itu. Dia pasti langsung menolong melihat orang yang kesusahan, tanpa mau tau latar dari orang itu. Bisa saja dia wanita tak baik yang hamil di luar nikah!" seru Mama Lily dengan suara yang cukup tinggi.
Vania jadi terkejut mendengar ucapan wanita yang telah melahirkan pria yang dia cintai itu. Dia takut Khanza mendengarnya.
"Tante, aku yakin Khanza orang baik. Jadi jangan diragukan itu," ucap Vania mencoba meyakinkan Tante Lily.
"Vania, jadi orang jangan terlalu baik. Kamu juga harus mengutamakan diri sendiri. Tante yakin kamu sebenarnya memiliki perasaan yang lebih dari sahabat buat Dipta. Kamu tau, kehadiran wanita itu bisa membuat Dipta berpaling darimu. Tante juga yakin sebenarnya Dipta juga mencintai kamu. Tapi dia belum menyadari itu, tapi kehadiran wanita lain, membuat dia langsung berpaling," ucap Mama Lily.
"Apa maksud Mama?" tanya Dipta.
"Mama bisa melihat dari sikapmu, jika kamu menyukai wanita itu. Tapi perlu kamu ingat, Dipta. Mama tak akan merestui hubunganmu dengan wanita itu. Wanita yang tak diketahui asal usulnya!"
Setelah mengucapkan itu, Tante Lily lalu berjalan menuju ke mobilnya yang terparkir. Sebelum masuk, wanita itu lalu berucap, "Vania, ingat ucapan Tante. Jika kamu memang mencintai Dipta jangan diam saja. Berusahalah menarik perhatiannya. Dan jangan beri ruang buat wanita lain masuk ke dalam hatinya," ucap Mama Lily.
Mama Lily lalu melakukan mobilnya dengan kecepatan sedang meninggalkan halaman rumah dokter kandungan itu.
Dipta lalu berjalan mendekati Vania yang masih berdiri di halaman rumahnya. Dia tampak sedikit emosi. Pria itu lalu memegang tangan Vania dengan cukup keras.
"Apa yang telah kau katakan pada Mama?" tanya Dipta.
Vania jadi terkejut dan heran dengan pertanyaan pria itu. Dia merasa tak mengatakan apa pun.
saya Khanza...eh salah..saya khenzo 😁🤣😅🙏
vania semoga km menemukan jodoh yg baik di tempat yg baru ya
Semoga kalean selalu dalam lindungan Alloh SWT dan selalu di jaga oleh mama Reni 🤗🤗😍😍