Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...
lanjut baca part-nya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4
"Eh Nin!, tau nggk yang namanya Roni di kelas XI IPS 3?",
'Deg!' jantungku berdetak kencang, 'mengapa hanya menyebut namanya saja bikin aku deg-degan yah!'
" Emmm...iya tau, kenapa?" Lirik ku pada Dilla dan berusaha mengatur dekat jantungku, nampak terlihat Dila tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin.
"Dia tinggal di mana yah?" Dila tidak menjawab pertanyaanku dan malah balik bertanya,
"Aku satu kampung sama dia, emangnya kenapa sih tanya tempat tinggal?"
"Orangnya bagaimana yaah Nin?" Tanyanya lagi,
'Jangan-jangan yang Dila suka Roni lagi', batinku was-was karena melihat Dila yang begitu detail menanyakan tentang Roni.
"Ciee...yang lagi jatuh cinta" Ucapku mengejek, sengaja membuat Dila mengatakan sesuatu.
Tapi, Dila hanya diam saja tidak merespon. Aku melihatnya masih melihat ke cermin dan tersenyum. 'Apa maksudnya Dila?, apakah dia benar-benar suka Roni?', batinku tak percaya.
"Ayolah Nin!, bagaimana pendapatmu mengenai Roni?" Desak Dila kepadaku,
"Emm...dia itu orangnya baik, dan humoris" Ucapku seraya menghentikan kegiatanku di westafel dan menatap pantulan diriku dicermin.
Dila terlihat tersenyum, tanpa merespon lagi.
"Duluan yah!"
"Eh, mau kemana?"
"Ke kantin sebentar,"
Dila menghentikan kegiatannya dan pergi meninggalkanku,
'Ya Tuhan, apa ini?, Enggak-rnggak, aku belum tau kebenarannya. Selagi Dila belum mengatakannya secara langsung, mana bisa aku menyimpulkannya terlalu cepat.' Batinku menggelengkan kepala.
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari toilet dan menuju ruang kelas. Walaupun sekarang masih jam istirahat, aku memutuskan untuk ke kelas saja menikmati makan siangku,
Belum saja aku sampai di depan kelas, tuh kelas udah rame ajah sama cewek-cewek antri.
"Pada ngapain sih?" Bisikku pelan,
Dan akhirnya aku melangkah sedikit dan mencari informasi ada apa gerangan.
"Eh!, ada pembagian sembako yah?" Tanyaku pada salah satu cewek dalam antrian itu.
"Nggk!, ini nih OSIS lagi rekrut anggota untuk ikut Cerdas cermat mewakili SMA kita," Jawabnya,
"Terus kenapa di sini?"
"Mmm..mm" Dia hanya mengangkat bahunya tidak tau,
Akupun menerobos masuk karena ingin istirahat dan mengambil bekal yang kubawa. Tapi, saat aku masuk dan melihat si wakil ketua OSIS bersama dengan jajarannya malah duduk dibangku ku membuat aku kesal,
"Heh Iyan!, ngapain buka pendaftaran di sini?"
"Emangnya napa?, ini kan juga kelas kita bersama bukan elo doang yang punya nih kelas"
"Iya, tapi kan ini meresahkan tau."
"Resah apanya sih!, kan kita buka pendaftaran cuman sebentar doang!"
"Ih!,..."
Ada ajah jawabannya, bikin tambah kesel ajah nih orang. Akupun hanya inisiatif untuk mengambil tasku dan berlalu pergi dari hadapannya. Saat berlama-lama lihat si wakil ketua OSIS songong ini bikin aku jadi naik darah ajah.
"Nih!"
Iyan memberikan aku selembar kertas,
"Apa ini?"
"Formulir pendaftaran"
"Nggk, aku nggk niat mau daftar juga"
"Ambil ini, sebagai permintaan aku yang udah bantuin kamu"
"Hah?, bantuin aku?, kapan?, seinget aku kamu cuman nambah beban doang!"
"Yah, bantuin kamu saat kamu pingsan lah!, masih inget?"
"Nggk!" Ucapku sambil mengambil tasku yang tak jauh dari Iyan dan lalu berlalu pergi dari hadapannya.
Tanpa aku sadari, sesuatu jatuh dari dalam tasku.
Aku yang nggk tahan melihat Iyan langsung keluar dari dalam kelas,
"Emangnya orang pingsan bisa inget apa?" Omelku sambil berjalan keluar dari kelas.
____skipp, setelah beberapa menit mencari tempat untuk makan,
"Nyam..nyam..." Lahapku saat makan di bawah pohon depan perpustakaan. Sengaja memilih tempat ini karena tempatnya nggk sebising saat dikelas.
Mungkin agak aneh memang, kalau biasanya tuh makan di kantin atau di kelas, ini malah depan perpus. Apalagi dengan bekal yang kubawa dari rumah, membuat nuansa kayak anak TK. Beberapa pasang mata menatapku heran, tapi aku nggk peduli dengan tatapan mereka, biar ajah mereka menatapku. Sekarang aku hanya fokus mengisi perutku ini, dari pada nanti lapar.
