Kehilangan Marina dalam hidup Raga membuatnya kesulitan untuk membuka hati pada Miky—gadis culun yang kini menjadi istrinya.
Tak hanya tentang kematian Marina, tapi ada rahasia di balik dinginnya Raga. Rahasia yang membuat Miky tak mampu berkata-kata dan gamang untuk memilih antara bertahan atau tetap berada di sisi Raga dan anak sambungnya.
Ternyata rahasia yang selama ini Raga sembunyikan adalah ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keceplosan
Fika terlihat menekuk wajah, rambutnya bergoyang seiring dengan kepala yang menggeleng ke kanan dan ke kiri.
"No, Oma." Fika mencebikkan bibir, pipinya yang tembab tampak makin menggembung. "Kata papi, kalau ada adik nanti mimi tidak cayang lagi cama Fika," ungkapnya.
Spontan seluruh mata tertuju pada Raga. Sementara yang ditatap malah menunjukkan wajah tak bersalah.
Dalam hati, Miky tak menyangka Raga akan bicara seperti itu pada Fika. Apakah Raga sedang berusaha mempengaruhi bocah polos itu agar tak ada anak yang lahir dari rahimnya?
"Apa-apaan kamu, Raga?!" Dara bertanya dengan nada menuntut.
Raga menoleh, ia menatap mama-nya dengan sorot mata serius. "Hanya spontanitas," ucapnya enteng.
Dara langsung tersulut, namun sebisa mungkin ia menahan diri karena keberadaan Fika. Napasnya mulai terasa berat, tak sabar rasanya ingin menghujani Raga dengan omelannya.
Kemudian wanita paruh baya itu berpaling, melihat menantunya.
***
Kini hanya ada Raga, Miky, dan Dara di ruang keluarga. Sementara Fika bersama bi Yeyen di ruang yang berbeda.
Raga duduk di samping Miky sementara Dara duduk di hadapan pasangan suami istri tersebut.
Lirikan mata Dara tak lepas dari anak lelakinya.
Miky hanya bisa diam sambil menunggu apa yang akan dikatakan oleh mertuanya. Ia tak berani banyak bicara, sebab Raga sudah memperingatinya sebelum mertuanya itu datang.
"Bukannya Mama mau ikut campur urusan rumah tangga kalian. Di sini Mama hanya ingin bicara. Bicara sebagai orang tua," kata Dara setelah menarik napas panjang.
Raga menegakkan punggungnya, ia duduk dengan gagah.
"Ma, tolong jangan terlalu banyak menuntut. Kami sudah tidur sekamar, apa itu tidak cukup?" Suara Raga terdengar kesal.
"Astaga, anak ini benar-benar!" Dara mengusap wajah senjanya dengan menahan geram. "Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu pada Fika, apa kamu tidak memikirkan perasaan istrimu?!" lanjutnya dengan suara kian melonjak tinggi.
"Tidak," sahut Raga cepat.
Miky terhenyak mendengar sahutan suaminya. Bahkan, pria itu tak berpikir panjang untuk menjawab pertanyaan dari mama Dara.
"Ya Tuhan!" Dara berdiri dari duduknya, melipat tangan di depan dada dengan wajah merah padam.
Miky merasa tidak nyaman berada di posisi seperti ini. Ia memainkan jari-jarinya dengan perasaan gelisah sembari melirik cemas ke arah Raga dan Mama mertuanya.
Dengan ragu Miky mengulum bibir sejenak sebelum akhirnya berucap, "Ma ... jangan marah sama mas Raga."
Suara pelan nan meneduhkan Miky mengalihkan tatapan sengit antara ibu dan anak. Keduanya menoleh ke arah wanita culun itu dengan alis sama-sama bertaut.
Seketika rasa gugup menyerang diri Miky.
Glek.
Miky menelan Saliva dengan susah payah, tenggorokannya terasa seperti tercekik. Mendadak dirinya lupa apa yang ingin dirinya ucapkan.
Mata Dara memicing. "Nak, kenapa kamu malah belain anak bandel ini? Kamu diancam sama Raga?" cecarnya.
Raga mendengus tak suka. Mengapa mamanya malah menuduhnya begitu!
Miky menjadi panik dibuat Raga, hingga ia langsung menggeleng cepat. "Nggak, Ma. Lagian Miky udah begituan kok sama mas Raga," jawabnya spontan.
Eh!
Mata Miky membola lebar, bibirnya tak mampu terkatup. Dirinya telah keceplosan!
Dengan ragu dan kaku ia menoleh pada Raga. Detik itu pula dunia serasa akan hancur, wajah pria itu terlihat merah dan menegang.
Apa karena pria itu sangat marah?
Miky tak tau harus melakukan apa. Reflek ia menarik kedua sudut bibirnya, menampilkan cengiran bak kuda.
"Diam-diam kamu menginginkan istrimu yang cantik hm," sindir Dara.
Raga berdiri seketika, tanpa suara ia meninggalkan ibu dan istrinya, berjalan menuju lantai dua.
Dara geleng-geleng kepala melihat kelakuan sang anak. Ia beralih pada Miky yang masih saja meratapi kepergian Raga.
Dihampirinya Miky, lalu ia duduk di samping menantunya. Menepuk pelan bahu Miky seraya berkata, "Mama dukung kamu seratus persen, Mama yakin kamu bisa menaklukan anak Mama yang keras kepala itu."
Dengan sisa rona di pipinya, Miky tersenyum pada mama Dara.
"Miky bingung gimana caranya ...."
Dara paham akan perasaan menantunya, maka dari itu ia berada di tempat ini. Yaitu, untuk menjalankan misi sebagai mertua yang baik.
"Kamu tenang aja, Mama udah rencanain sesuatu. Pokoknya kamu siap-siap aja."
Rencana?
Miky penasaran rencana apa yang telah disiapkan oleh mama Raga.
Bersambung ....
Rencana apa itu ya?🤔
tapi lammmaaaaa😭
kangeeennnnnnnn
akoh kira kamoh mau hiatusssssssss lgi
truma gituh akoh
jgn suka tiba² kya jinnie donk cling iLang/Scowl/
kenapa Upnya LAAAMMAAAAAA /Angry//Angry/