Saking fokusnya makan, aku tak sadar ada seseorang yang menatapku dari seberang sana. Tak sengaja manik mataku bertemu dengan manik matanya yang selalu menatapku dari jauh.
"Uhuk!" Sontak aku tersedak,
'Ngapain sih, Roni melihatku. Aku jadi salting gini...' Batinku menetralkan jantungku yang selalu saja berdetak kencang saat melihat Roni.
"Glek!" Aku mulai minum dan melanjutkan makananku. Tapi, aku malah makin salah tingkah ketika melihat Roni menghampiriku.
'Aduh!, jangan ke sini!' Batinku seraya berusaha menahan degupan jantungku yang semakin beralun kencang.
"Sendirian ajah Nin." Ucapnya seraya duduk didekatku.
"Ahhh...iya, soalnya di kelas banyak orang." Jawabku ngasal berusaha tenang,
"Hhhh...lucu!",
Roni malah tertawa dan itu membuatku bingung,
" Ahh..lucu?"
"Kamu ditanya apa, malah jawabnya apa"
'Bego banget lu Nin, konsentrasi, konsentrasi...' Batinku berusaha menetralkan jantung dan pikiranku.
"Heheh..begitulah aku"
"Bagaimana dengan tanganmu?, udah nggk papa?"
'OMG!, Roni masih ajah khawatirin aku.'
"Nggk, kok. Ini lukanya udah tertutup" Ucapku seraya memperlihatkan bagian telapak tanganku yang tergores akibat jatuh tadi pagi.
"Sini!"
"Apa?"
"Sini tanganmu!"
Roni tiba-tiba menarik tanganku ke hadapannya, sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya.
"Mau apa?"
"Tunggu!"
Roni kemudian memasangkan Handyplas.
"Ya elah!, nggk usah Ron!, lukanya kan juga udah tertutup "
Aku berusaha menarik tanganku, tapi Roni malah lebih kuat memegang tanganku, akhirnya pasrah ajah deh!,
"Kalau luka tuh jangan diremehin,"
"Iya, Makasih!"
Setelah Handyplas itu terpasang langsung saja aku menarik tanganku, jangan sampai ada yang melihat kami dikira lagi ngapain.
"Habisin tuh makanannya!"
"Iya, iya."
Akupun kembali melahap makananku yang masih tinggal setengah bagian.
"Kamu mau?" Tanyaku pada Roni,
"Mmm..boleh?"
Roni terlihat serius mau makan bekal milikku.
"Nggk boleh....am, nyam...nyammm"
Lahapku didepan Roni sengaja membuatnya kesal.
"Ya elah!..."
"Hhhm..."
"Nina!" Panggil seseorang,
'Dila!' Batinku melihat Dila
"Eh!, Dila sini!"
Ajakku pada Dila yang terlihat membawa beberapa cemilan ditangannya.
Dila pun melangkah dan menghampiriku dan Roni.
"Kamu mau?"
Dila menawarkan beberapa cemilannya pada Roni,
"Terima kasih!" Roni yang lapar langsung saja menerimanya dan melahapnya.
"Jadi orang tuh gini, yang bisa berbagi, nggk pelit kayak orang didekat ku nih!" Sindir Roni padaku.
"Hemmm...emangnya napa?, ini tuh bekal aku sendiri, suka-suka aku dong!"
"Nin, ada apa yah di kelas?, kok rame banget?" Tanya Dila menatap ke arah kelas kami yang tak jauh dari situ.
"Biasa, kerjaan si VOC!"
"Hah?, VOC?"
Roni heran dengan julukan itu. Wajarlah, karena itu panggilan ku untuk si songong Iyan.
Belum sempat aku buka suara, Dila lebih dulu menjawab pertanyaan Roni,
"VOC itu kayak penjajahan Belanda zaman dulu. Nina menjuluki Iyan si wakil ketua OSIS dengan sebutan itu karena sifat Iyan yang mirip penjajah."
Jelas Dila mewakili perasaanku.
"Emmm..,emm" Aku hanya mengangguk sambil mengunyah makananku yang tersisa.
"Hhh...Nina, Nina"
"Glek..glek..."
Aku minum setelah semua makananku habis tak tersisa.
"Yah, mau gimana lagi. Dia tuh orangnya ngeselin banget, sukanya cuman nyuruh-nyuruh orang doang"
Aku melihat Dila yang berbalik dan memandangi Roni yang tengah melahap cemilan yang diberikannya. Dila tersenyum penuh arti,
"Ekhem!..kalau gitu, kami ke kelas dulu yah Roni, soalnya udah mau masuk jam pelajaran selanjutnya."
Aku sengaja berdehem, dan menarik tangan Dila pergi.
"Dah! Roni" Ucap Dila sambil tetap tersenyum,
"Dah!"
____